Sudah Tidak Lagi Spesial, Pilot Baru Lulus Pun Bisa Jadi Penerbang U-2 Dragon Lady - Radar Militer

08 Oktober 2018

Sudah Tidak Lagi Spesial, Pilot Baru Lulus Pun Bisa Jadi Penerbang U-2 Dragon Lady

 U-2 Dragon Lady
 U-2 Dragon Lady 

Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) membuat keputusan hebat dengan mengizinkan penerbang muda untuk menerbangkan salah satu pesawat paling rahasia dalam aset AU AS, Lockheed Martin U-2 Dragon Lady.
Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah AU AS, memberikan kesempatan kepada perwira muda untuk menerbangkan U-2 yang terbang di atas ketinggian 70.000 kaki.
Keputusan ini diumumkan AU AS pada 1 Oktober 2018. Calon bisa memasuki program FACT (First Assignment Companion Trainer) setelah menyelesaikan pendidikan penerbang AU AS.
Bagi yang memenuhi syarat, akan diminta mengikuti konversi di pesawat U-2 sebagai pilihan karier mereka.
Padahal sebelumnya, selama puluhan tahun, pilot yang bisa menerbangkan U-2 harus mengantongi pengalaman terbang operasi di pesawat lain setidaknya enam tahun.
Mereka berasal dari semua skadron udara militer. Baik dari skadron pesawat tempur, pembom, tanker, transpor, dan latih. Termasuk penerbang dari AL, Marinir, dan Coast Guard.
Hanya penerbang terbaik dengan mental baja yang akan terpilih. Karena pilot U-2 terbang seorang diri setidaknya selama sembilan jam di atas ketinggian 70.000 kaki.
Program FACT dijalani oleh 9th Reconnaissance Wing’s 1st Reconnaissance Squadron di Lanud Beale (AFB) di California.
“Setiap penerbang lulusan dari Air Education and Training Command, selama masa penunjukkan, memenuhi syarat untuk mengikuti program FACT,” bunyi pernyataan AU AS.
Dengan demikian, setiap peserta Undergraduate Pilot Training (UPT) akan memiliki kesempatan untuk memilih U-2 sebagai pesawat impian mereka.
Angkatan pertama FACT direncanakan pada akhir 2018, dan seleksi berikutnya akan dilakukan enam bulan kemudian.
Menurut USAF, peserta program FACT akan mengikuti T-38 Pilot Instructor Training Course di Joint Base San Antonio-Randolph, Texas, sebelum secara permanen dikirim ke Beale AFB.
Selama dua tahun berikutnya, pilot akan berperan sebagai instruktur T-38 Talon untuk U-2 Companion Trainer Program.
Barulah setelah meraih banyak pengalaman sebagai instruktur pilot, calon ini akan mengikuti proses wawancara dua minggu. Jika berhasil, ia akan memulai Basic Qualification Training.
Keputusan ini sepertinya harus diambil AU AS yang sebelumnya berencana memensiunkan pengintai gaek era Perang Dingin ini.
Setelah dijadwalkan pensiun pada 2015, U-2 malah terjebak di tengah meningkatnya kebutuhan untuk pesawat pengintai seiring semakin tingginya biaya Global Hawk, yang disiapkan sebagai pengganti U-2.
Mungkin inilah maksud dari pernyataan para petinggi di Pentagon tahun lalu, bahwa mereka akan merawat U-2 untuk masa depan. (Beny Adrian)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb