Angkatan Laut Amerika Serikat baru-baru ini mengirim kapal angkut cepat USNS Spearhead ke laut untuk bereksperimen dengan sejumlah teknologi mutakhir, termasuk diantaranya drone V-Bat dari MartinUAV. V-Bat mampu melakukan lepas landas dan mendarat secara vertikal yang tidak bergantung pada infrastruktur (seperti landasan yang panjang, catapult atau jaring), namun tetap mempertahankan efisiensi tinggi seperti pesawat bersayap tetap untuk misi long-endurance. Drone dapat diluncurkan dan kembali pada ruang seluas sembilan meter persegi dan bahkan di daerah perkotaan yang padat serta di geladak kapal, sehingga drone tersebut memiliki banyak aplikasi di sektor militer, penegakan hukum/first responder, industri , dan pemantauan lingkungan.
![]() |
UAV Vertical Take Off V-Bat |
Dengan kecepatan hingga 90 knot, drone itu dapat melesat ke area yang berbeda dengan cepat dan dapat menjelajah sekitar selama delapan jam pada kecepatan 45 knot di ketinggian hingga 15.000 kaki (4.572 m). Drone dapat membawa muatan sekitar delapan pound (3,62 kg), yang dapat berupa berbagai paket sensor multi-spektral, intelijen elektronik, radar, peperangan elektronik, dan paket konektivitas komunikasi. Fleksibilitasnya tinggi yang dikemas dalam drone yang relatif kecil, dengan berat drone hanya 82 pound (37,19 kg). V-Bat ditenagai oleh mesin dua langkah 183cc yang memiliki daya sekitar 13 tenaga kuda untuk propulsi ducted-fan dan sistem kontrolnya.
V-Bat dikendalikan melalui line-of-sight data-link modular yang memiliki jangkauan konektivitas hingga 50 mil (80,46 km). Jangkauan ini dapat diperjauh tanpa batas sepanjang jangkauan linier drone dengan mengalihkan kendali V-Bat ke stasiun pengendali lainnya saat drone mendekati horizon line-of-sight-nya. Drone memiliki fitur interface laptop user semi-otonom yang cocok dengan hard-case portabel.
Dalam banyak hal, kemampuan V-Bat mirip dengan kemampuan drone Scan Eagle atau RQ-21 Blackjack, namun V-Bat memiliki endurance yang sedikit lebih rendah. Meskipun demikian, V-Bat tidak memerlukan ketapel peluncuran atau jaring recovery seperti halnya Scan eagle atau Blackjack.
V-Bat dapat diluncurkan dan kembali operasi secara otonom dan karena hanya memerlukan sedikit ruang, tidak diperlukan dek penerbangan atau area pendaratan yang khusus untuk menerbangkannya atau mendaratkannya. Bahkan, MartinUAV telah mendemonstrasikan pendaratan V-Bat pada flat bed dibelakangf truk saat sedang berjalan. Hal ini membuka sejumlah platform pelayaran dan jenis unit darat yang dapat memanfaatkan potensi perangkat information, surveillance, and reconnaissance (ISR) yang tahan lama.
Angkatan Darat AS telah memasukkan V-Bat pada daftar drone-drone untuk menggantikan drone RQ-7 Shadow-nya. AD AS menginginkan sejumlah kemampuan untuk sistem drone kecil barunya, yaitu kemampuan untuk beroperasi secara independen dalam kondisi yang sangat keras dan tanpa landasan pacu apa pun, serta jejak akustik yang lebih rendah daripada Shadow yang menjadi persyaratan utama. Evaluasi lanjutan di tingkat peleton akan dilakukan hingga 2020, setelah itu pihak AD AS akan membuat pilihan. Kenyataan bahwa pertempuran di masa depan kemungkinan akan terjadi di daerah perkotaan yang luas dan padat, kemampuan V-Bat untuk dikerahkan dan kembali di daerah-daerah yang benar-benar sempit akan dapat membantu mewujudkannya.
Tidak hanya Angkatan Darat dan Angkatan Laut AS yang tertarik pada V-Bat. Korps Marinir dan Penjaga Pantai AS juga mengincar drone ini juga. V-Bat telah menunjukkan kemampuannya selama latihan besar sekutu di Jerman dan untuk pelanggan di luar negeri juga.
V-Bat telah dilibatkan dalam peran anti-narkotika terbatas oleh Angkatan Laut AS setidaknya sejak 2016, tetapi pengerahan yang jauh lebih luas masih belum terlihat. Namun, fakta bahwa Angkatan Laut AS terus bereksperimen dengan sistem tersebut selama bertahun-tahun merupakan pertanda baik bahwa mereka menyukai drone tersebut.(Angga Saja-TSM)
Sumber : thedrive.com