Inilah Gambaran Jika Pasukan Elite Anti-teror Bersatu Menumpas Teroris Tanpa Kenal Kompromi - Radar Militer

19 Mei 2018

Inilah Gambaran Jika Pasukan Elite Anti-teror Bersatu Menumpas Teroris Tanpa Kenal Kompromi

Pasukan Anti-teror TNI
Pasukan Anti-teror TNI  

Jauh sebelum Komando Operasi Khusus Gabungan (Koopssusgab) dibentuk untuk memerangi terorisme pada Juni 2015, pasukan khusus gabungan TNI dan Polri sebenarnya pernah melakukan latihan bersama.
Latihan itu berlangsung pada tahun 2004 dan berlokasi di gedung MPR/DPR kompleks Senayan, Jakarta.
Simulasi latihan menggambarkan ketika 40 teroris bersenjata lengkap tiba-tiba menguasai gedung MPR/DPR dan menyandera ketua MPR dan DPR beserta seluruh anggota dewan yang tengah melakukan persidangan.
Akibatnya, situasi sidang untuk menyiapkan Pemilu 2004 berubah mencekam.
Seorang anggota dewan bahkan ditembak teroris demi memberi peringatan kepada yang lain agar tidak melakukan perlawanan.
Selanjutnya, teroris meminta kepada pemerintah RI untuk menebus para sandera dengan tiga hal.
Uang 50 juta Dollar AS, menyiapkan sebuah helikopter dan meminta berbicara langsung dengan Kapolri.
Bila permintaan tidak dipenuhi, teroris yang menyebut dirinya Musang mengancam melakukan pembunuhan dan penghancuran besar-besaran.
Pemerintah segera meminta TNI dan Polri melumpuhkan teroris. Perencanaan disusun dengan cepat. Permintaan teroris juga disediakan.
Tetapi, tanpa sepengetahuan kawanan teroris ( Musang) , ‘hadiah khusus’ tengah disiapkan. Yaitu pasukan khusus gabungan lawan teroris yang sudah terlatih dengan baik.
Musang terus melakukan ulah berlebihan. Merasa posisinya berada di atas angin, mereka melakukan show of force.
Demi melakukan teror lebih besar, Musang pun menembak satu sandera lainnya.
Tindakan semena-mena ini tentu saja memancing kemarahan pemerintah RI. Niat memberikan toleransi akhirnya berubah menjadi tindakan pembasmian.
Untuk pertama kalinya, tiga pasukan khusus dari TNI yakni Satuan 81 Kopassus (TNI AD), Detasemen Jala Mangkara (Marinir TNI AL), Detasemen Bravo 90 (TNI AU) dan satu khusus Satuan I Gegana dari Kepolisian RI dikirim untuk memberangus.
Tindakan penyergapan TNI-Polri dilakukan pertama kali melalui penerjunan Denjaka ke atas gedung Nusantara III.
Setelah itu penurunan Bravo 90 menggunakan tali dari helikopter, juga ke gedung yang sama.
Di luar gedung, sepasukan Bravo 90, Denjaka dan Sat-81 bersiap mendobrak gedung. Mereka bersenjata lengkap didukung kendaraan tempur.
Meski berupa simulasi pertempuran, aksi gabungan pasukan khusus melawan teroris dapat dikatakan tidak main-main.
Beberapa kaca di lantai lima gedung Nusantara III dipecahkan melalui tendangan kaki Denjaka dan Bravo 90 yang turun menggunakan tali.
Sementara di bawah, dengan menggunakan peluru tajam, Sat-81 melakukan pendobrakan sekaligus penyerangan ke dalam gedung.
Sat I Gegana dibantu anjing pelacak, melakukan penyerangan seraya melumpuhkan bom yang telah dipasang secara acak.
Dalam waktu tidak kurang dari 20 menit, tindakan cepat yang dilakukan tim pasukan khusus gabungan membuahkan hasil. Beberapa Musang berhasil ditembak sementara sisanya ditangkap.
Irjen Pol. Dewa Astika saat itu selaku penanggung jawab latihan mengatakan bahwa simulasi pertempuran dilakukan guna menjawab dinamika di dalam negeri.
Skenario latihan pun disesuaikan dengan situasi yang mungkin saja terjadi dalam penyelenggaraan Pemilu 2004.
Selain itu, melalui latihan tersebut TNI dan Polri bermaksud menunjukkan kepada publik bahwa TNI-Polri punya profesionalisme di bidangnya.
