SPG-9 Warrior |
Di salah satu babak film “Black Hawk Down (2001),” Norm “Hoot” Gibson anggota Delta Soldier yang diperankan aktor Eric Bana berhasil merampas senjata tanpa tolak balik (STTB) SPG-9 dari tangan milisi Somalia. Tanpa membuang kesempatan Hoot langsung mengarahkan tembakan dari SPG-9 yang terpasang pada pick-up. Adegan tersebut tentu amat lekat bagi penggemar genre film perang. Dan tahukah Anda, bahwa TNI kini juga mengoperasikan senjata recoilless rifle ini, namun dengan varian yang lebih modern.
Dalam sebuah unggahan video di YouTube, nampak personel TNI dengan helm biru (misi Pasukan PBB) sedang berlatih dengan instruktur asing dengan senjata yang disebut SPG-9 Warrior. Resminya senjata ini menyandang fungsi sebagai ATGL (Anti Tank Grenade Launchers) di kaliber munisi 73 mm. SPG-9 Warrior yang digunakan pasukan TNI diketahui merupakan produksi Bularmas, LTD, manukfaktur senjata asal Bulgaria.
Sebelum mengupas SPG-9 Warrior, perlu diketahui SPG-9 adalah senjata yang usianya sudah lumayan tua. Senjata yang aslinya buatan Uni Soviet ini mulai digunakan pada 1962, dan sampai saat ini masih terus digunakan. Beragam pergolakan dan konflik di belahan dunia tak jarang melibatkan SPG-9. Sifatnya yang mobile dengan dukungan tripod dan mudah dalam perawatan, menjadikan SPG-9 menjadi salah satu senjata yang amat digemari, termasuk di kalangan milisi bersenjata.
Karena didapuk sebagai senjata tanpa tolak balik, maka tak ada efek hentakan yang dihasilkan saat proses penembakan. Tipe amunisi yang bisa digotong beragam, mulai dari HE (High Explosive), HEAT (High Explosive Anti Tank) dan hulu ledak berfragmentasi.
Bagaimana dengan kemampuan SPG-9 Warrior? Bila disasar untuk menghajar target dengan hulu ledak HEAT untuk sasaran berupa kendaraan lapis baja, maka jarak tembak efektifnya 1.300 meter. Namun SPG-9 juga ampuh untuk melakukan tembakan melambung (indirect), dengan hulu ledak fragmentasi, jarak tembak efektifnya berkisar antara 4.600 - 4.800 meter. Kecepatan luncur proyetil mencapai 700 meter per detik, dan di tangan awak yang terampil, dalam satu menit dapat dilakukan enam kali penembakkan.
Yang menjadi letak pembeda SPG-9 Warrior dengan SPG-9 standar, adalah tersedianya dukungan optical sight PGOK-9 dan night sight PGN-9. Ini artinya presisi penembakan tak jadi masalah bila dilakukan pada malam hari sekalipun.
Secara umum, SPG-9 Warrior punya panjang 2.360 mm, lebar 1.100 mm dan tinggi 850 mm. Bobotnya (tanpa tripod) 50 kg, dan bila ditambahkan tripod menjadi 55 kg. Saat diperkenalkan oleh Uni Soviet, senjata ini diberi label SPG-9 Kopye (Spear) tripod-mounted man-portable. Senjata tanpa tolak balik sejenis ini juga dapat Anda jumpai di koleksi Museum TNI Satria Mandala, Jakarta. (Haryo Adjie)
Sumber : http://www.indomiliter.com/