KA-1, Versi Ganas dari KT-1 Wong Bee Hasil Kerjasama antara KAI dan KADD - Radar Militer

28 Juli 2017

KA-1, Versi Ganas dari KT-1 Wong Bee Hasil Kerjasama antara KAI dan KADD

KA-1, Versi Ganas dari KT-1 Wong Bee
KA-1, Versi Ganas dari KT-1 Wong Bee 

KAI boleh dikatakan berhasil menancapkan kukunya dalam pasar pesawat militer dalam waktu yang relatif singkat, baik itu latih maupun serang. Seri pesawat latih turboprop KT-1 Wong Bee menjadi pilihan untuk mendidik siswa penerbang pada fase latih lanjut di TNI AU, Turki, dan Peru.
Oleh karena itu, menjadi logis ketika KAI memutuskan untuk mengembangkan KT-1 menjadi KA-1, dengan A menjadi prefiks Attack alias serang. Pengembangannya dilakukan bareng antara KAI dan KADD (Korean Agency for Defence Development) dalam program KTX.
KA-1B ditawarkan sebagai pesawat varian serang, pengarah artileri dan pengendali serangan (FAC- Forward Air Controller) dan perlindungan lapangan udara. Konsumen pertama dari KA-1 adalah AU Korea Selatan, yang menempatkannya di bawah aset 237th Tactical Control Squadron yang menginduk di bawah 15th Composite Wing, Seoul Air Force Base.
Di skadron ini, KA-1B yang notabene adalah pesawat baling-baling seringkali ditandemkan dengan A-10C Thunderbolt karena memang 237th TCS merupakan skadron partner dari 25th Fighter Squadron USAF yang ditempatkan di Korea Selatan.
KA-1B menjadi link penghubung antara pasukan di darat dengan sang pesawat serang, dimana fungsi FAC yang diemban oleh KA-1B menjadi lebih optimal karena dapat mengamati permukaan dari ketinggian, menemukan lawan yang mungkin tak terlihat dari darat. Awak dari KA-1B akan mengarahkan serangan ke titik yang disebutkan pasukan darat atau lokasi musuh yang mereka temukan, lalu A-10 akan menyapunya sampai habis.
Pengembangan KA-1B dilakukan dengan dana internal perusahaan KAI ditambah biaya riset dari ADD, badan riset pertahanan Korea. Dalam program KTX yang digagas pada 2001, KA-1B sudah selesai purwarupanya pada 2003. KA-1B sendiri didesain dengan ubahan minimal dari versi KT-1.
Bilah baling-baling misalnya, tetap menggunakan desain empat bilah dan bukannya lima yang lebih bertenaga. Mesin pun masih mengandalkan Pratt & Whitney Canada PT6A-62, sama seperti KT-1. Jangan heran kalau kelincahannya malah kalah dari kakaknya yang pesawat latih.
Pada KA-1B ditambahkan cantelan senjata dan wiring untuk mengendalikan pelepasan senjata dari dalam kokpit. Untuk sarana bidik senjata ditambahkan HUD (Head Up Display) untuk pilot.
Avioniknya sendiri terdiri dari dua MFD per panel kokpit yang terdiri dari informasi penerbangan, navigasi, dan sistem senjata. Sistem lainnya yang menjadi standar adalah GPS (Global Positioning System), INS (Inertial Navigation System), TACAN, EADI (Electronic Attitude Director Indicator), EEI (Electronic Engine Instrument), AVTR (Airborne Video Tape Recorder) untuk merekam hasil penembakan, dan IFF (Identification Friend or Foe).
Untuk soal senjata, KA-1B memang hanya dilengkapi dengan lima titik cantelan senjata dengan kapasitas total gotong senjata hanya 630kg. Bila diterjemahkan ke jenis senjata yang dibawa, kombinasinya terdiri dari satu tangki bahan bakar di tengah, dua tabung roket LAU-131 berkapasitas 7 roket 2,75”, dan pod senapan mesin FN Herstal HMP 12,7mm M3.
Soal senapan mesin, KA-1B yang tidak dilengkapi senapan mesin eksternal memang harus bergantung pada pod senapan mesin tambahan sehingga makan tempat. Poin inilah yang menjadi titik lemah KA-1 jika dibandingkan dengan pesaingnya seperti Super Tucano.
Opsi lainnya adalah tangki bahan bakar cadangan sebanyak tiga buah, dua diantaranya bisa dipakai untuk pengisian bahan bakar di udara. Tidak banyak memang, dan kurang optimal bila KA-1B harus didapuk untuk melaksanakan serangan udara langsung sendirian. Tapi kalau dipadu dengan fast movers, peranan KA-1B bisa jadi sangat optimal. Buktinya, AU Peru pun memesan varian KA-1B sebanyak 20 unit yang selesai diserahkan akhir tahun 2016 lalu. (Aryo Nugroho)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb