M113A2 dari 14 Light Cavalry Armored Troops (LCAT) Filipina |
Setelah pemberitaan yang samar-samar, kini Kompi ke-8, Scout Ranger yang berhasil menumpas habis gembong teroris Marawi Isnilon Hapilon dan Omar Maute mulai berani menceritakan cuplikan-cuplikan bagaimana mereka mengeksekusi operasi yang berhasil menuntaskan pemimpin teroris Marawi yang berbaiat kepada ISIS tersebut. Tulisan ini sekaligus mengoreksi dan menambahkan detail atas tulisan penulis sebelumnya.
Ternyata dalam operasi perburuan gembong teroris Marawi tersebut, Kompi ke-8 Scout Ranger tidak sendirian, mereka didukung oleh dua kendaraan angkut pasukan M113A2 dari 14 Light Cavalry Armored Troops (LCAT) yang beroperasi di bawah 1st Cavalry Squadron. Dua M113A2 ini istimewa karena merupakan M113 yang dimodifikasi dengan sistem RCWS (Remote Controlled Weapon System) Elbit ORCWS buatan Israel. Filipina memang mempercayakan upgrade atas M113nya kepada perusahaan Elbit, dengan pilihan RCWS UT30 dengan kanon 30mm dan ORCWS yang lebih ringan.
Sistem ORCWS sendiri mengandalkan senapan mesin berat Browning M2HB kaliber 12,7x99mm, yang dipadukan dengan sistem kamera termal generasi ketiga yang mampu mengindera sasaran di tengah pekatnya malam. Dengan ORCWS, senapan mesin M2HB bisa didongakkan tinggi, membidik musuh yang ada di lantai dua atau tiga bangunan. M113 dari 14 LCAT ini diandalkan untuk menyediakan mata bagi para Scout Ranger yang hanya mengenakan NVG (Night Vision Goggles).
Pasukan Scout Ranger tahu kalau Omar Maute dan Isnilon Hapilon akan berusaha melarikan diri lewat jalur perairan melewati danau Lanao. Intelijen sudah menemukan empat sampan yang dibuat oleh para sandera yang dipaksa oleh teroris Marawi yang sudah terdesak. Scout Ranger sendiri bergerak berdasarkan informasi yang diberikan oleh seorang sandera wanita yang berhasil meloloskan diri dari penjaganya.
Lolosnya sandera wanita itu merupakan berkah bagi militer Filipina. Tidak hanya lokasi pasti gerombolan Omar Maute dan Hapilon yang berhasil diketahui, tetapi juga fakta kalau kedua gembong teroris itu dalam keadaan luka-luka setelah kontak tembak sebelumnya. M113 dari 14 LCAT pun maju ke depan, mengitari lokasi yang disebutkan oleh sang sandera.
Juru tembak bernama Totoh mengarahkan kamera termal ke arah reruntuhan bangunan. Setelah mencari beberapa saat, teknologi kamera termal buatan Israel yang canggih itu berhasil menemukan sekumpulan orang yang tengah mengendap-endap di balik reruntuhan bangunan. Dengan jelas Totoh juga bisa melihat kalau satu siluet yang dilihatnya berjalan dengan terpincang-pincang karena terluka.
Totoh, yang sudah kenyang asam garam pertempuran dan bahkan pernah terluka pada saat bertempur melawan grup Hapilon dan Maute di Baguindan, Tipo-tipo berada dalam perlintasan takdir. Orang yang menyebabkannya terluka, kini ada di hadapannya walaupun ia tentu tidak mengetahui wajah sang gembong teroris.
Setelah menunggu dan menunggu, sang komandan kendaraan yang berusaha memastikan bahwa tidak ada sandera di sekitar dan orang-orang yang mereka bidik adalah kombatan, memberikan perintah tembak yang ditunggu-tunggu. Totoh yang sedari tadi sudah siap menekan picu, akhirnya memuntahkan tembakan. Yang disasar pertama adalah siluet yang terpincang-pincang itu. Bunyi keras tembakan senapan mesin berat memecah keheningan subuh itu, dan sasaran yang dibidik Totoh ambruk ke tanah, kejang-kejang, lalu mati.
Tembakan pembuka dari M113 itu kemudian disusul dengan para musang, sebutan dari Scout Ranger, yang mendekat untuk melancarkan serbuan. Kontak tembak hebat pun segera pecah dari jarak 40-50 meter antara Scout Ranger dan M113 melawan para teroris yang kini kocar-kacir berupaya lari ke arah danau Lanao.
Kontak tembak gencar itu baru berakhir sekitar pukul lima pagi setelah tidak ada balasan lagi dari kelompok teroris yang terpojok di dalam gedung. Hapilon dan Maute ditemukan tewas seperti banci karena mengenakan Malong, pakaian wanita tradisional di Marawi yang dikenakan seperti sarung. Rupa-rupanya kedua gembong teroris itu hanya garang di permukaan, tapi ternyata masih takut mati juga sehingga harus menyamar menjadi wanita.
Sumber militer Filipina mengatakan bahwa kemungkinan besar Hapilon berhasil ditewaskan oleh tembakan akurat dari senapan mesin M2HB ORCWS, terbukti dengan hancurnya kepala sebelah kanan sang gembong teroris, yang hanya bisa ditimbulkan oleh senjata kaliber sedang.
Keberhasilan militer Filipina mengakhiri riwayat gembong teroris Marawi setelah 148 hari pertempuran hebat ini menandakan bahwa militer Filipina pun masih memiliki ketangguhan dan semangat baja untuk mengalahkan segala rintangan. Panser roda rantai tua seperti M113A2 pun masih bisa unjuk gigi, selama dilengkapi dengan teknologi yang tepat. (Aryo Nugroho)
Sumber : https://c.uctalks.ucweb.com