XM25 CDTE Punisher, Sistem Senjata Canggih Penghancur Musuh yang Bersembunyi - Radar Militer

09 Oktober 2017

XM25 CDTE Punisher, Sistem Senjata Canggih Penghancur Musuh yang Bersembunyi

XM25 CDTE Punisher
XM25 CDTE Punisher 

Masih ingat dengan konsep senjata masa depan AS XM29 OICW (Objective Individual Combat Weapon) yang akhirnya mangkrak di tengah jalan? Senapan multi kaliber yang ekstra berat tersebut akhirnya dipecah-pecah menjadi sistem senjata tunggal OICW Block I berupa senapan serbu XM8, sistem pelontar granat XM25, dan sistem optik terintegrasi XM104 target acquisition/fire control system.
Dari sub komponen tersebut, XM25 boleh dikatakan sebagai sistem senjata yang paling menarik karena menggabungkan antara pelontar granat dengan sistem kendali penembakan canggih. Seluruh tubuh XM25 dibalut dengan receiver dari bahan hi-strength polymer yang enteng namun sangat ringan. Walaupun sebutan resminya adalah CDTE (Counter Defilade Target Engagement System), prajurit pengguna lebih suka menyebutnya The Punisher karena kemampuannya yang letal.
Pada generasi awal, sosok luar XM25 masih sangat simpel, karena benar-benar baru dilepas dari XM29. Namun purwarupa akhir sudah menunjukkan layout yang mirip dengan XM8, dimana gas block pada XM25 kini sudah dibungkus pula oleh receiver. Karena menerapkan mekanisme bullpup, maka front grip yang sudah menjadi syarat wajib senjata jenis ini disediakan pula, namun pada XM25 dibuat menyatu dengan trigger guard sehingga tampak lebih manis.
Terakhir, ada pula dust cover pada sisi belakang sebelah kanan, yang melindungi ejection port tempat keluarnya kelongsong sisa penembakan. Sebenarnya di sisi kiri juga nampak adanya “calon” ejection port untuk mengakomodasi penembak kidal, namun nampaknya ini masih sebatas konsep saja.
Untuk urusan melontarkan peluru, XM25 sebenarnya masih bekerja dengan sistem konvensional, alias gas operated. Gas yang dihasilkan oleh penembakan peluru dialirkan ke piston di gas block yang akan mendorong bolt ke belakang. Yang beda hanya charging handle (pengokang) di sisi kiri depan yang dihubungkan ke bolt dengan guiding rod, mengingat XM25 adalah senjata bullpup.
Namun jangan terburu-buru menuduh senapan ini terlalu biasa, karena letak rahasianya justru ada pada granat 25 mm low velocity yang mampu dilontarkannya. Jika granat 40 mm yang sudah lazim dipakai AS hanya bisa meledak pada titik perkenaan (point impact), maka granat 25 mm memiliki proyektil yang disebut HEAB (High Explosive Air Burst).
Granat 25 mm ini memiliki peledakan yang bisa diatur pada jarak tertentu. Ini tentu merupakan lompatan teknologi senjata yang sangat spektakuler. Jika sebelumnya para desainer senjata mencari cara untuk menembus penghalang untuk menghantam sasaran di belakangnya, granat 25 mm dirancang untuk bypass alias potong kompas.
Dibanding memperbesar kaliber yang berujung pada membengkaknya bobot senjata, bukankah lebih baik membuat senjata yang bisa terbang di atas lawan lalu meledak di atasnya? Inilah yang kemudian melahirkan granat 25 mm HEAB. Operator bisa mengeset jarak yang diinginkan pada XM104 FCS berdasarkan inputan jarak sasaran yang diberikan oleh laser rangefinder yang juga terintegrasi di dalamnya.
Komputer balistik pada XM104 lalu akan mengirimkan sinyal radio yang akan diterima oleh chip yang tertanam tepat di tengah-tengah hulu ledak granat 25 mm HEAB. Chip kemudian akan mengeset sumbu (fuse), menerjemahkannya menjadi perintah peledakan setelah melewati patokan jarak yang ditentukan.
Karena tertanam di tengah bahan peledak, ledakan granat ini akan menghasilkan pecahan yang berbentuk lingkaran sempurna, menjadi hujan metal panas yang akan membunuh siapapun dalam radius 15-20 meter di bawahnya. Ini berarti penembak tidak perlu pusing-pusing mencari titik lemah perlindungan yang dipakai musuh, apalagi bila musuh berlindung di balik ranpur/MBT yang berbaja tebal misalnya. Kalau unit XM104 tidak terpasang, rusak, atau kehabisan baterai, maka granat 25 mm ini tetap bisa dioperasikan menjadi granat biasa alias point of impact rounds, tidak ubahnya seperti granat 40 mm.
Dengan potensi yang dimilikinya, XM25 punya kans menjadi senjata pelontar granat tunggal (standalone) kedua setelah bertahun-tahun M79 tidak ada gantinya. Apalagi, XM25 yang bisa menghantam target titik pada jarak 500 meter jauh lebih baik dari M203 dengan leaf sight yang hanya mumpuni di jarak 150 meter.
Namun, ternyata AD AS sudah pasang kuda-kuda pula. Mereka jauh-jauh hari sudah mewanti-wanti bahwa paduan M16/M4 dengan M203 tetap tak tergantikan, apalagi posisi M249 SAW gunner. Mungkin jika semua infanteri AD AS sudah beralih ke Land Warrior System/ Future Force Warrior yang menawarkan akurasi di atas daya tembak, AD AS baru mau mengorbankan satu posisi rifleman untuk ditempati oleh XM25. Kita tunggu saja. (Aryo Nugroho)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb