Pengerjaan Lebih Cepat 6 Bulan, PTDI Akan Serahkan CN295 Polisi Udara Akhir Juli Ini - Radar Militer

16 Juli 2018

Pengerjaan Lebih Cepat 6 Bulan, PTDI Akan Serahkan CN295 Polisi Udara Akhir Juli Ini

CN295
CN295 
PT Dirgantara Indonesia (PTDI) akan menyerahkan pesawat angkut medium CN295 pesanan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) pada akhir bulan ini (Juli 2018). Pesawat saat ini sudah berada di hanggar Delivery Center PTDI dan siap dikirimkan.
Dari pantauan di PTDI pada minggu ini, tampak pesawat berkelir Direktorat Polisi Udara (Ditpolud) pesanan Polri yang pertama ini sudah siap digunakan. Pesawat pun sudah menjalani beberapa kali penerbangan uji dipimpin Kepala Pilot Uji PTDI Capt. Esther Gayatri Saleh.
Capt. Esther mengatakan, pesawat saat ini sedang persiapan untuk menjalani IMAA Acceptance dan Customer Acceptance yang akan dilaksanakan minggu depan. “Kami sedang menyiapkan hal itu agar semua berjalan working properly,” ujarnya.
Manajer Program CN295 PTDI Ibnugroho Onto Wicaksono mengatakan, sebelum diserahterimakan CN295 Polisi Udara akan melewati proses IMAA (Indonesian Military Airworthiness Authority) Acceptance oleh Kementerian Pertahanan. “Polri memang meminta bantuan Kemhan untuk proses IMAA CN295 ini,” ujar Ibnu.
Menilik tampilan dari luar, tidak ada beda dari sisi konstruksi antara CN295 Polisi Udara dengan sembilan unit CN295 yang lebih dahulu dimiliki oleh TNI Angkatan Udara. Hanya coraknya saja yang beda. Sementara untuk kabin, Polri memesan konfigurasi 50 tempat duduk (2-2 berderet ke belakang). Konfigurasi ini merupakan konfigurasi passenger (penumpang).
Polri sendiri memesan empat modul konfigurasi untuk kabin CN295-nya, terdiri dari modul VIP, Passenger, Paratroops, dan Medivac. Modul-modul ini telah disiapkan oleh PTDI dan akan diserahkan bersamaan dengan penyerahan pesawat.
Ibnugroho juga menjelaskan, keempat modul kabin dapat dibongkar-pasang untuk digunakan sesuai kebutuhan. Penggantian modul ini bersifat quick-change, hanya butuh waktu 2-3 jam saja dan dapat dilakukan dengan mudah.
“Kecuali untuk mengubah konfigurasi dari passenger ke paratroops, butuh waktu lebih lama karena harus mencopot bagian lapisan dinding kabin terlebih dahulu,” ujarnya. Bila kapasitas untuk modul passenger adalah 50 orang, maka dengan modul paratroops kapasitas menjadi 70 orang dengan konfigurasi duduk menyamping tiga deret ke belakang.
Yang membanggakan, dalam pengerjaan pesanan CN295 Polisi Udara ini, tim PTDI ternyata berhasil menyelesaikannya enam bulan lebih cepat dari waktu yang ditentukan.
“Pengerjaan untuk Polisi Udara ini lebih cepat 6 bulan dari jadwal yang ditentukan. Dalam kontrak, kita harus menyerahkan pesawat ini ke Polri pada Januari 2019. Namun harapan kami, pada 30 Juli ini pesawat sudah bisa kami serahkan,” ujar Ibnu.
Ibnu mengakui, CN295 bukan sepenuhnya buatan PTDI. Berbeda dengan CN235 dan NC212i yang produksinya kini sudah sepenuhnya dilaksanakan di Bandung, untuk produksi CN295 ini PTDI masih bekerja sama dengan Airbus Defence and Space (ADS) di Spanyol.
“Jadi 295 ini merupakan kolaborasi antara PTDI dan ADS. Untuk sub-assembly dilakukan di Spanyol dan memakan waktu selama satu tahun. Kemudian setelah sub-assy ini selesai, maka untuk final-assy-nya dikirim ke indonesia. Nah ini butuh waktu enam bulan sampai diserahkan kepada pemesan. Sehingga total pengerjaan 18 bulan,” terangnya.
