Next Generation AFV |
M113 saat ini masih gencar digunakan untuk bertarung melawan militan pro ISIS di Filipina Selatan, sementara bagi Indonesia, M113 adalah sosok yang baru dikenal sejak dua tahun lalu, dan kini menjadi alutsista Batalyon Infanteri (Yonif) Mekanis TNI AD. Tapi lain hal dengan Singapura, negara makmur ini justu sudah berniat memensiunkan M113, yang dalam versi Singapura disebut ULTRA M113. Mungkin kedengaran ‘sombong,’ tapi menurut Singapura, M113 yang sudah digunakan sejak dekade 70-an sudah layak untuk purna tugas. Dan sebagai gantinya, Kementerian Pertahanan Singapura sejak tahun 2006 sudah menggodok rancangan ranpur keluaran baru, dan tentunya produksi nasional yang lebih kuat dan canggih.
Tanpa banyak basa basi dan perdebatan sana sini, pada pertengahan tahun 2016 lalu, Singapore Technologies Engineering telah meluncurkan prototipe ranpur yang disebut sebagai Next Generation AFV (Armoured Fighting Vehicle). Dan setelah melampaui proses pengujian, akhirnya pada 22 Maret 2017, Kemhan Singapura resmi meneken kontrak pembelian Next Generation AFV, dimana pengiriman perdana untuk AD Singapura akan berlangsung pada tahun 2019.
Lepas dari M113 yang menurut Singapura telah jadi ‘buyut,’ Singapore Armed Forces (SAF) sebenernya kini juga tak kekurangan ranpur dengan kempuan AFV dan IFV (Infantry Fighting Vehicle). Di lini IFV saat ini ada Bionix II produksi ST (Singapore Technologies) Kinetics. Ranpur roda rantai ini dilengkapi kanon Bushmaster II kaliber 30 mm. Kanon ini disematkan dalam kubah yang terintegrasi dengan senapan mesin coaxial kaliber 7,62 mm. Jumlah pasukan yang dibawa pun serupa, yakni 7 orang, Malah dalam versi APC, bisa dimuat hingga 9 pasukan infanteri. AD Singapura mengoperasikan 200 unit Bionix II, belum lagi ada Bionix 25 yang jumlahnya juga 200 unit. Singapura.
Ranpur lain dengan kadar AFV/IFV masih ada lagi dalam wujud panser, yakni AV81 Terrex 8×8, panser tercanggih di kawasan Asia Tenggara. Diwujudkan dalam beragam varian, mulai dari varian dasar APC (Armoured Personnel Carrier), varian mortir 120 mm, varian recovery untuk kebutuhan reparasi, varian medis, varian IFV (Infantry Fighting Vehicle), varian ATGM (Anti Tank Guided Missile), dan varian enjiner untuk mendukung peran satuan zeni tempur. Dari kesemuanya, varian IFV dan ATGM menjadi ujung tombak wheeled fire support vehicle. Varian IFV dilengkapi kubah dengan RCWS (Remote Control Weapon System) EOS R-600 yang dilengkapi kanon MK44 Bushmaster II kaliber 30 mm.
Tapi itu semua dirasa masih kurang, dan dalam proyeksi kekuatan militer di tahun 2019, komponen AFV/IFV Singapura akan bertumpu pada Bionix II, AV81 Terrex dan Next Generation AFV. Lantas apa poin yang menarik dari NG-AFV? Ditilik dari konsep yang diusung, ternyata ranpur ini sudah mengedepankan kendaraan lapis baja yang terkoneksi dengan jaringan data terpadu (Network Centric Warfare), sehingga siap untuk meladeni peperangan jauh di masa depan.
Melongok ke urusan proteksi, NG AFV ternyata menggunakan lapisan armor persis yang dipakai pada MBT (Main Battle Tank) Leopard 2SG, yaitu mengacu ke standar STANAG 4569 level 4 dan mampu menahan terjangan proyektil kaliber 12,7 dan 14,5 mm. Pada bagian bawah ranpur juga disertakan proteksi anti efek ledakan dari ranjau. Untuk urusan senjata, pada varian kanon mengadopsi Bushmaster II autocannon kaliber 30 mm, plus senjata coaxial 7,62 mm. Kanonnya serupa dengan yang digunakan pada Bionix II, lengkap dengan laser range finder dan thermal camera.
Network Centric Warfare dan Battlefield Management System menjadi racikan khusus di NG AFV. Seperti untuk mengoperasikan kanon RCWS, kru ranpur dapat melihat keadaan sekitar (situational awareness) lewat kamera dengan sudut pantau 360 derajat. Tidak itu saja, pengemudi ranpur juga dapat melihat kondisi di luar kendaraan lewat kamera (180 derajat). Penempetan kamera untuk pengemudi berada di bagian depan (di atas mesin ). Tampilan visual dari kamera pengemudi dan komandan, secara realtime dapat dilihat oleh pos komando lewat jaringan secomm dan satelit.
Bicara tentang dapur pacu, NG AFV disokong mesin diesel dari Caterpillar. Tenaga mesin menghasilkan 700 hp, power weight ratio 24,5 hp/ton dan ranpur dapat melaju dengan kecepatan maksimum 70 km per jam. Dengan proteksi yang mumpuni, bobot NG AFV ternyata tidak ringan, yakni 29 ton. Sebagai perbandingan bobot ranpur amfibi BMF-3F ‘hanya’ 18 ton. Dari segi dimensi, NG-AFV juga lebih besar dari Bionix II. Dimensi NG AFV adalah 6,9 x 3,28 x 3,2 meter, sedangkan Bionix II 5,9 x 2,7 x 2,6 meter. (Gilang Perdana)
Sumber : http://www.indomiliter.com/