C-130J Super Hercules RAF |
Pada bulan Desember 1994, Pemerintah Inggris memesan pesawat angkut berat C-130J Super Hercules kepada Lockheed Martin. Tandatangan kontrak pengadaan sebanyak 25 unit yang meliputi varian C4 dan C5. C-130J Super Hercules C4 merupakan varian badan sedang, sementara C5 adalah varian badan panjang. Kontrak pengadaan pesawat C-130J Super Hercules 25 unit kala itu senilai 1 Milyar Poundsterling. Lockheed Martin mulai mengirim pesanan Inggris pada tahun 2000, dan selesai seluruhnya pada 2003.
C-130J C5 Super Hercules sendiri memiliki spesifikasi tiga orang kru yakni pilot, kopilot, dan satu orang loadmaster. Kapasitas angkutnya adalah 128 prajurit infantri, atau 92 penerjun, 8 pallet kargo, atau 95 tandu untuk rumah sakit terbang. Varian C5 menggunakan mesin turboprop Allison AE 2100D3 dengan propeller enam bilah R391 dan sudah dilengkapi dengan FADEC (Full Authority Digital Engine Control) yang menaikkan daya dorong 29% saat lepas landas.
15 tahun kemudian, Inggris menghadapi problem finansial yang diciptakannya sendiri, Brexit. Keuangan negara dalam keadaan bobrok dan militernya mengalami defisit parah, tidak mampu membiayai anggaran pengadaan yang membutuhkan 178 Miliar Poundsterling selama satu dekade, antara 2016-2026. Mau tak mau, Inggris dipaksa untuk menjual peralatan militernya yang sudah dianggap usang kalau masih mau proyeknya yang saat ini berjalan bisa bertahan.
Nah, Inggris yang merupakan salah satu negara kontributor dalam proyek A400M akan memiliki 16 unit pesawat angkut gambot tersebut. Hal ini membuat peran C-130J C5 milik AU Inggris (Royal Air Force) beririsan dengan A400M. C-130J C5 tersebut bisa dimasukkan dalam daftar pesawat yang akan dijual, karena peranannya yang sudah bisa digantikan oleh A400M.
Untuk pesawat angkut tangguh seperti C-130J yang umurnya belum lagi 20 tahun, ini adalah kesempatan langka bagi negara calon pembeli untuk memilikinya dengan harga terjangkau. Inggris pun tidak segan menjualnya, karena memang sangat butuh dana segar. Jadi, walaupun A400M punya biaya perawatan yang lebih mahal, dimana kontrak terakhir untuk perawatannya saja mencapai US$ 1 Miliar, Inggris lebih memilih mendapatkan dana segar.
Ada sekitar 12 unit C-130J C5 yang dipensiunkan dari dinas aktif RAF, dan Inggris pun secara aktif menawarkannya. Pemerintah Bahrain secara resmi sudah mengakuisisi dua unit, dimana pesawat-pesawat tersebut sedang dalam proses regenerasi oleh Marshall Aerospace Group di Bandara Cambridge dimana pesawat dikembalikan ke kemampuan aslinya dan dicat dengan kamuflase Bahrain.
Nah, proses pembelian C-130J oleh Bahrain ini kemudian dikritik oleh sejumlah LSM peduli Hak Asasi Manusia di Inggris. Di masa lalu, Inggris menggunakan alasan HAM untuk melarang-larang penggunaan alutsista buatannya untuk digunakan dalam operasi militer. Negara pembeli sampai harus menandatangani klausula khusus untuk tidak menggunakan persenjataan, yang notabene dibutuhkan untuk persiapan konflik, dalam operasi militer.
Indonesia tentu masih ingat betapa pedih dan sakit hatinya kita diembargo oleh Inggris karena masalah Timor-timur. Masih teringat bahwa pesawat latih lanjut/tempur Hawk 100/200 baru yang seharusnya diantarkan Inggris ke Indonesia malah ditinggalkan begitu saja di Thailand oleh pihak Inggris begitu kebijakan embargo diumumkan sampai TNI AU harus mengambilnya sendiri. Saat TNI AD harus menggunakan tank Scorpion dalam operasi darurat militer di Aceh pun, Inggris bersuara keras.
Dalam penjualan C-130J ke Bahrain ini, Inggris padahal tahu bahwa besar kemungkinan pesawat itu digunakan untuk operasi militer terhadap Yaman, membawa suplai dan kargo untuk mendukung koalisi Arab Saudi yang tengah memerangi Houthi.
Badan monitor yang ditugaskan Perserikatan Bangsa-bangsa sendiri sudah melaporkan bahwa ada kemungkinan koalisi Arab Saudi di Yaman telah melakukan kejahatan perang, dan fakta inipun telah diketahui oleh Inggris sendiri. Tapi buat Inggris, nampaknya kali ini uang lebih penting dari sekedar Hak Asasi Manusia, yang terkadang isunya bisa dimainkan demi kepentingan negara adidaya. (Aryo Nugroho)