F-35I Adir |
Sedikit menyinggung situasi Timur Tengah yang membara akibat ucapan Trump soal Yerusalem sebagai ibukota Israel, Amerika Serikat memang mendukung Israel tanpa syarat. Ini terbukti dari dukungan teknologi persenjataan yang diberikan kepada Israel, semuanya kelas satu.
Terkait dengan hal tersebut, Angkatan Udara Israel (Hey’l Ha’avir) secara resmi mengumumkan bahwa F-35I Adir yang merupakan varian dari F-35 Lightning telah mencapai tahapan IOC (Initial Operational Capability) alias siap diterjunkan dalam misi tempur, seperti diungkapkan media Times of Israel (5/12).
Israel menjadi Negara pertama di luar AS yang menyatakan kesiapan tempur F-35nya, walaupun Negara seperti Australia sudah menerima F-35A lebih dulu. F-35I Adir menjalani masa-masa pengujian dan integrasi di Skadron Udara 140, yang dikenal juga sebagai Skadron Elang Emas. Komandan Skadron 140, LetKol Yotam menyatakan bahwa skadronnya setiap hari belajar mengenai kemampuan pesawat, sistem operasi, dan perawatannya.
Israel yang memesan 50 F-35I dan opsi 25 unit lainnya memang diistimewakan oleh AS dalam hal kepemilikan F-35. Israel menjadi satu-satunya Negara yang diberi kode sumber untuk seluruh perangkat lunak dari F-35, sehingga memampukannya untuk memodifikasi, termasuk mengintegrasikan avionik buatannya sendiri ke dalam F-35, dan membuat kode baru yang bisa saja memberikan kemampuan tambahan bagi F-35I di luar F-35 yang dimiliki oleh Amerika Serikat.
Israel sendiri sudah menyatakan akan membeli satu F-35 khusus yang akan dijadikan wahana pengujian untuk perangkat lunak yang dibuatnya sendiri. Sejumlah rencana pengembangan dari F-35 yang akan dilakukan adalah pembuatan CFT (Conformal Fuel Tank) atau tangki bahan bakar cadangan yang dibuat dengan desain siluman penipu radar dan diintegrasikan ke badan F-35 agar tidak menghilangkan kemampuannya menghilang dari radar. Penambahan CFT dianggap vital karena Israel hanya memiliki armada pesawat tanker dalam jumlah yang terbatas.
Kemampuan lain yang dipandang mendesak diintegrasikan ke F-35 Adir adalah kemampuan untuk melontarkan beragam sistem senjata serang jarak jauh (stand off) seperti AGM-142 Popeye atau rudal udara-darat dan bom pintar buatan Israel sendiri, agar tidak tergantung pada persenjataan Amerika Serikat.
Kemampuan terbang jauh dan serangan jarak jauh ini diperkirakan akan sangat berguna bagi Israel untuk menghadapi hegemoni lawan di kawasan seperti Iran yang secara terbuka sudah mengancam Israel dan akan memusnahkannya dari muka bumi. (Aryo Nugroho)
Sumber : https://c.uctalks.ucweb.com