Mengenal Senapan Serbu AK-101 dan 102 Korps Brimob Polri - Radar Militer

15 Oktober 2017

Mengenal Senapan Serbu AK-101 dan 102 Korps Brimob Polri

Senapan Serbu AK-101 dan 102 Korps Brimob Polri
Senapan Serbu AK-101 dan 102 Korps Brimob Polri 

Senapan serbu AK-101 milik Korps Brimob sempat meramaikan pemberitaan dalam waktu tiga hari terakhir, terutama karena terjadinya kasus penembakan antar sesama anggota Brimob di daerah penambangan minyak dan gas Sarana Gas Trembul (SGT01) di Dukuh Canggah, Desa Trembul, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Selepas masa-masa Reformasi dengan tumbangnya Orde Baru, keuangan pemerintah kembang-kempis. Di seluruh penjuru negeri ada begitu banyak pergolakan dan gangguan keamanan dalam negeri yang membutuhkan perhatian segera. Brimob sebagai ujung tombak Kepolisian RI dalam menghadapi tantangan internal tentu saja membutuhkan pembaruan perlengkapan, khususnya senapan serbu.
Pada masa-masa tersebut, keinginan Polri untuk membeli senapan serbu baru dengan meneruskan pengadaan Steyr AUG sebagai pilihan belum dapat diakomodasi karena harganya yang mahal. Padahal, kebutuhan sangat mendesak dimana kebutuhan senjata untuk mengganti senjata Brimob yang sudah usang dan rusak idealnya mencapai hampir 15.000 pucuk senapan serbu pada tahun 2000-2001.
Nah, untuk menghadapi persoalan minimnya anggaran tersebut, Polri kemudian melakukan terobosan. Sesuai dengan Sprin Kapolri Sprin/1013/III/2000 diperintahkan satu tim dari Mabes Polri untuk berkunjung ke Moskow untuk melakukan uji coba senapan serbu AK-101 dan AK-102 di Central Scientific Research Institute Klimovsk, Moskow dengan didampingi oleh Austamindo Environmental Services yang merupakan perwakilan dari Rosvoorouzhnie (pendahulu Rosoboronexport) sebagai konsultan.
Pengujian lapangan dilakukan secara memuaskan pada 29 Maret dan berdasarkan hasil uji tim Mabes tersebut diputuskanlah bahwa kedua jenis senapan serbu ini cocok untuk kebutuhan Brimob. Sebanyak 3.000 pucuk AK-101 dan 1.000 pucuk AK-102 diputuskan untuk dibeli berdasarkan kontrak tertanggal 12 Oktober 2000.
Harga sepucuknya murah, AK-101 seharga US$ 436,10 dan AK-102 US$ 422,04 hanya selisih sedikit dari SS-1 buatan Pindad. Pembelian senapan serbu dalam jumlah besar dari Blok Timur ini baru pertama kalinya dilakukan oleh Polri dan boleh dikata merupakan keputusan yang tepat, karena 15 tahun kemudian senapan serbu Rusia ini masih terlihat terawat dan terus diandalkan dalam operasi, termasuk di Poso.
AK-101 dan AK-102 merupakan bagian dari program ambisius pabrikan Izmash Machine-Building Plant untuk melebarkan sayap bisnisnya ke negara-negara pengikut Blok Barat yang secara tradisional mengadopsi munisi 5,56x45mm. Ide dasarnya adalah menggabungkan ketangguhan generasi AK-74M dengan amunisi standar NATO tersebut.
Maka lahirlah program AK-100 yang dimulai sejak 1994. Model pertama yang lahir adalah index 6P43 yang menjadi AK-101 dan disusul oleh index 6P44 yang merupakan varian AK-102 dengan laras yang lebih pendek. Satu ciri utama, AK-101/102 seluruhnya dilabur dengan warna hitam yang membuatnya nampak lebih taktis, meninggalkan warna oranye pada AK-47 dan AK-74M.
Perbedaan keduanya ada pada panjang laras, dimana AK-101 menggunakan panjang laras standar setara AK-74M, sementara AK-102 menggunakan laras yang lebih pendek sehingga ukurannya lebih kompak. Pembeda lainnya ada pada muzzle brake dimana pada AK-102 lebih pendek namun diameternya lebih besar untuk mempertahankan tekanan pada laras sehingga sistem piston dapat bekerja dengan andal.
