PKM (Pulemyot Kalashnikova Modernizirovanniy) |
Jawaban Rusia atas senapan mesin M60, mungkin ini kalimat yang paling tepat untuk mendeskripsikan PK (Pulemyot Kalashnikova), senapan mesin regu milik Rusia. Kuat, andal, dan tidak cepat rusak, PK mampu mendominasi M60 jika keduanya diperbandingkan bersisian.
Konsep awal Rusia mengenai senapan mesin regu bersandar pada RPD (Ruchoi Pulemyot Degtytarova), senapan mesin yang mulai dikonsepkan pada 1943. Pada jamannya RPD merupakan senapan mesin yang dilahirkan pada masa perang: mudah dibuat, namun juga memiliki keterbatasan. RPD mudah mengalami gejala overheat, dan pilihan atas kaliber yang digunakan juga menghambat keefektifannya.
Munisi 7,62x39mm M43 (ComBloc) yang juga dipergunakan oleh AK-47 tidak didesain untuk senapan mesin regu, jarak efektifnya yang terbatas hanya 300 meter membuatnya tidak ideal untuk melindungi gerak pasukan atau memotong gerak maju lawan pada jarak yang lebih jauh. Oleh karena itu, karir RPD singkat saja di AD Uni Soviet, tetapi malah panjang di negara pengguna lainnya seperti di Indonesia.
Diam-diam, Uni Soviet mencoba mengatasi kelemahan RPD dengan membuat senapan mesin yang lebih tangguh dibandingkan RPD. Tidak seperti AS dan Eropa yang terkagum-kagum dan mencontek MG42 Jerman sehingga turunannya seperti MG3 dan M60 memiliki banyak kesamaan dengan mesin jahit Jerman tersebut, Soviet cukup percaya diri dengan kemampuan para enjinir yang mereka miliki.
Para desainer senjata diundang untuk merepresentasikan karya terbaik mereka, dan tantangan ini tak kurang dijawab sendiri oleh Mikhail Kalashnikov. Satu proyek lagi dipersembahkan oleh Grigory Nikitin dan Yuri Sokolov. Keduanya mengambil basis proyektil 7,62x54mmR (Rimmed). Secara tradisional proyektil 7,62x54mmR adalah peluru standar yang sudah terbukti keandalannya, dipergunakan dalam senapan Mosin Nagant yang populer sebagai senapan runduk di Front Timur.
Senapan SVT yang merupakan senapan otomatis pertama Soviet, serta senapan mesin PM dan DS juga menggunakannya. Akan tetapi, 7,62x54mmR juga menawarkan kontradiksinya sendiri. Dengan desain rim yang lebar di ekor kelongsong, sesungguhnya proses ekstraksi atau penarikan kelongsong yang sisa penembakan menjadi sulit, karena peluru ini sesungguhnya tidak didesain untuk senapan otomatis apalagi senapan mesin.
Akan tetapi, Kalashnikov bisa mengakali kelemahan tersebut dan ini menjadi kunci bagaimana ia bisa memenangkan persaingan dengan Nikitin dan Sokolov. Rahasianya, Kalashnikov tidak merancang senapan mesin dengan mekanisme sulit dan teknik pembuatan rumit. Ia sadar betul mengenai kapabilitas industri manufaktur senjata Soviet yang masih terbelakang saat itu.
Hasilnya, Mikhail Kalashnikov membenamkan sebanyak mungkin teknologi pada AK-47 kedalam proyeknya yang disebut PK (Pulemyot Kalashnikova). Hasilnya, PK milik Kalashnikov akhirnya diumumkan sebagai pemenang dan masuk dalam tahapan produksi.
Secara konvensional, PK sesungguhnya tidak bisa disebut sebagai senapan mesin murni. Beberapa hal memang membuatnya layak disebut senapan mesin, seperti sistem pasokan dengan menggunakan sabuk peluru, atau receivernya yang menganut model buka keatas. Ciri khas senapan mesin lainnya adalah pengaplikasian sistem open bolt yang memungkinkan penembakan secara kontinyu.
Selebihnya, PK adalah AK-47 yang diperbesar. Tidak percaya? Silahkan intip jeroan PK. Dibalik receivernya yang yang dibuat dengan proses stamping dari lembaran baja setebal 1,5mm sehingga membutuhkan banyak paku keling (rivet) untuk memperkuat strukturnya, tersimpan sistem gas operating, rotating bolt dengan sistem piston dan bolt carrier persis seperti AK-47, hanya diperbesar.
Cara mengakses mekanisme dalam pun sama dengan AK-47, dengan menekan tombol di receiver atas yang terletak di belakang, tepat diatas pangkal popor. Setelah receiver atas dibuka, maka akan terlihat satu kaver lagi yang berfungsi untuk merupakan feed tray untuk menekan peluru kedalam kamarnya, itupun harus diangkat. Bila sudah, rogohkan tangan agak kebawah untuk melepaskan pegas pengembali, setelah itu seluruh bolt carrier bisa ditarik keluar, termasuk pistonnya yang dikrom untuk menahan gesekan.
Sebagai senjata yang menembakkan peluru yang lebih besar, sudah tentu ukuran bolt carrier dan piston PK lebih besar dibanding AK-47, dan posisi piston juga ada di sebelah bawah, berbeda dengan AK-47 yang tabung gasnya ada di sisi atas. Bolt pada PK menggunakan dua lug, sama seperti AK-47, hanya saja firing pinnya menempel ke bolt carrier.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, PK beroperasi dengan sistem gas, dimana sebagian gas hasil penembakan akan disalurkan ke tabung gas yang ada di sebelah bawah laras, yang kemudian akan mendorong batang piston yang menempel di bolt carrier, mendorong carrier bergerak kebelakang, melontarkan kelongsong dan langsung memasukkan peluru baru siap ditembakkan.
Tabung gas pada PK memiliki setelan regulator untuk mengatur jumlah gas yang masuk dan mendorong piston. Varian PK yang digunakan oleh infantri memiliki 3 setelan, setelan 1 adalah seting dasar yang digunakan saat senjata dalam keadaan bersih, atau belum ditembakkan setelah dibersihkan sebelumnya.
Posisi 2 dan 3 baru digunakan kalau PK dioperasikan dalam medan berdebu atau sisa mesiu sudah menumpuk dalam mekanisme sehingga butuh tenaga lebih untuk mendorong carrier. Sementara varian PK yang digunakan untuk kendaraan tempur biasanya memiliki regulator berbentuk corong yang sekaligus berfungsi membuang sisa gas kearah luar agar tidak masuk kedalam kabin.
Sistem pisir-pejera pada PK mengadopsi milik AK-47 dengan sejumlah perbedaan. Tiang pejera persis sama dengan AK-47, namun model pisirnya yang menganut model tangen U dan post dipasang secara terbalik dari AK-47.
Jika tombol setel AK-47 didorong kedepan untuk jarak yang makin jauh, tombol setel pada PK justru ditekan kearah penembak/ belakang, karena pemasangannya yang kebalikan dengan AK-47. Setingan jarak pada PK juga lebih banyak, sampai 1.500 meter dengan setelan battlesight pada jarak 300 meter. Karena terhitung generasi lama, tidak ada dudukan khusus untuk memasang optik pada PK ataupun PKM. (Aryo Nugroho)
Sumber : https://c.uctalks.ucweb.com/