Senapan Pindad SPR-2 |
Pindad saat ini telah memiliki senapan runduk anti material SPR-2 (Senapan Penembak Runduk-2) dengan kaliber 12,7x99mm atau .50 BMG. Pada saat senapan runduk ini dikeluarkan, SPR-2 digadang-gadang bisa menembus lapisan baja dari sebuah tank, sehingga beberapa kantor berita sampai menyebut kalau dunia dibuat gempar oleh kehadirannya.
Sebagai referensi, tidak ada pabrikan senjata pembuat senapan anti material di dunia yang mengklaim kalau produk senapan runduk kaliber 12,7mm mereka bisa digunakan untuk menembus tank. Jadi, siapa yang terduga benar dalam hal ini?
Untuk membuktikan klaim pabrikan, ada beberapa hal yang harus dilakukan. Yang pertama dan terutama tentu saja adalah menetapkan definisi yang disebut-sebut dalam klaim tersebut.
Dalam terminologi NATO-OSCE tahun 1996, tank didefinisikan sebagai kendaraan tempour swagerak yang menggunakan kubah yang dilengkapi kanon minimal 75mm, memiliki bobot minimal 16,5 metrik ton, memiliki proteksi tinggi, dan tidak didesain untuk mengangkut pasukan. Tank menjadi sistem senjata utama dalam formasi mekanis pasukan darat.
Dengan definisi tersebut, tank bisa mengakomodasi banyak kelas, mulai dari tank ringan sampai dengan berat. Sebagai gambaran, AMX-13 milik TNI AD yang walaupun tidak memenuhi spesifikasi tersebut karena bobot kosongnya hanya 13,7 ton, bisa menjadi ilustrasi yang baik.
AMX-13/75 yang dioperasikan Kavaleri TNI AD memiliki spesifikasi kanon 75mm, dengan ketebalan baja yang menyusun tubuhnya bisa berbeda-beda. Bagian depannya setebal 40mm, samping 20-25mm, dan belakang 15mm. Ketika dipasang pada sudut tertentu, ketebalan ini bisa bertambah, karena pemasangan bidang yang menyebabkan irisan diagonal.
Sementara SPR-2 sendiri adalah senapan anti material bolt action atau sistem gerendel. Desain awal senapan seperti SPR-2 yang menganut model skeletal dipopulerkan oleh RAI (Research Armament International) dengan produknya RAI-500 pada dekade 1980an awal.
Peluru spesialis penembus baja 12,7mm yang tersedia di pasaran adalah Mk211 buatan pabrikan Nammo Raufoss Finlandia yang dicirikan dengan kepala proyektil dicat hitam. PT.Pindad memproduksi peluru sejenis dengan kode MU-3 BLAM (Bakar, Ledak, Anti Material).
Proyektil peluru ini memiliki inti tungsten untuk meningkatkan daya penetrasi yang dibungkus dalam jaket tembaga. Jadi ketika kepala proyektil menyentuh permukaan baja dengan kecepatan tinggi, jaket akan meluruh dan inti tungsten membuka jalan penetrasi baja.
Materi pembakar di dalam peluru kemudian akan mulai menyala karena panas, dan tekanan yang dihasilkan akan meledakkan proyektil menjadi serpihan kecil, dengan catatan bahwa peluru tersebut berhasil menembus kulit baja kendaraan.
Nah, dari data yang diperoleh untuk kinerja peluru Mk211 buatan Raufoss maupun MU-3 BLAM, daya tembusnya adalah sebesar 10 sampai 11mm pada jarak 1.000 meter. Dengan mengambil data ketebalan kulit tank AMX-13 saja, sudah ketahuan kalau SPR-2, ataupun senapan anti material apapun dengan kaliber 12,7mm, tidak akan mampu menjebol tank.
Penetrasi bisa lebih dalam dengan catatan kalau penembaknya berada pada jarak yang lebih dekat. Namun begitu, hal ini bukan merupakan sesuatu yang aman bagi penembak. Jarak yang terlalu dekat tentu akan berbahaya bagi sang sniper karena sudah masuk dalam jangkauan senapan mesin koaksial tank.
Namun jangan buru-buru kecewa, karena SPR-2 sebagai senapan anti material tetap punya potensial, khususnya dalam menghadapi ragam target lunak seperti kendaraan utilitas, kendaraan angkut pasukan jenis tertentu, atau malah prajurit infantri.
Maksud dari tulisan ini bukanlah untuk menjelek-jelekkan produk industri pertahanan dalam negeri, tetapi untuk memberikan pencerahan mengenai kapabilitas dari sebuah alat utama sistem senjata. Jangan sampai ketidaktahuan justru membuat kita tidak waspada. (Aryo Nugroho)