F-35 |
Baru-baru ini Korps Marinir Amerika Serikat membuat terobosan dalam penggunaan roket artleri, yaitu menghancurkan sasaran dengan menghubungkan antara pesawat tempur F-35B dengan peluncur roket HIMARS dalam sebuah latihan.
Pesawat tempur F-35B Marinir AS memasok data pembidikan sasaran ke awak roket artileri, sehingga memungkinkan para awak peluncur roket untuk membidik dan menembak sasaran berupa box kontainer barang yang bermil-mil jauhnya. Penembakan itu, merupakan yang pertama yang pernah dilakukan, semakin menegaskan kemampuan F-35 untuk terbang diatas medan pertempuran, mendeteksi dan mengidentifikasi sasaran dan mengirim informasi tersebut ke pasukan kawan di udara, darat dan laut.
Sasaran berupa box kontainer barang dideteksi oleh perangkat Electro-Optical Targeting System atau EOTS pesawat F-35, yang menggunakan sensor forward-looking infrared untuk memilih sasaran di lapangan. Setelah berhasil mendeteksi sasarannya, F-35 mengirim koordinat GPS sasaran melalui secure datalink ke pasukan kawan di darat, yang meneruskannya ke awak HIMARS. Para awak artileri kemudian memasukkan koordinat-koordinat itu ke dalam roket Multiple Launch Rocket System (GMLRS)-nya dan melepaskan tembakan. Dua roket yang ditembakkan mengenai sasaran.
M142 HIMARS adalah sistem artileri roket yang dipasang pada truk. Sistem itu merupakan turunan dari sistem era 80-an M270 Multiple Launch Rocket System beroda rantai yang lebih berat. M142 dapat menembakkan enam roket kaliber 227-milimeter hingga 43 mil (69,20 km). Sistem roket 227 milimeter itu pada mulanya digunakan untuk menghancurkan sasaran di wilayah yang luas dengan submunisi mirip granat yang disebarkan oleh salvo roket tak berpemandu. Tidak jarang diperlukan untuk menembakkan seluruh muatan 12 roket-nya untuk mengenai sebuah bidang sasaran, sehingga banyak di antara roketnya akan terbuang sia-sia.
Penambahan GPS mengubah MLRS lama dan HIMARS yang lebih baru menjadi sistem "satu sasaran, satu roket". Keduanya dapat menembakkan Guided Multiple Launch Rocket System (GMLRS), atau "Gimmler". Gimmler dipandu oleh GPS, memberikan ketepatan roket menjadi seperti rudal. Versi yang lebih baru, TC-GMLRS, mampu menjangkau sasaran hingga 90 mil (144,84 km).
Latihan tersebut menambah pengetahuan mengenai cara dimana F-35 dapat menjadi kekuatan tambahan bagi sistem senjata di darat, bertindak sebagai mata dan telinga bagi pasukan yang lebih besar. Pesawat tempur lama, terlihat oleh radar musuh, harus memasuki zona tempur, membom sasaran mereka, dan segera pergi. F-35 dapat terbang di atas wilayah pertempuran, memanfaatkan fitur silumannya untuk menghindari radar musuh, sambil memindai wilayah darat mencari sasaran. Jika pesawat F-35 kehabisan bom, ia dapat terus terbang di atas medan perang, menemukan sasaran dan meneruskan data penargetan presisi ke pasukan kawan lainnya.
Ini bukan satu-satunya cara F-35 dapat membantu pasukan kawan. Naval Integrated Fire Control – Counter Air (NIFC-CA) Angkatan Laut AS membuat kerjasama antara kapal dan pesawat menggunakan jaringan yang ada. Melalui NIFC-CA, pesawat tempur F-35 dapat memasok data ke kapal-kapal perang kawan yang berjarak ratusan mil, memungkinkan kapal-kapal itu untuk menyerang pesawat musuh dengan rudal permukaan ke udara. Pada 2017, Angkatan Laut dan Raytheon menggunakan kombinasi pesawat F-35 dan SM-6 untuk menghancurkan sebuah sasaran. Rudal pertahanan udara SM-6 yang baru dapat terbang lebih jauh dari jangkauan deteksi kapal yang membawanya. F-35 dapat membantu AL AS memanfaatkan secara penuh keunggulan jangkauan rudal itu, dengan menemukan ancaman udara yang datang pada jarak yang lebih jauh dan mengirimkan data penargetan ke kapal di laut.
Semua ini menunjukkan berarti bahwa F-35 bukan hanya pesawat pembom tempur, tetapi juga merupakan platform sensor terbang. Meskipun pilot pesawat tempur telah melakukan praktek penyampaian informasi kepada pasukan kawan lainnya sejak Perang Dunia I, F-35 dapat melakukannya dengan memanfaatkan fitur stealth, sensor, dan secure datalink yang membuatnya jauh lebih efektif dalam tugas tersebut. (Angga Saja - TSM)
Sumber : marinecorpstimes.com