Tampilannya ibarat pesawat angkut legendaris C-130 Hercules. Itu sebab pesawat ini sering dijuluki mini Hercules. C-27 Spartan pernah berkunjung ke Lanud Halim Perdanakusuma pada Maret 2011, dalam upaya menggaet hati TNI AU.
Begitulah trik Alenia Aeronautica merebut hati customer, khususnya negara-negara pengguna C-130. “Kokpit ini sangat familiar bagi Anda penerbang F-27 dan C-130,” ujar Luca Campello, pilot uji Spartan kepada angkasa.news waktu itu.
![]() |
C-27J Spartan |
Secara kasat mata sejumlah fitur menarik terlihat melekat di C-27. Seperti dua mesin Rolls-Royce AE 2100-D2A bertenaga 4.637 hp yang disandingkan dengan enam baling-baling Dowty R-391 serta probe untuk air refueling. Menurut Luca, April 2011 itu sertifikasi untuk belalai pengisi bahan bakar ini akan dikeluarkan sehingga pesawat akan betul-betul operasional secara maksimal.
Seperti diketahui, C-27J Spartan adalah pesawat angkut militer berukuran medium. C-27J sendiri adalah turunan tercanggih dari G-222 (C-27A di AS), dengan mesin dan sistem serupa dengan C-130J Super Hercules.
Pesawat ini terpilih sebagai Joint Cargo Aircraft (JCA) untuk militer AS. Sejumlah negara mengoperasikan C-27J seperti Yunani, Bulgaria, Lithuania, Australia, Maroko, Rumania, Meksiko, Peru, dan Amerika Serikat.
Saat melongok kokpitnya, kita seperti disuguhi etalase kemajuan teknologi yang diraih Eropa. Kokpit sudah sepenuhnya menerapkan sistem digital sehingga sangat memudahkan pilot dalam mengendalikan pesawat, selain pemasangan lapisan antipeluru pelindung awak kokpit dari tembakan bawah.
Ada lima layar lebar berwarna (CMDU) yang memuat berbagai informasi yang dibutuhkan pilot.
Soal daya angkut, C-27J mampu dimuati lebih dari 60 penumpang atau 46 pasukan bersenjata lengkap. Atau jika difungsikan sebagai ambulan udara, bisa digantikan dengan 36 tandu plus enam tenaga medis.
Total kargo yang bisa dibawa mencapai 11,1 ton. Suasana di dalam kabin memang tidak jauh beda dengan di Hercules, hanya saja dalam ukuran lebih kecil.
Kehadiran C-27J berawal dari tahun 1995. Ketika itu Alenia dan Lockheed Martin sepakat untuk meningkatkan kemampuan Alenia G.222 dengan mengawinkan glass cockpit C-130J dengan mesin T64G empat baling-baling yang lebih bertenaga.
Kedua perusahaan memulai program peningkatan G.222 yang dinamai C-27J pada 1996. Belakangan, desain sedikit mengalami perombakan menyusul digunakannya mesin Rolls-Royce AE2100 milik C-130J dan enam bilah baling-baling.
Alenia dan Lockheed Martin kemudian membentuk Lockheed Martin Alenia Tactical Transport Systems (LMATTS) untuk pengembangan C-27J pada 1997. Dengan mesin dan kokpit baru, C-27J mempunyai kemampuan terbang 35 persen jauh dan 15 persen lebih kencang dari G.222.
Perakitan akhir C-27J dilakukan di Italia. Lockheed Martin bertanggung jawab untuk urusan propulsi dan avionik serta mendukung produksi dan pemasaran di seluruh dunia.
Sementara Alenia Aeronautica kebagian tugas menyiapkan sertifikasi, memproduksi dengan porsi lebih banyak dari Lockheed serta pengujian terbang.
C-27 Spartan bersaing untuk mendapatkan kontrak saat TNI AU mencari pesawat angkut sedang, yang akhirnya menjatuhkan pilihan kepada Airbus C295. (Beny Adrian)
Sumber : http://angkasa.news/