Jet Tempur F/A-18 Super Hornet |
Tiga tahun bergabung dalam pasukan tempur koalisi AS melawan kelompok ISIS di Irak, Australia akhirnya memutuskan untuk menarik mundur jet tempurnya kembali ke negaranya.
Selama bergabung dengan pasukan koalisi AS di Irak, angkatan udara Australia telah melakukan 2.700 penerbangan dengan lebih dari 21.000 jam terbang.
Dikutip dari The New Arab, penarikan mundur pesawat tempur Australia sebagai realisasi pernyataan Menteri Pertahanan Marire Payne pada Desember 2017 lalu.
Saat itu, Payne menyatakan akan segera mengakhiri operasinya di Irak setelah pemerintahan negara itu mengumumkan kemenangan atas kelompok teroris yang dibentuk pada 2014 tersebut.
Mark Binskin, Marsekal Udara dari angkatan udara Australia (RAAF) mengatakan, selama bergabung dengan koalisi AS di Irak, jet tempur Australia telah sangat berkontribusi dalam kemenangan melawan ISIS.
"Selama lebih dari tiga tahun, ratusan personil Angkatan Pertahanan Australia (ADF) telah dikirim ke Timur Tengah sebagai bagian dari elemen Kelompok Serangan Udara (ATG)," kata Binskin dalam sebuah pernyataan.
"Dengan setiap penugasan, mereka telah menunjukkan tingkat keterampilan, keberanian dan profesionalisme tertinggi."
"Kelompok Serangan Udara maupun keluarga para pasukan patut berbangga dengan prestasi dan kontribusi penting mereka dalam membantu Pasukan Keamanan Irak membebaskan negara mereka dari Daesh (ISIS)," tambah Binskin.
Namun di tengah prestasi yang dicapai, peperangan melawan ISIS di Irak turut menimbulkan korban dari warga sipil.
Data organisasi non-pemerintah menyebut, setidaknya 3.200 warga sipil tewas akibat serangan yang dilancarkan koalisi AS antara Oktober 2016, saat serangan terhadap ISIS di Mosul dimulai hingga dibebaskannya kota itu pada Juli 2017. (Agni Vidya Perdana)
Sumber : http://www.kompas.com/