Story: Kapal Selam RI (KRI) Tjandrasa-406 Ketahuan Belanda Saat Susupkan Pasukan RPKAD di Irian Barat - Radar Militer

03 Februari 2019

Story: Kapal Selam RI (KRI) Tjandrasa-406 Ketahuan Belanda Saat Susupkan Pasukan RPKAD di Irian Barat

Kapal Selam Indonesia
Kapal Selam Indonesia 

Penyusupan adalah misi yang paling berbahaya dalam sebuah fase operasi militer. Risiko ketahuan sangat besar dan bisa berakibat fatal. Bagaimana bisa menyusupkan pasukan dari kapal selam?
Pengalaman itulah yang dialami Kolonel (Pur) R Soebagijo sebagai awak kapal selam RI Tjandrasa-406 milik TNI AL. Ketika itu penyusupan dilakukan dalam Operasi Trikora untuk merebut Irian Barat dari Belanda pada 21 Agustus 1962.
Seperti dikisahkan Soebagijo di dalam buku “Kapal Selam Indonesia” (2008) yang ditulis Indroyono Soesilo dan Budiman.
“Kami sangat ingin bertempur saat itu,” ujar Soebagijo.
Usai menyelesaikan misi pengintaian, RI Tjandrasa kembali ke Halmahera dan menerima perintah baru: mendaratkan pasukan RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat, sekarang Kopassus) di Irian Barat yang diduduki Belanda.
RI Tjandrasa diawaki 61 orang, akan membawa 15 prajurit RPKAD. Begitu juga tiga kapal selam lainnya, membawa RPKAD dengan jumlah yang sama.
Enam hari perjalanan dihabiskan keempat monster laut ini untuk mencapai pantai Hollandia (Jayapura).
Malam itu, 20 Agustus 1962 pukul 22.00, pasukan akan didaratkan di tengah malam buta.
“Kami terus mendekati pantai sekitar pukul 21.00. Pada jarak 1,5 mil dari daratan, kami dalam posisi setengah menyelam. Setelah dirasa aman, perahu karet dikeluarkan agar bisa membawa pasukan ke darat,” ungkap Soebagijo.
Nyaris celaka, tiba-tiba lampu terang menyoroti buritan RI Tjandrasa, yang ternyata berasal dari pesawat intai Neptune milik Belanda. “Kami langsung buru-buru menyelam dan menjauhi pantai,” kata Soebagijo.
Karena tergesa-gesa, mereka tidak sempat memasukkan perahu karet. Masih untung pasukan belum sempat keluar. Kapal menyelam cepat hingga kedalaman 30 meter.
Setelah kondisi aman, kapal mulai naik dan awak mengintip situasi di permukaan melalui periskop. Tapi tidak terlihat apa-apa. Geap gulita, apa yang terjadi.
Oalaaah… ternyata perahu karet yang ditinggalkan nyantol di periskop. Setelah situasi aman, perahu karet dimasukkan ke kapal.
Malam kedua, upaya mendaratkan pasukan RPKAD kembali dilakukan. Malam itu perairaian sepi dan tidak terlihat pesawat patroli Belanda.
Ke-15 pasukan RPKAD itupun diturunkan ke perahu karet dan berlayar secara senyap ke pantai pendaratan.
Setibanya di pantai dituju dan posisi aman, RI Tjandrasa meninggalkan mereka. “Selamat berjuang, semoga sukses,” kata Letnan Soebagijo melalui radio.
Dari empat kapal selam TNI AL yang melakukan penyusupan, hanya RI Tjandrasa yang berhasil mendaratkan RPKAD di Irian Barat.
Karena itu ke-61 awak kapal selam RI Tjandrasa menerima Bintang Sakti dari Presiden Soekarno pada 29 Januari 1963. (Beny Adrian)
Wira Ananta Rudira: Tabah Sampai Akhir….

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb