Marder Medium Tank Indonesia |
Pameran Indo Defense 2016 mungkin sudah lama berlalu. Tapi tetap ada sejumlah hal menarik yang bisa diulik. Salah satu yang sukar dilupakan tentu adalah Marder Medium Tank Republic of Indonesia (MMTRI) yang dibawa utuh oleh pabrikan Rheinmetall dari Jerman. Datang di malam hari tanggal 31 Oktober 2016 atau dua hari sebelum pelaksanaan, Marder Medium Tank RI menjadi tank medium yang diciptakan khusus untuk Indonesia.
Penulis tertarik untuk mengulik kembali mengenai MMTRI, setelah melihat dari dekat harimau baja Pindad. Sampai saat tulisan ini diangkat, mungkin penulis satu-satunya orang sipil dan awam yang pernah merasakan duduk di dalam kubah MMTRI dan melihat harimau baja Pindad dari dekat, jadi setidaknya dari ergonomi bisa membandingkan antara keduanya.
Pasar yang diincar MMTRI tentu adalah pengadaan tank medium untuk TNI AD untuk menggantikan AMX-13. Dengan potensi penjualan yang begitu besar, sementara semua pabrikan tentu tertarik. Apalagi masih butuh waktu sampai tank medium Pindad bisa menjalani sejumlah sertifikasi dan diproduksi, sementara Rheinmetall mengatakan bisa memulai produksi dalam waktu sesingkat-singkatnya begitu ada kontrak sudah ditandatangani.
Rheinmetall memang beruntung. Saat mereka mengakuisisi perusahaan Thyssen Henschel Wehrtechnik pada 1999 dan membentuk Rheinmetall Landsysteme GmbH, mereka mendapatkan banyak sekali know how terkait kendaraan tempur Marder. Thyssen Henschel berpengalaman melakukan modifikasi sasis atau hull dari Marder menjadi tank medium TAM untuk Argentina, yang sampai sekarang masih digunakan negeri asal Maradona tersebut.
Pada MMTRI, sasis Marder yang digunakan masih menggunakan sasis dasar, dengan beberapa modifikasi. Hull Marder yang digunakan untuk MMTRI terbuat dari baja RHA (Rolled Homogeneous Armor), yang dilengkapi dengan sekat dan filter agar mampu bertahan dalam pertempuran nubika, ancaman terbesar dalam Perang Dingin.
Varian yang diambil untuk dimodifikasi menjadi MMTRI adalah Marder 1A3 dengan kemampuan meluncurkan rudal antitank LFK-MILAN. Ini diketahui dari stiker label di dalam kendaraan yang belum dilepas, dengan penanda untuk menyimpan cadangan amunisi untuk rudal antitank berpemandu optik tersebut.
Layout Marder dibuat sedemikian rupa sehingga mesin ditempatkan di depan, disusul kru Marder, dan kemudian di bagian belakang adalah kompartemen/ kabin untuk pasukan infantri. Pada MMTRI, tentu saja kursi-kursi untuk pasukan duduk dilepas semuanya sehingga meninggalkan ruang belakang yang kosong untuk penempatan kubah dan keranjangnya (turret basket).
Desain mesin didepan menambah proteksi, mengingat serangan frontal sebagian bisa ditahan oleh blok mesin. Kompartemen mesinnya dibuat kedap air dan kedap gas buang. Hal ini penting, mengingat pengemudi duduk langsung di samping kiri kompartemen mesin.
Sudut glacis Marder memiliki kemiringan yang cukup tajam, membantu meningkatkan kemungkinan peluru memantul saat menghantam Marder, atau setidaknya menambah ketebalan baja yang harus ditembus oleh peluru lawan.
Marder ditenagai oleh mesin diesel 4 langkah Daimler Benz MB833 Ea 500 dengan 2 turbocharger. Dipadukan dengan sistem transmisi Renk HSWL, Marder mampu menyemburkan daya sebesar 600hp pada torsi 2.200rpm. Pada MMTRI, mesin ini diutak-atik lagi sehingga daya yang disemburkan naik 15% ke angka 690hp.
Hal ini penting mengingat MMTRI ketambahan bobot berupa kubah dengan kanon kaliber besar sehingga perlu diambil langkah untuk mempertahankan rasio daya berbanding dengan bobot untuk menjaga kelincahan kendaraan.
Sistem penggerak Marder menggunakan rantai baja yang diputar oleh enam roadwheel dan tiga return roller. Roadwheelnya terbuat dari alumunium dilapis baja, dengan lingkar karet untuk mengurangi friksi dengan rantai. Sistem rantai Diehl Remscheid yang digunakan Marder dapat dipasangi tapak karet yang ramah terhadap jalanan aspal.
