AS565 MBe Panther |
Setelah harimau baja Pindad menampakkan diri, satu lagi pabrik alutsista dari Bandung yang ikut unjuk gigi. Kali ini, spesies yang muncul adalah macan kumbang yang bisa terbang, yaitu AS565 MBe Panther, helikopter anti kapal selam pesanan TNI AL. Makin dekat bulan Oktober, penampakan alutsista baru memang jadi lebih marak.
Sekitar satu bulan yang lalu penulis pernah berbagi foto mengenai kesibukan di hangar perakitan PT Dirgantara Indonesia, dimana sejumlah helikopter anti kapal selam AS565 MBe Panther pesanan TNI AL tengah dirakit setelah dikirim dalam keadaan terurai dari pabrik Airbus Helicopter di Marignane. Ada yang sudah nyaris jadi, ada yang masih kelihatan selesai separuh.
Nah, dari foto baru yang dibagi oleh rekan, satu helikopter dengan nomor seri HX-5602 sendiri sudah nampak menjalani uji terbang, lengkap dengan livery atau lambang Dinas Penerbangan Angkatan Laut (Dispenerbal) berupa jangkar di dalam segilima yang tertera di tubuh AS565 MBe.
Registrasi HX sendiri berarti Helikopter untuk H dan Eksperimental untuk X. HX digunakan sebagai nomor registrasi sipil sementara agar dapat diterbangkan di ruang udara publik sampai helikopter dinyatakan siap diserahterimakan kepada pengguna. Dari foto yang ada tersebut bisa terlihat kesibukan pada kru di kursi penumpang memeriksa parameter helikopter saat diterbangkan.
Secara total, TNI AL memesan sebelas helikopter AS 565 MBe dari Airbus Helicopter dengan PTDI sebagai mitra lokal untuk pengerjaan, perakitan, dan integrasi helikopter. Dari sebelas tersebut sejumlah AS565 MBe akan dikonfigurasi sebagai helikopter pemburu kapal selam dengan sonar celup dan dudukan untuk mencantelkan satu buah torpedo ringan AS224 Whitehead atau Mk46.
Sementara sisanya akan dikonfigurasi sebagai helikopter liaison atau penghubung antar kapal dan juga dapat digunakan untuk misi SAR atau patroli permukaan dan dukungan tembakan helikopter pada saat pendaratan amfibi.
Satu keunggulan AS565 MBe Panther dibandingkan dengan AS565 N3+ Dauphin yang dimiliki oleh Basarnas dan Polairud Polri adalah penggunaan mesin baru dari tipe Safran Arriel 2N yang memiliki daya yang lebih besar dibandingkan dengan mesin 2C generasi pendahulu. Dengan mesin baru ini, AS565 MBe bisa terbang lebih lincah dan membawa beban lebih banyak 200kg.
Kehadiran AS565 MBe yang dibuat di industri pertahanan dalam negeri itu akan mengakhiri puasa panjang ketiadaan helikopter anti kapal selam sejati sejak Westland Wasp yang dibeli bersama dengan fregat dari Belanda pensiun. TNI AL memang sudah lama membutuhkan heli anti kapal selam, dan ketika kebutuhan itu bisa dipenuhi oleh industri dalam negeri, walaupun baru sampai tahap merakit, merupakan satu hal yang patut disyukuri. (Aryo Nugroho)