![]() |
Helikopter AH-64E Apache Guardian TNI AD |
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat atau TNI AD mengandangkan delapan Helikopter Apache AH-64E terbarunya di Skuadron 11/Serbu, Pangkalan Udara TNI AD Ahmad Yani Semarang, Jawa Tengah.
Pangkalan Skuadron 11 berada bersebelahan dengan Bandara Ahmad Yani yang baru. Lokasinya persis ada di seberang landasan pacu bandara di bibir Laut Jawa itu. Komandan Skuadron 11 Letnan Kolonel Cahyo Permono mengatakan markasnya menempati lahan seluas 10 hektar. Lahan itu terbagi menjadi 3 hanggar dan apron tempat helikopter diparkir dan meluncur.
Cahyo menuturkan Skuadron 11 memiliki 32 helikopter dari jenis NBO 105, Nbell 412, Bell 412 dan Bell 205. Yang terbaru satuan yang berada di bawah Pusat Penerbang TNI Angkatan Darat ini kedatangan delapan helikopter Apache.
Helikopter Apache tiba di Indonesia pada 16 Mei 2018. Pemerintah membeli Apache dari Amerika Serikat dengan harga sekitar Rp 500 miliar per unit. Helikopter ini diklaim menjadi helikopter paling canggih yang dimiliki TNI AD.
Radar Longbow adalah sistem radar yang ada di baling-baling Apache. Sistem radar ini memiliki radar kendali tembak dan radar indentifikasi frekuensi. persenjataan yang digunakan adalah peluru kendali AGM-114 Hellfire, Roket Hydra 70, AIM-92 Stinger, AIM-9 Sidewinder, dan Kanon M 230.
Helikopter Apache juga memiliki perangkat yang dapat melihat dan mengetahui informasi objek dalam kondisi gelap. Helm pilot juga dapat mengatur arah senjata M 230 tanpa mengubah arah helikopter.
Cahyo mengatakan para pilotnya menghadapi tantangan mengendarai Apache. Dia bilang helikopter sebelumnya mempunyai sistem analog, sedangkan sistem heli Apache full digital. "Interface antara pilot dengan helikopter tadi yang perlu dilatih," kata dia.
Cahyo mengatakan pilot helikopter Apache dipilih dari pilot reguler yang sudah punya jam terbang tinggi. Mereka kemudian dikirim ke Amerika untuk mempelajari mengemudikan helikopter ini selama 8 - 10 bulan. Di Indonesia para pilot mesti berlatih lagi paling kurang 1-1,5 jam setiap hari. "Sepuluh pilot tadi kami adakan penambahan jam terbang agar lebih akrab dengan helikopter ini," kata dia.
Pengadaan helikopter Apache merupakan hasil kerja sama dengan pemerintah AS melalui Program Manegement Office (PMO) menggunakan skema Government to Government. Pengadaan helikopter ini menjadi bagian dari program modernisasi alat utama sistem persenjataan atau Alutsista TNI sesuai Rencana Strategis Pertahanan Negara dan program Minimum Essential Force (MEF).
Cahyo berujar khusus untuk helikopter ini TNI AD membangun hanggar khusus yang sesuai kebutuhan perawatan helikopter super mahal itu. Hanggar dibangun bersebelahan dengan dua hanggar lama. Hanggar Apache luasnya sekitar dua lapangan sepak bola.
Hanggar, kata dia, dibangun terintegrasi dengan bengkel dan gudang suku cadang. Hanggar juga dilengkapi peralatan untuk mengangkat beban berat. "Dengan fasilitas ini sudah cukup untuk kami memelihara sampai dengan tingkat berat," kata dia.
Cahyo menuturkan di hanggar itu Helikopter Apache dipelihara tiap hari. Pemeliharaan meliputi pengecekan sebelum terbang dan pembersihan mesin selesai latihan terbang. Karena pangkalan Ahmad Yani dekat laut, perawatan juga meliputi pencegahan korosi. "Itu perlu kami lakukan setiap hari supaya heli bisa dipakai untuk jangka panjang," kata dia.
1 Helikopter AH-64E Apache Seharga Rp 500 Miliar, Berapa Harga Helmnya?
Kecanggihan helikopter Apache AH 64 milik TNI Angkatan Darat tidak hanya terletak pada unitnya. Bahkan helm yang dikenakan para pilot helikopter Apache ini pun memiliki teknologi mutakhir. Harga pelindung kepala ini juga mahal.
"Ini satu helm harganya sekitar Rp 500 juta," kata Letnan Satu Korps Penerbang TNI AD, Alexius Darma, yang juga salah satu pilot Apache, di markas Skuadron 11/Serbu, Pangkalan Udara TNI AD Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, Jumat, 20 Juli 2018.
Pengadaan helm khusus pilot Apache dilakukan Kementerian Pertahanan dengan menggandeng Elbit Systems of America, Fort Worth, Texas, pada 2015. Harga kontrak untuk 300 helm senilai US$ 13,2 juta.
Helm ini memiliki kemampuan untuk memungkinkan pilot helikopter Apache mengontrol semua senjata yang terpasang pada pesawat itu. Selain itu, pilot bisa mendapat gambaran penuh situasi sekitar meski dalam keadaan gelap melalui sensor inframerah.
Alex mengatakan helm pilot Apache didesain khusus untuk satu pilot saja. Ukuran helm, kata dia, menentukan presisi bidikan senjata. "Jadi harus sesuai dengan kepala masing-masing. Kalau tidak pas, bidikannya bisa berbeda," ucapnya.
Helikopter Apache AH-64E punya teknologi canggih yang bisa dioperasikan dalam berbagai kondisi medan dan cuaca. Helikopter Apache menggunakan teknologi Avionics, seperti radar Longbow dan Multi Target Acquisition and Designation System (MTADS).
Radar Longbow adalah sistem radar yang ada di baling-baling Apache. Sistem radar ini memiliki radar kendali tembak dan radar identifikasi frekuensi. Persenjataan yang digunakan adalah peluru kendali AGM-114 Hellfire, roket Hydra 70, AIM-92 Stinger, Aim-9 Sidewinder, dan Kanon M 230.
Helikopter Apache juga memiliki perangkat yang dapat melihat dan mengetahui informasi obyek dalam kondisi gelap. Helm pilot juga dapat mengatur arah senjata M 230 tanpa mengubah arah helikopter.
Sumber : https://www.tempo.co/