![]() |
Pesawat Tempur F-35 |
Senat Amerika Serikat ( AS) dilaporkan mengesahkan peraturan yang melarang penjualan pesawat tempur F-35 ke Turki.
Radio Free Europe Selasa (19/6/2018), Senat telah membahas undang-undang tersebut pada Senin (18/6/2018), dan lolos dengan perbandingan suara 85-10.
House of Representatives lebih dahulu mengesahkan peraturan sejenis. Kini, Senat dan House bakal menggabungkan aturan mereka sebelum menyerahkan ke Presiden Donald Trump.
Baik Senat dan House berusaha memblokir penjualan jet tempur generasi kelima tersebut setelah Turki membeli sistem pertahanan rudal S-400 dari Rusia.
Senat bakal mencegah pengiriman hingga memastikan Trump menyatakan bahwa Turki tidak akan membeli peralatan tempur dari Rusia.
F-35, jet tempur multiperan bermesin tunggal, diklaim merupakan program sistem utama persenjataan termahal yang dibuat AS.
Sebab, hingga masa program berakhir pada 2070 mendatang, AS total harus mengeluarkan dana sebesar 1.508 triliun dolar AS.
Pesawat dengan kecepatan maksimal hingga 1,6 Mach, setara dengan 1.960 km per jam tersebut menuai kritikan baik dari AS maupun sekutunya.
Sebab, harga pesawat tersebut dianggap sangat mahal, yakni mencapai 100 juta dolar, atau sekitar Rp 1,4 triliun, per unit.
Turki dilaporkan telah melakukan pemesanan 100 jet tempur siluman itu dari pabrikan Lockheed Martin, dan sudah membayar 800 juta dolar AS, setara Rp 11 triliun.
Adapun Turki telah menjalin kesepakatan pembelian sistem rudal berharga 400 juta dolar, sekitar Rp 5,5 triliun, per unit dari Moskow sejak 2016.
Pembelian sistem pertahanan yang bisa merontokkan sasaran dari jarak 400 kilometer itu menuai reaksi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
NATO telah memperingatkan Turki sebagai anggota bahwa S-400 tidak sesuai dengan sistem pertahanan mereka. Namun, Ankara tetap melanjutkan pembelian.
Turki Kecam AS Terkait Larangan Penjualan Pesawat Tempur F-35
Turki bereaksi setelah Senat Amerika Serikat ( AS) dilaporkan mengesahkan larangan menjual pesawat tempur F-35 kepada mereka.
Larangan itu mencuat setelah Turki memutuskan untuk membeli sistem pertahanan rudal anti-serangan udara S-400 dari Rusia.
Perdana Menteri Binali Yildirim dilansir Hurriyet Selasa (19/6/2018) mengaku sangat menyayangkan keputusan Negeri "Paman Sam" itu.
"Keputusan itu sangat mengecewakan, dan mencederai semangat dari kerja sama strategis," kata Yildirim di hadapan awak media.
Dia berkata jika nantinya AS benar-benar melarang penjualan jet tempur generasi kelima itu, Turki sudah memiliki alternatif.
"Jika skenario terburuk terjadi, maka tidak ada yang boleh berkata Turki tidak bisa membeli pesawat dari negara lain atau memproduksi sendiri," katanya.
Adapun Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu pada 4 Juni lalu mengatakan mempunyai alasan mengapa Turki memilih untuk membeli S-400.
Cavusoglu menjelaskan, Turki sebenarnya telah mengajukan permintaan untuk membeli sistem pertahanan udara bikinan AS, Patriot.
Namun, di saat Turki sangat membutuhkan sistem pertahanan tersebut, AS dilaporkan tidak menyetujui penjualan sistem rudal.
"Inilah mengapa Turki, dalam keadaan yang sangat penting untuk mendapatkan sistem pertahanan, memutuskan beli dari Rusia," tutur Cavusoglu.
Sebelumnya, Senat AS dengan perbandingan suara 85-10 mengesahkan undang-undang untuk melarang penjualan jet multi peran bermesin tunggal itu ke Turki. (Ardi Priyatno Utomo)
Sumber : https://www.kompas.com/