Muzzle brake pada AK-101 menggunakan desain mirip AK-74, dengan lubang pembuang gas hasil penembakan ke arah kiri dan kanan yang dapat meningkatkan akurasi. Selain itu, setelan pisir pada AK-102 juga hanya dibuat sampai stadia 5 atau sampai jarak 500 meter sementara AK-101 sampai stadia 10 atau 1.000 meter. Keduanya mewarisi kualitas bandel dari AK-47 yang tahan debu, lumpur, air, salju, dan keganasan alam lainnya.
Dari segi desain, baik AK-101 maupun AK-102 berbagi desain yang sama, dengan receiver dibuat dari baja dengan teknologi machining, dilengkapi dengan penutup atas. Mekanisme operasinya masih serupa pula dengan AK-74M dan AK-47 pendahulunya, memanfaatkan sistem piston yang terhubung dengan bolt carrier dan didorong oleh gas hasil penembakan. Akses terhadap selektor penembakan dan kunci juga masih sama, dengan tuas besar di sisi kanan yang dapat dipilih S-1-A.
Perubahan kosmetik dilakukan dengan merubah bentuk tabung gas yang kini menggunakan bentuk kepala tabung gas dengan kepala flat. Pada sisi kiri receiver disiapkan rel dudukan dovetail untuk memasang optik. Sementara untuk alat bidik masih tersedia sistem pisir-pejera berupa U post dan tiang pejera yang dilindungi kupingan setengah lingkaran, sama dengan desain keluarga besar AK-47/74. Patut diakui, desain pisir dan pejera ini memang kurang maksimal untuk bidikan yang akurat.
Fitur pembaruan yang diperkenalkan pada AK-101/102 adalah pada popor, pegangan depan atau lade, dan juga magasen. Jika pada generasi AK-74M masih menggunakan bakelite, maka pada AK-101/102 sudah memakai polimer. Popor AK-101/102 masih menggunakan bentuk popor pejal AK-74, tetapi kali ini dapat dilipat di pangkalnya ke arah kiri untuk memudahkan pengguna yang harus masuk ke dalam kendaraan.
Untuk magasen, AK-101/102 menggunakan magasen polimer pula, dengan bentuk yang lebih lurus karena bentuk peluru 5,56x45mm. Ada beberapa varian magasen polimer, tetapi Polri memilih dua tipe magasen, yang pertama magasen dengan pola wafel (kotak-kotak) dan translucent alias tembus pandang sehingga penembak bisa memperkirakan jumlah peluru yang tersisa, sementara magasen kedua adalah magasen polimer biasa dengan rusuk penguat dengan pola yang sama seperti milik AK-74M.
Sementara pada pegangan tangan atau lade, Izhevsk memperkenalkan desain baru yang juga terbuat dari polimer berwarna hitam, dengan bentuk yang lebih ergonomis dilengkapi dengan sejumlah rusuk horisontal yang membuatnya tidak licin ketika digenggam. Popor ini juga sudah memiliki dudukan yang mudah dilepas apabila AK-101 akan dipasangi pelontar granat.
Ya, bersama dengan pembelian AK-101 dan AK-102, sejumlah pelontar granat 30mm GP-30 Obuvka juga turut dibeli. Pelontar granat 40mm Rusia ini memiliki gagang kecil yang dapat digenggam sebagai pegangan depan saat hendak melontarkan granat. Seorang personil penembak granat ini akan membawa amunisi granat dalam kantung bandolier sebanyak 5 granat GRD-40 dengan jarak efektif 100-200 meter, yang hanya diturunkan dalam operasi pengejaran kelompok bersenjata atau teroris.
AK-101 dan AK-102 sendiri masih banyak ditemui disandang oleh personil Brimob hingga hari ini, yang oleh awam terkadang tertukar dengan AK-2000P yang dibeli dari China. AK-101/102 yang dipergunakan oleh personil Brimob sendiri banyak yang dimodifikasi, seperti pemasangan picattinny rail pada bagian cover untuk memasang teropong, atau rel pada handguard untuk menempelkan optik jarak dekat. (Aryo Nugroho)

Bagikan artikel ini

1 komentar

  1. Terimakasih atas infirmasinya. Aekarang jadi lebih tahu senjata andalan Brimob. Tapi kenapa tidak pilih SS buatan Pindad ya? Kan buatan dalam negeri. Atau cukup dipakai satuan Polri saja. 🙏

    BalasHapus

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb