Persahabatan "Unik" Helikopter AH-64E Apache Guardian dan Mi-35P Hind di Indonesia - Radar Militer

18 Mei 2018

Persahabatan "Unik" Helikopter AH-64E Apache Guardian dan Mi-35P Hind di Indonesia

Helikopter AH-64E Apache Guardian dan Mi-35P Hind
Helikopter AH-64E Apache Guardian dan Mi-35P Hind  

TNI AD juga memiliki sejumlah helikopter tempur yang dioperasikan oleh Pusat Penerbangan Angkatan Darat (Puspenerbad). Bisa disebut unik karena saat ini, Puspenerbad mengoperasikan dua jenis helikopter serang yang berbeda jenisnya, yakni helikopter produksi AS dengan AH-64E Apache Guardian dan Mi-35P Hind produksi Rusia.
Sejatinya, dua jenis helikopter serang ini merupakan helikopter yang diproduksi untuk saling bermusuhan terutama soal gengsi teknologi Uni Soviet (Rusia) dan AS pada era Perang Dingin dulu. AS memproduksi helikopter AH-64 Apache salah satunya adalah untuk mengungguli helikopter Mi-35 (Mi-24) Rusia.
Kedua jenis heli ini dilahirkan untuk menjadi musuh satu sama lain, dan seharusnya berhadapan dalam pertempuran karena keduanya memiliki kemampuan yang mirip. Yakni sama-sama sebagai heli penghancur tank, heli penghancur sesama heli serang, dukungan dan bantuan tempur pasukan darat, penghancur sasaran berat seperti bunker musuh, heli anti serangan gerilya, dan lainnya.
Persaingan terus berlanjut hingga saat ini seiring munculnya upgrade-upgrade dan varian terbaru.
Uniknya kedua jenis heli yang beda pabrik produksinya itu, kini menjadi sahabat dalam pertempuran jika dioperasikan oleh TNI AD.
Misalnya ketika Apache sedang melaksanakan misi tempur menghancurkan tank-tank musuh, maka Mi-35 akan bertugas sebagai pelindung (escort) Apache dari sergapan heli musuh atau incaran operator rudal anti-heli atau sebaliknya.
Niat memiliki helikopter serang produk AS dan Rusia sekaligus bagi TNI memang bukan hanya kebetulan tapi melalui pertimbangan yang matang.
Seperti yang dilakukan oleh TNI AU yang kini juga menggunakan jet-jet tempur produksi AS dan Rusia sekaligus, seperti F-16 serta Sukhoi Su-27/30. Salah satu pertimbangannya adalah untuk menghindari "mati langkah" ketika salah satu negara mengembargo.
Misalnya jika AS sampai menerapkan embargo militer ke Indonesia, TNI masih memiliki alutsista dari Rusia atau negara lain. Apalagi Rusia sangat jarang menerapkan embargo senjata dan Rusia juga terkesan tidak peduli alutsista buatannya digunakan untuk misi apa. Berbeda dengan kebijakan pembelian alutsista dari AS karena harus jelas penggunaannya dan biasanya dilarang untuk digunakan dalam peperangan melawan negara sekutu-sekutu AS atau bahkan untuk melawan kelompok separatis di dalam negeri.
Karena kebijakan seperti itulah alutsista seperti helikopter Apache dan Mi-35, jet tempur F-16 dan Sukhoi Su-27/30 bisa menjadi bagian dari TNI. (Efran Syah)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb