KSAU Marsekal TNI Hadi Tjahjanto |
KSAU Marsekal TNI Hadi Tjahjanto telah melalui pentahapan fit and proper test di Komisi I DPR, sehingga secara resmi sudah dapat dilantik menjadi Panglima TNI. Sedang Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menunggu masa-masa pensiun pada bulan Maret 2018 nanti.
Ada sejumlah pekerjaan rumah strategis yang telah menanti sang Panglima baru. Masa-masa beberapa bulan ke depan haruslah diisi dengan perencanaan dan pemetaan apa saja yang harus diperbaiki dan ditingkatkan oleh TNI selaku organisasi besar. Berikut adalah empat pekerjaan rumah besar Panglima TNI:
1. Pemenuhan Minimum Essential Forces
Pemenuhan Kekuatan Esensial Minimum, yang telah mencapai Tahap II MEF TNI masih belum menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Jika dihitung secara persentase, pencapaiannya bahkan belum sampai 50 persen, sehingga dari sisi alutsista, TNI masih belum mencapai jumlah yang ideal, apalagi kalau berharap bahwa TNI dapat memiliki kekuatan deterens dari ancaman luar.
Program pembelian alutsista strategis seperti Su-35 Super Flanker sebagai pengganti F-5 Tiger TNI AU, kemudian pengadaan kapal perang PKR untuk TNI AL, dan kendaraan angkut pasukan untuk TNI AD belum dapat direalisasikan sesuai dengan prioritas rencana. Su-35 bahkan sampai sekarang masih menjadi item yang belum kontrak.
2. Pendayagunaan industri pertahanan dalam negeri
Masih ada kaitannya dengan kekuatan esensial minimum, Industri pertahanan dalam negeri divisikan mampu memenuhi kebutuhan TNI. KIPP selaku pengarah industri pertahanan telah menetapkan sejumlah proyek strategis seperti tank medium, kapal selam, roket, propelan dan kapal cepat rudal, tetapi masih banyak yang belum sesuai dengan perkembangan tahapan pengembangan.
Dari seluruh proyek tersebut baru tank medium yang dapat terlihat wujudnya, tapi itupun masih belum menjalani sertifikasi, apalagi produksi. Dengan ketergantungan yang tinggi pada produk alutsista impor, terdapat kerawanan bagi TNI dalam hal ketergantungan pada produsen luar.
3. Penanganan atas KKSB Papua
Eskalasi gangguan KKSB (Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata) sudah mencapai tingkatan yang dapat membahayakan stabilitas nasional. Penyanderaan atas desa Banti dan Kimbeley menunjukkan bahwa KKSB tidak hanya membahayakan di level lokal, tetapi juga berupaya menarik perhatian internasional.
Dengan digolongkannya kelompok-kelompok kriminal bersenjata di Papua sebagai separatis, terbuka kemungkinan bagi TNI untuk melibatkan diri dan memberikan pukulan mematikan dan menentukan bagi KKSB menjadi besar, sehingga dapat membuat kelompok-kelompok lain dengan aspirasi serupa mengurungkan niatnya untuk angkat senjata.
4. Merubah doktrin TNI
TNI khususnya TNI AD telah membeli sekian banyak alutsista, namun dari segi kemampuan manuver, doktrin operasi gabungan atau combined arms belum dapat diwujudkan secara paripurna. Rencana untuk membentuk CAMB (Combined Arms Mechanized Batallion) sampai sekarang belum terealisasi.
Di sisi kemampuan serang, TNI AU menjadi Negara satu-satunya di kawasan ASEAN di luar Brunei Darussalam yang tidak memiliki kemampuan untuk melontarkan bom pintar (smart bomb) dan melatih kemampuan combat controller untuk mengarahkan munisi pintar ke sasaran, walau memang sejumlah bom pintar dari AS sudah dipesan dari Amerika Serikat. Butuh langkah strategis dari Panglima untuk dapat mendorong masuknya TNI ke era kemampuan tempur modern. (Aryo Nugroho)
Sumber : https://c.uctalks.ucweb.com