ST Kinetics Spyder LSV |
Kendaraan serbuan cepat alias light strike vehicle memang terbatas dalam hal daya jual, tetapi menggiurkan (niche market) karena banyak dipakai oleh pasukan khusus. Tren yang dimulai oleh Chenowth yang membuat IFAV untuk AD AS dan pasukan khusus Special Operation Force Detachment Delta (SFOD-D) dan US Navy SEALs tersebut menggariskan kebutuhan kendaraan kecil yang memiliki kecepatan tinggi dan bersenjata lengkap.
Daya gebuk yang mumpuni dan kecepatan adalah senjata utamanya, walau dari sisi perlindungan memang sangat minim. Kecepatan adalah kunci kemenangan, karena musuh sulit mengejar. Datang, serang, dan lalu pergi. Yang terpenting, serangan bisa dilakukan secara pendadakan sebelum musuh sempat bereaksi, dan sudah pergi meninggalkan kehancuran yang besar. Konsep ini berhasil dibuktikan secara sukses dalam berbagai penggelaran di Irak 1991 dan pada 2003.
Konsep ini ditangkap dengan sangat baik sekali oleh Singapura, ketika mereka melansir Flyer 4x4 LSV pada dekade 1990an. Sebagai ciri khas negara yang mengedepankan keunggulan teknologi untuk melipatgandakan keunggulan, AD Singapura terus bergerak agar tidak tertinggal. LSV yang usianya masih terhitung muda sudah harus dicarikan penggantinya, ini terkait dengan visi Kementrian Pertahanan Singapura (MinDef) yang menyebutkan bahwa LSV akan memiliki peran yang agresif.
Dengan tipikal negeri yang didominasi oleh lanskap urban, Negara Singa ini membutuhkan platform yang lincah dipakai menyelusup di antara jalan-jalan, baik lebar maupun jalanan sempit yang diapit bangunan, untuk bermain petak umpet melawan armor alias kekuatan lapis baja lawan.
LSV generasi baru ini tidak hanya akan digunakan mengintai saja, tetapi juga harus mampu memberikan perlawanan, dan kalau perlu, menghancurkan kekuatan lapis baja musuh dalam kesempatan pertama. Sistem senjata yang akan diusung oleh LSV generasi baru tersebut adalah rudal antitank pintar Spike-LR, yang dikembangkan bareng antara Singapura dan Israel.
Biarpun lapisan proteksinya minim, platform LSV dipercaya akan lebih trengginas bermanuver dibandingkan dengan rantis berbasis jip 4x4. Apalagi untuk penggelaran jarak dekat, dimana kapasitas bahan bakar tidak menjadi prioritas. Tapi untuk jarak jauh pun tidak apa, karena LSV bisa membawa banyak jeriken bahan bakar. LSV dengan sumbu rodanya yang amat dekat dengan tanah tentu membawa sejumlah keuntungan seperti rendahnya siluet kendaraan, sehingga musuh sukar menebak arah datang dan pergi LSV.
Rantis andalan Singapura ini juga bisa digeber dengan akselerasi yang jauh lebih baik dibandingkan jip serbu, jadi konsep serbuan shoot and scoot benar-benar bisa diaplikasikan. Pada tahun 2004, ST Kinetics untuk pertama kalinya menghadirkan purwarupa LSV generasi kedua yang disebut Spyder dalam pameran bergengsi Asian Aerospace. Sosoknya masih mirip dengan LSV generasi pertama/ Flyer, terutama pada bagian bonnet walau untuk komponen lainnya mengalami ubahan besar.
Dibandingkan pendahulunya, purwarupa ini sudah menggunakan konfigurasi tempat duduk 3x2, artinya untuk setiap baris ada tiga kursi. Sedikit unik memang, karena lingkar kemudi justru ditaruh di tengah, di posisi kursi kedua baris terdepan. Bukan sekedar gaya-gayaan, format begini dipercaya niscaya akan mampu memberikan cakupan bidang tembak yang memadai di kanan-kiri. Penumpang di kiri dan kanan pengemudi bisa mengoperasikan senapan mesin dan melindungi kendaraan.
Setelah beberapa tahun dalam keadaan hiatus, angin segar bertiup atas program LSV generasi kedua tersebut. Untuk platform yang masih berusia muda, LSV MkII memang memperoleh dukungan yang luar biasa dari AD Singapura sebagai negara tuan rumah yang bangga menggunakan produksi dalam negerinya. Kontrak penjualan pada tahun 2011 senilai S$68 juta dolar dari Kementerian Pertahanan Singapura sudah cukup untuk membantu memastikan lini produksi LSV MkII di dalam negeri berjalan sampai ke fase produksi. Kepercayaan yang diberikan ke ST Kinetics ditebus dengan kesungguhan prima. Wujud LSV New Generation tersebut dirombak ulang, total meninggalkan tampak muka lama dari generasi pertama.
Dengan bobot yang ringan, Spider LSV MkII memang jadi mudah digelar ke garis depan. Bila diangkut dengan CH-47E Chinook, sebanyak dua Spyder bisa diangkut digantung (underslung) bersisian dengan menggunakan sling ganda berkekuatan 12,5 ton. Cantelan sling tinggal dikaitkan ke loop yang sudah disediakan pada frame ROPS LSV MkII. Ini berarti hanya butuh satu Chinook saja untuk menggelar satu regu tempur yang langsung bisa bergerak ke garis depan sesuai dengan kebutuhan.
Di Indonesia pun kini sudah bisa membuatnya dalam bentuk rantis P6 ATAV buatan PT. SSE yang sempat digunakan oleh Presiden Joko Widodo dalam inspeksi HUT TNI ke-72. (Aryo Nugroho)
Sumber : https://c.uctalks.ucweb.com