Kapal Pendarat Katamaran |
Salah satu keunggulan dari kapal jenis Landing Platform Dock (LPD) adalah kemampuannya membawa dan mengoperasikan Landing Craft Utility (LCU) dalam dock basah. TNI AL khususnya pada Satuan Kapal Amfibi (Satfib) sejak tahun 2006 telah mengoperasikan LPD, dan saat itu pula mengenal LCU untuk mempermudah mobilitas alutsista dan perlengkapan logistik dari kapal menuju pantai, begitu pun sebaliknya.
Masih dalam lingkup penggelaran dari LPD, sejatinya mobilitas operasi amfibi bisa lebih dimaksimalkan lagi, setingkat diatas LCU, dari AL Perancis dan AL Mesir saat ini mengandalkan apa yang disebut sebagai L-CAT (Fast Landing Catamaran). Wahana angkut yang diproduksi CNIM ini diberi label “2 ship in 1,” pasalnya L-CAT punya platform deck yang dapat disesuaikan ketinggiannya. Dalam moda katamaran, platform deck akan dinaikkan, menjadikan sosok asli L-CAT sebagai kapal angkut berlunas dua (katamaran) terlihat jelas. Moda katamaran digunakan kala kapal harus melaju dengan kecepatan optimum, ditambah moda katamaran lebih stabil untuk menghadapi level gelombang laut lebih tinggi. Oleh pihak pabrikan, moda katamaran disebut juga sebagai high speed connector.
Dalam moda katamaran, L-CAT punya ketinggian draft (bagian kapal yang berada dibawah garis permukaan air) setinggi 1,7 meter. Nah, sebaliknya dalam moda landing vessel, platform deck akan diturunkan, moda ini disiapkan saat kapal melintasi perairan dangkal, dan tentunya saat kapal akan melakukan pendaratan.
L-CAT memang tak punya kemampuan amfibi seperti halnya hovercraft, namun L-CAT yang menjadi elemen pelengkap di Helicopter Carrier Mistral Class ini sanggup mengarungi perairan yang sangat dangkal, di kedalaman 1 meter pun L-CAT masih dapat bergerak. Saat menuju area pendaratan di pantai pun, hingga gradient 2 derajat pun sanggup dijalani L-CAT. Maka itu L-CAT tak melulu ideal dalam operasi militer, saat digunakan sebagai wahana tanggap bencana, kapal katamaran ini juga mampu merapat di dermaga yang infrastrukturnya rusak berat.
Dibanding LCU yang hanya dilengkapi satu pintu rampa (ramp door), L-CAT ibarat kapal ferry dilengkapi dua pintu rampa depan dan belakang, artinya untuk urusan loading dan unloading muatan baik di pantai dan kapal LPD jadi jauh lebih mudah dan simple.
Bicara tentang kinerja, dapur pacu L-CAT disokong 4 x High Speed Diesel Engine dan 4 x Waterjets. Kecepatan maksimumnya bisa mencapai 30 knots, atau dalam muatan penuh menjadi 18 knots. Kapasitas bahan bakar yang dibawa adalah 22 ribu liter. Untuk jarak jelajah, maksimum bisa menempuh 1.297 km, atau dalam muatan maksimal hingga 926 km. Lantas yang jadi pertanyaan, berapa kapasitas yang bisa diangkut L-CAT?
Luas deck yang bisa disesuaikan ketinggiannya mencapai 127 m². Dari aspek payload, total beban yang bisa dibawa adalah 80 ton, atau L-CAT dapat membawa 1 unit MBT (Main Battle Tank). Untuk aspek persenjataan, umumnya L-CAT dalam operasinya dilengkapu dua pucuk SMB (Senapan Mesin Berat) M2HB 12,7 mm. Lain dari itu dalam gelar operasi, L-CAT memang selalu mendapat kawalan dari helikopter yang berpangkalan dari deck di LPD.
Dengan awak 4-9 personel, L-CAT ternyata dirancang dengan endurance hingga satu minggu. Desain L-CAT pun sudah diracang sesuai dengan LPD standar NATO, yang artinya kemungkinan besar tak akan jadi masalah bila masuk ke dock yang ada di LPD Makassar Class atau Banjarmasin Class. Secara umum, L-CAT punya panjang 30 meter, lebar 12,6 meter dan tinggi 6,1 meter.
Meski berpangkalan dari LPD, namun dengan kemampuan door to door operations, L-CAT dapat mendukung loading dan unloading dari pintu rampakapal jenis LST (Landing Ship Tank), meski untuk hal ini harus dilakukan penuh perhitungan dan melihat kondisi level gelombang. Pihak pabrikan menyebut L-CAT dapat berlayar dengan aman sampai level sea state 5, yakni dengan ketinggian gelombang dibawah 4 meter.
Melihat fungsionalitas L-CAT yang sangat tinggi dalam operasi amfibi, ditambah lagi ada kesesuaian dengan penggelaran armada LPD oleh TNI AL, maka pengadaan kapal sejenis L-CAT mutlak menjadi pertimbangan dalam perkuatan pada lini Satuan Kapal Amfibi TNI AL. (Haryo Adjie)
Sumber : http://www.indomiliter.com/