Segala tindakan membahayakan keamanan bangsa akan dilawan dengan tindakan nyata dan berani.
Latihan gabungan itu juga sekaligus membuktikan kekompakan dan kerjasama antarpasukan elit di tanah air telah terjalin dengan baik.
Yang pasti TNI yang kemudian membentuk pasukan Koopssusgab dengan peralatan pendukung yang lebih baik dan makin canggih, kemampuan untuk membasmi terorisme pun dijamin makin mumpuni. (Agustinus Winardi)
Koopsusgab TNI di Aktifkan Kembali, Pasukan Elite dari yang Elite
Presiden Joko Widodo disebut sudah menyetujui pengaktifan kembali Komando Operasi Khusus Gabungan (Koopsusgab) TNI.
Lantas, apa tugas dari Koopsusgab tersebut?
Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko menjelaskan, secara umum, tugas Koopsusgab TNI adalah membantu Polri melaksanakan tugas pemberantasan terorisme.
Namun, lantaran revisi Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme belum disahkan oleh DPR, perbantuan Koopsusgab terhadap Polri saat ini belum maksimal.
Moeldoko tidak menjelaskan secara rinci bagaimana bantuan Koopsusgab kepada Polri sebelum revisi UU Antiterorisme disahkan.
"Intinya, sekarang ini perannya tetap membantu kepolisian. Nanti kalau revisi undang- undangnya sudah turun, kami akan sesuaikan," ujar Moeldoko saat dijumpai di Kompleks Istana Presiden, Rabu (16/5/2018).
Namun, setelah revisi UU Antiterorisme disahkan, perbantuan Koopsusgab terhadap Polri dipastikan dapat berupa pengerahan intelijen, maupun pengerahan personel TNI ke titik operasi.
"Teknis pekerjaannya nanti tergantung, apakah pengerahan kekuatan intelijen atau bisa kekuatan regulernya. Tergantung kebutuhan di lapangan saja. Mereka setiap saat bisa digerakkan ke penjuru manapun dalam tempo yang secepat-cepatnya," lanjut dia.
Saat ditanya apakah Koopsusgab nantinya akan dibekali wewenang untuk penangkapan, Moeldoko menegaskan, secara formal kegiatan itu akan dilakukan apabila revisi UU Antiterorisme disahkan DPR.
Meski demikian, pada prinsipnya siapapun boleh menangkap pelaku kejahatan. Namun yang harus dipastikan adalah hak-hak terduga pelaku kejahatan tetap dipenuhi.
"Nanti, kalau UU nya sudah keluar baru ya. Tapi kalau sudah ada indikasi, kepolisian juga sudah mendeteksi dia melakukan kegiatan menyiapkan bom dan seterusnya, ya tangkap saja langsung, enggak apa-apa," lanjut Moeldoko.
Moeldoko sekaligus mengimbau masyarakat tidak perlu panik apabila Koopsusgab TNI nantinya melaksanakan kegiatannya di lapangan.
"Saya juga imbau kepada masyarakat, mungkin beberapa saat ini akan ada situasi-situasi seperti itu, jangan ditanggapi kekhawatiran berlebihan. Biasa itu. Serahkan sepenuhnya kepada aparat keamanan. Polri dan TNI bekerja penuh, BIN dengan seluruh jajaran, BAIS juga bekerja bersama-sama," ujar Moeldoko.
Moeldoko menambahkan, Diketahui Koopsusgab merupakan gabungan personel TNI dari seluruh satuan elite yang ada di TNI, baik matra darat, laut, maupun udara. Satuan elite yang dimaksud yakni Satuan 81 Kopassus, Koprs Pasukan Khas (Sat Baravo-90), Detasemen Jala Mangkara (Denjaka). (Fabian Januarius Kuwado)

Bagikan artikel ini

1 komentar

  1. Idihhh ngapain juga gerakin koopsusgab buat nyelamatin sandera anggota dpr di gedung dpr/mpr, biarin aja ,misalnya sandera mau dibakar ama teroris... umumin aja di berita..... Siapa yang mau nyumbang bensin wkwkwkwkwk.... Lagian bikin pasukan anti teror itu mahal, satu aja yg mati rugi banget negara wkwkwkwkw

    BalasHapus

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb