Kapal Penyapu Ranjau Frankenthal Class |
Meski tengah menunggu kontrak pengadaan, dua unit kapal penyapu ranjau Frankenthal Class buatan Lurssen Defence telah dipinang TNI AL untuk memperkuat armada Satran (Satuan Kapal Ranjau). Nilai pengadaan untuk kedua kapal penyapu ranjau tersebut pun telah dipatok senilai US$204 juta. Meski belum diketahui kapan persisnya realisasi Frankenthal Class, namun menarik dicermati adalah bagaimana cara kapal ini menetralisir ancaman ranjau di lautan.
Frankenthal Class yang menjadi pilihan TNI AL tentu bukan kapal buru/sapu ranjau sembarangan, Frankenthal Class saat ini telah menjadi bagian dari kekuatan Standing NATO Mine Counter Measure Groups 1 (SNMCMG1), yang beroperasi di Laut Baltik dan Laut Utara. Misi yang diemban tentu tak ringan, pasalnya FGS Sulzbach-Rosenberg M1062, salah satu Frankenthal Class AL Jerman menjadi garda utama NATO untuk mengantisipasi tebaran ranjau yang suatu waktu mungkin saja ditebar oleh Rusia.
Dalam menjalankan misi penyapuran ranjau, ada empat tahapan yang dijakankan Frankenthal Class dengan mengandalkan side scan dan mounted sonar.
1. Deteksi
Lewat bantuan sonar pada kapal, dilakuka deteksi dini untuk menemukan benda yang diduga ranjau lewat pancaran sinyal yang dipantulkan oleh obyek tersebut.
2. Klasifikasi
Setelah suatu obyek yang mencurigakan berhasil dideteksi lewat sonar, selanjutnya dilakukan klasifikasi apakah obyek tersebut adalah benar merupakan ranjau, dan jenis ranjau apakah yang dihadapi dan bagaimana mekanisme peledakan yang mungkin dihadapi.
3. Identifikasi
Pasca klasifikasi dilakukan terhadap obyek yang telah dinyatakan sebagai ranjau, selanjutnya kapal penyapu ranjau akan menurunkan wahana Remote Operated Vehicle (ROV) atau mine clearance diver akan melakukan pengambilan foto pada ranjau secara langsung. Disamping itu, ROV berperan memeriksa dan observasi area di sekitar ranjau. Hal ini dilakukan kemudian untuk menentukan metode seperti apa yang paling pas untuk melakukan eliminasi pada ranjau yang dimaksud.
4. Eliminasi
Pada ranjau yang telah ditemukan, bisa dilakukan proses penghancuran (peledakan), tapi bisa pula ranjau ‘diamankan’ untuk kebutuhan penyelidikan lebih lanjut. Sebagai eksekutor di tahap ini adalah ROV atau bisa juga penyelam sekelas Kopaska (Komando Pasukan Katak).
Tentang Frankenthal Class, selain merupakan jenis kapal penyapu ranjau yang dirilis Lurssen, Frankenthal Class juga menjadi yang paling banyak diproduksi dan telah digunakan AL Jerman yang mengoperasikan 10 unit Frankenthal Class, sementara ada dua unit Frankenthal Class yang juga dioperasikan AL Uni Emirat Arab. Ikut serta dalam sistem Frankenthal Class adalah ROV jenis Pinguin B3 untuk misi mine hunting. (Gilang Perdana)
Spesifikasi Frankenthal Class :
- Displacement: 650 ton
- Length: 54,4 meter
- Beam: 9,2 meter
- Draft: 2,6 meter
- Propulsion: 2 × MTU 16V 538 TB91 diesel-engines, 2040 kW each/ 2 × electric motors for slow and silent maneuvering/ 2 × Renk PLS 25 E gearboxes/ 2 × controllable pitch propellers
- Speed: 18 knots (33 km/h)
- Complement: 41
- Sensors and processing systems: 1 × hull mounted DSQS-11A mine hunting sonar DRBN 32 navigation radar
- Electronic warfare & decoys:2 × TKWA/MASS (Multi Ammunition Softkill System) decoy launchers/ 2 × Barricade chaff and flare launcher
- Armament: 1 × Bofors 40 mm/L70 dual purpose gun/ 2 FIM-92 Stinger MANPADS surface-to-air missile/ 2 × Pinguin B3 mine hunting ROV Mine laying capabilities
Sumber : http://www.indomiliter.com/