Ditambahkan, PTDI berkontribusi membuat komponen untuk CN295 ini sebanyak 25%. Setelah menjalani pengecekan akhir di Spanyol, seluruh komponen CN295 ini dikirim dalam bentuk gelondongan ke Bandung menggunakan kontainer-kontainer besar via laut. Di Kota Dirgantara inilah CN295 ini menjalani perakitan akhir, uji terbang, acceptance, hingga diserahkan kepada pemesannya dalam hal ini Polri.
Diuji Terbang Maksimal 15 Jam, CN295 Polisi Udara Sudah Siap Dikirimkan PTDI
Layaknya mobil baru yang dipesan oleh pembelinya, pesawat pun pastinya ingin diterima oleh pemesan dalam hitungan pemakaian ‘kilometer’ rendah. Bedanya, pesawat harus diuji terbang terlebih dahulu karena wahana ini memang beroperasi di udara. Sehingga, mau tidak mau bakal ada penggunaan jam terbang oleh pihak pabrikan.
Demikian halnya dengan pesawat angkut CN295 pesanan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) yang akan dioperasikan oleh Direktorat Polisi Udara (Ditpolud) Polri. Setelah semua pengerjaan perakitan dan istalasi sistem selesai, pesawat menjalani pengujian sistem di darat dan penerbangan uji.
Manajer Program CN295 PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Ibnugroho Onto Wicaksono menjelaskan, untuk uji terbang CN295 dilaksanakan berkisar 10-15 jam terbang. Setelah itu pesawat sudah bisa diserahkan. Ini karena pesawat CN295 bukan pesawat yang pertama kali diuji penerbangannya.
Selain itu, tentu saja karena setiap komponen pesawat memiliki lifetime berdasarkan jam penggunaan. Sehingga, hal tersebut diminimalkan.
“Di Airbus pun rata-rata 15 jam uji terbang. Kami maksimalkan 15 jam sudah selesai semua proses pengujian terbang ini sehingga pesawat sudah bisa diserahkan kepada pemesan,” ujar Ibnu di Hanggar Fixed Wing PTDI saat ditemui minggu ini.
Kecuali, lanjutnya, penggunaan jam terbang akan lebih banyak untuk pengujian terbang CN295 Special Mission. “Itu bisa sampai 75 jam terbang, karena bentuk eksternal dari pesawatnya sendiri sudah beda dengan adanya penambahan radar dome (radome). Dan juga dibutuhkan pengujian sistem-sistem khusus sesuai fungsinya di udara,” terang Ibnu.
Sebagai tambahan informasi di hanggar Delivery Center PTDI terdapat satu unit CN295 misi khusus (untuk fungsi patroli maritim - MPA) pesanan TNI Angkatan Udara dengan nomor registrasi AX-2911. Sementara untuk Polisi Udara ini registrasinya AX-2910.
Uji terbang CN295 Polisi Udara dipimpin oleh Kepala Pilot Uji PTDI Capt. Esther Gayatri Saleh dibantu dengan pilot uji dari Skadron Udara 2 TNI AU. Sementara pilot CN295 Ditpolud akan menggunakan pesawat ini setelah pesawat ini diserahkan kepada Polri.
Ditpolud Polri telah mengirimkan sejumlah pilotnya untuk menjalani pendidikan sebagai pilot CN295 di Spanyol. “Para pilot ini dikirim ke Spanyol karena di sana terdapat simulator untuk CN295,” lanjut Ibnugroho.
Sementara untuk para teknisi CN295 Polisi Udara, mereka menjalani pendidikan perawatan pesawat di PTDI dengan para instruktur dari Airbus Defence and Space didatangkan ke PTDI.
Untuk jumlah kru pesawat CN295, kata Ibnu, idealnya satu set kru adalah enam orang. Terdiri dari pilot, kopilot, observer, dua mekanik, dan satu load master. Observer duduk di kursi lipat yang berada di antara kursi pilot dan kopilot.
Jumlah enam orang kru ini juga berlaku bagi CN295 Polud saat menggunakan modul medivac. Pesawat CN295 dapat memuat 24 stretcher (tandu), namun Polisi Udara memesan konfigurasi 10 tandu kombinasi dengan kursi.
“Idealnya enam orang kru untuk CN295 ini. Kalau untuk patroli maritim minimal sembilan orang. Tiga orang adalah tambahan sebagai operator sistem,” imbuh Ibnu. (Roni Sontani)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)