AMX-10P Marinir TNI AL |
Pasca beberapa ledakan yang terjadi di Surabaya pada Hari Minggu (13/5/2018), seluruh elemen keamanan di Kota Pahlawan telah meningkatkan kewaspadaan hingga level tertinggi. Termasuk yang menjadi pusat perhatian adalah Obyek Vital (Obvit) seperti Bandara Internasional Juanda di Sidoarjo, Jawa Timur. Selain berstatus sebagai bandara sipil yang dikelola PT Angkasa Pura I, Juanda juga punya status sebagai Lanudal (Pangkalan Udara Angkatan Laut), tak heran bila konsentrasi pengamanan di Bandara Juanda didominasi oleh unsur dari TNI AL.
Dalam menjamin keamanan, tak tanggung-tanggung efek deterens turut digelar di kawasan Bandara Juanda. Terbukti dengan penempatan ranpur lapis baja amfibi AMX-10P Marines yang diparkir di Terminal 1 Bandara Juanda. Tank amfibi dengan nomer 2286 ini tentu menarik perhatian dan justru menjadi obyek bidikan foto para penggemar dunia alutsista.
Meski bukan alutsista baru, karena tank besutan Perancis ini sudah didatangkan sejak 1981, namun AMX-10P Marines yang tergolong sebagai ranpur APC (Armoured Personnel Carrier) ini kerap ditunggu penampilannya oleh publik. Maklum sejak diakuisisi pada era Presiden Soeharto, tank yang menjadi arsenal Batalyon Kendaraan Pendarat Amfibi (Yonranratib) ini jarang muncul, bahkan Korps Marinir sangat jarang mengikutsertakannya dalam latihan.
Terlepas dari kabar adanya persoalan teknis yang menghadang, seperti performa berenang di laut yang dipandang kurang optimal, plus ranpur mudah terbalik, faktanya keluarga AMX-10 di arsenal Korps Marinir, yakni AMX-10P Marines dan AMX-10 PAC 90 (kanon) masih dalam kondsi terawat baik dan siap digunakan suatu waktu. Salah satunya seperti yang kini digelar untuk pengamanan di Bandara Juanda.
Hal yang dipandang unik dari AMX-10P Marines di Bandara Juanda adalah adanya SMB (Senapan Mesin Berat) M2HB Browning 12,7 mm yang disematkan pada kubah TLI 127. Posisi kubah yang berada di bagian belakang, plus desainnya yang futuristik membuat AMX-10P dikenal sebagai tank modern pada jamannya.
Kubah TLI 127 di AMX-10P dioperasikan oleh seorang gunner, meski sekilas serba otomatis, namun dipastikan TLI 127 tidak digerakkan dengan RCWS (Remote Control Weapon System), melainkan dengan sistem GCS (Gun Control Handle), dimana operator mengendalikan senjata lewat teropong di bagian bawah kubah.
Sementara untuk senjatanya mengusung M2HB 12,7 mm yang punya jarak tembak efektif sampai 2.500 meter. Untuk penempatan munisi, terdapat box konsol pada sisi kiri luar kubah. Kapasitas munisi dalam box adalah 100 peluru, dan untuk proses loading dilakukan secara manual dari luar kubah.
Lain dari itu tank yang dapat melaju 10 km per jam di air ini dilengkapi material lapis baja dengan ketebalan 14,5 mm. AMX-10P Marines diawaki oleh tiga personel plus delapan pasukan infanteri bersenjata lengkap. AMX-10P Marines dan AMX-10 PAC 90 adalah ranpur pertama milik Korps Marinir yang dibekali fasilitas proteksi dari bahaya nubika (Nuklir Biologi dan Kimia). (Haryo Adjie)