Bergeser ke tengah, disinilah terletak perbedaan utama Marder 1A3 dengan MMTRI. Bekerjasama dengan Leonardo (nama perusahaan baru, sebelumnya Finmeccanica) dari Italia, terjadi perkawinan antara teknologi Jerman dengan Italia.
MMTRI menggunakan sistem kubah OTO-Melara HITFACT I, yang sudah terbukti dan laris karena juga digunakan oleh panser antitank Centauro 1 milik AD Spanyol dan AD Italia. Disinilah nampak modifikasi pada MMTRI.
Bagian atap MMTRI diperbarui dengan pelat yang lebih tebal dan lebih tinggi, untuk tempat memasang cincin kubah dan tentu saja mengakomodasi panjang keranjang kubah sehingga dapat masuk ke dalam ruang yang tadinya merupakan kabin untuk pasukan.
OTO HITFACT (Highly Integrated Technology Firing Against Combat Tanks), merupakan sistem kubah modular yang dapat mengadopsi baik kanon 105mm maupun 120mm. Yang ditawarkan ke Indonesia adalah varian dengan kanon 105mm standar NATO.
Apabila melongok ke dalam kubah HITFACT, pembaca akan melihat layout kubah konvensional. Ya, HITFACT memang masih menggunakan format komandan, juru tembak, dan pengisi peluru, tanpa menggunakan sistem isi otomatis (autoloader). Saat penulis masuk dari pintu belakang MMTRI, terlihat kalau posisi duduknya agak unik.
Komandan duduk di sebelah kiri meriam, sementara juru tembak dan pengisi duduk di sebelah kanan dan dipisahkan oleh breech dari meriam 105mm. Juru pengisi (loader) duduk pada kursi lipat pada posisi 45 derajat atau pada posisi diagonal dari komandan.
Kursi juru pengisi ini juga sangat kecil sehingga harus sangat berhati-hati, karena di sisi kirinya sudah merupakan jalur recoil dari meriam utama. Juru pengisi meriam memang sengaja diposisikan di belakang juru tembak, agar dapat mengakses kompartemen peluru di bagian bustle dan memasukkannya ke dalam kamar peluru.
Kompartemen amunisi di bustle dilindungi oleh dinding tahan api, jadi apabila bagian ini tertembak, resiko kebakaran di kompartemen tempur dapat ditekan. Resiko kebakaran lebih dapat ditekan lagi karena HITFACT juga menggunakan sistem elektrik untuk perputaran kubahnya, sehingga lebih halus dan tidak berisik saat diputar.
Seluruh tubuh kubah dibuat dari bahan alumunium, dan dapat ditingkatkan dengan penggunaan applique armour model bolt on untuk meningkatkan perlindungan kubah sampai STANAG 4569 Level 4 atau mampu menahan impak peluru 14,5mm AP. Dibandingkan dengan Tank Medium Pindad, MMTRI masih kalah satu tingkat. Pengisian stok peluru dapat dilakukan melalui lubang pengisian di sisi kanan kubah yang dapat dibuka sehingga peluru dari luar dapat diangsurkan langsung tanpa perlu memanjat ke atas palka kubah.
Walaupun terpisahkan oleh meriam, komandan tetap dapat melihat tampilan yang tersaji di sistem bidik juru tembak. Untuk membantunya awas terhadap keadaan sekitar, di sekeliling palka komandan dipasangi sembilan periskop prismatik untuk melihat ke arah luar. Untuk mencari sasarannya, komandan dilengkapi sistem bidik/ kamera panoramik Selex ES Atilla yang distabilisasi dan mampu berputar secara independen dari putaran kubah.
Sang komandan dapat menggerakkan sistem Selex ES ini dengan menggunakan dua joystick yang ada di konsol kendali. Atilla terdiri dari kamera digital dengan pembesaran 10x, kamera termal Erica FF dan sistem laser rangefinder untuk mengukur jarak ke sasaran.
Sementara untuk juru tembak disediakan sistem bidik terstabilisasi Selex ES Lothar-S yang berisi kamera termal generasi ketiga Tilde-A untuk memburu sasaran pada kondisi minim cahaya atau dalam cuaca buruk. Juru tembak juga memiliki akses ke optik bidik konvensional sebagai cadangan apabila sistem elektronik mengalami kerusakan. (Aryo Nugroho)
Sumber : https://c.uctalks.ucweb.com/