Alap-Alap PA4 |
Alap-Alap tak bisa dibilang baru dalam jagad drone di Indonesia, debutnya pengembangannya telah dimualai hampir delapan tahun silam oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Dari usia pengembagan, Alap-Alap bisa dikata seumuran dengan drone alias PUNA (Pesawat Udara Nirawak) Wulung yang kini digunakan Skadron Udara 51. Seperti halnya Wulung, Alap-Alap juga ditenagai mesin propeller dengan bahan bakar cair (bensin). Bedanya Alap-Alap punya dimensi, bobot dan payload yang lebih kecil dibanding Wulung. Dan setelah lama tak terdengar kabar beritanya, pada Sabtu lalu (15/7/2017), Alap-Alap varian terbaru kembali unjuk gigi dihadapan media.
Kemunculan Alap-Alap versi terbaru yang disebut sebagai “Alap-Alap P4” menyiratkan kesiapan BPPT untuk mendapatkan sertifikat Indonesian Military Airworthiness Authority (IMAA). Sertifikat ini merupakan syarat agar drone buatan anak bangsa tersebut bisa digunakan militer Indonesia. Penggunaan untuk kalangan militer karena drone jenis ini selain bisa digunakan untuk mapping atau pemetaan juga bisa digunakan untuk surveillance atau pertahanan. Dikutip dari Kompas.com (15/7), Kepala Bidang Program Drone BPPT, Joko Purwono, mengatakan drone alap-alap PA4 sudah layak untuk diproduksi dalam skala besar.
Dalam uji terbang pada Sabtu lalu, Alap-Alap PA4 dijajal untuk melaksanakan misi pemetaan wilayah yang dicalonkan sebagai lintasan kereta cepat Jawa. Pukul 08.00 WIB hari ini, Alap-alap lepas landas dari Bandara Cakra Buana di Cirebon dengan mengusung kamera go-pro untuk menyurvei lintasan kereta sekitar Cirebon. Pemetaan pertama berlangsung sekitar dua jam. Pesawat tanpa awak berbobot 30 kg itu kembali mendarat di bandara yang sama sekitar pukul 10.30 WIB. Kemudian, sekitar pukul 14.00 WIB, Alap-alap lepas landas lagi, bergerak ke arah kota Tegal. Tahap kedua juga berlangsung selama 2 jam. Hasil pemetaan Alap-Alap nantinya akan dibandingkan dengan pemetaan LIDAR (Light Detection and Ranging) yang dilakukan dengan pesawar berawak.
Alap-Alap punya dimensi berupa lebar sayap 3.510 mm dan batas ketinggian terbang 7 ribu kaki (setara 2.100 meter). Pada Alap-Alap varian awal, bobot maksimum saat tinggal landas adalah 18 kg, kecepatan jelajah 101,5 km per jam, jarak jelajah 140 km, dan endurace di udara selama lima jam. Payload yang dibawa berupa gymbal camera video. Sementara Alap-Alap PA4 punya bobot maksimum hingga 30 kg. Endurance PA4 bisa mencapai 7 jam, serta jarak jelajah 623 km. Meski ada peningkatan kemampuan dibanding versi sebelumnya, salah satu tantangan penggelaran operasi drone ini masih sebatas pada siang hari. (Bayu Pamungkas)
Sumber : http://www.indomiliter.com/