Drone Mini, Perpanjangan Mata Pasukan Infanteri di Medan Tempur - Radar Militer

12 Juli 2019

Drone Mini, Perpanjangan Mata Pasukan Infanteri di Medan Tempur


Salah satu drone mini yang populer di medan tempur adalah Black Hornet. Drone ini memiliki berat hanya 32g dan panjang 16,8 cm telah menjadikan salah satu sistem drone terkecil di jenisnya.
Black Hornet sangat tenang dan dapat melewati lorong-lorong yang sempit dan menavigasi bangunan. Ini memungkinkannya untuk hadir hampir tanpa disadari oleh musuh ketika ia mengumpulkan informasi penting.
Black Hornet
Black Hornet 
Dengan jangkauan terbang 2 km dan kecepatan lebih dari 21 km/jam, drone dapat melaksanakan misi survei suatu daerah dan mengirim rekaman HD secara real time ke pengontrolnya.
Pencipta drone, FLIR Systems, mengklaim drone mutakhir ini memberikan pasukan modern solusi yang mudah dibawa, benar-benar seukuran saku yang dapat mereka gunakan dimana saja, siang atau malam.
Saat ini Angkatan Darat Australia disebut-sebut mulai mencoba Black Hornet untuk misi khusus mereka. AD Australia sendiri telah memulai penggunaan drone secara intensif sejak tahun lalu.
"Kami adalah salah satu pengguna UAS berukuran kecil yang terbesar di dunia," kata Komandan Brigade ke-6, Brigadir Susan Coyle.
Pada bulan Mei lalu, Angkatan Darat Australia meminta UAS kecil lainnya untuk ditambahkan ke pasukannya saat ini. Dalam operasinya, drone bahkan telah menjadi bagian dari tiap pleton pasukan di lapangan.
Bersama dengan Black Hornet, mereka juga mengoperasikan drone Shadow 200 yang lebih besar, yang memungkinkan pasukan untuk memantau area yang jauh lebih besar.
Shadow 200 membawa seperangkat kamera berdefinisi tinggi dan sistem laser untuk memberikan informasi lebih rinci tentang aktivitas musuh.
“Peleton infanteri memiliki kemampuan untuk mempengaruhi satu atau dua kilometer, sehingga mereka dilengkapi dengan Black Hornet. Sedangkan satu brigade memiliki wilayah operasi 150 hingga 150 kilometer, itulah sebabnya mereka mendapat Shadow 200, ”kata manajer program UAS, Letnan Kolonel Keirin Joyce kepada Australian Defense Magazine.
Saat ini mereka tengah mencari sebuah drone yang bisa mengisi celah antara Black Hornet dengan Shadow 200. Mereka mencari drone yang memiliki jangkauan terbang sekitar 30 km.
Bukan hanya Australia yang menggunakan teknologi mata-mata terbang ini untuk militernya. Angkatan Darat AS baru-baru ini mengerahkan drone Black Hornet untuk pertama kalinya di Divisi Lintas Udara ke-82 di Afghanistan. Rencananya, tiap 10 personel akan dilengkapi satu unit drone mata-mata.
Militer Inggris adalah pengadopsi awal drone. Mereka mulai menggunakan Black Hornet versi awal di Afghanistan pada 2011. Terkesan dengan performanya, baru-baru Inggris ini menghabiskan hampir Rp25 miliar untuk memesan versi terbaru Black Hornet, yang hadir dengan perangkat pengindera malam dan GPS yang sudah ditingkatkan.
Korps Brimob Polri juga disebut-sebut sebagai salah satu pengguna Black Hornet untuk kebutuhan kontra teroris.
Ole Aguirre dari FLIR Systems mengatakan kepada The Times, drone mengidentifikasi ancaman dan dengan demikian memberikan perlindungan ekstra kepada pasukan sebelum mereka dikirim ke daerah atau bangunan yang memiliki potensi bahaya tinggi.
"Sebelum Anda masuk dengan berjalan kaki atau dengan patroli kendaraan, Anda bisa mengirim ini di depan Anda," katanya.
Keunggulan drone mini ini juga terdapat pada pelatihan operator yang tidak membutuhkan waktu lama. Operator dapat dilatih untuk menggunakan drone hanya dalam 20 menit, meskipun pelatihan penuh dapat memakan waktu beberapa hari.
Drone dapat dikontrol secara manual oleh operator menggunakan layar sentuh atau diatur untuk mengikuti rute yang telah ditentukan. Mereka juga menggunakan kecerdasan buatan untuk mengidentifikasi hambatan, seperti pohon atau bangunan, dan memutuskan kemana harus menghindari rintangan itu.
Sersan Ryan Subers, salah satu personel yang telah dilatih untuk mengoperasikan drone menggambarkan teknologi tersebut sebagai "penyelamat".
"Saya benar-benar terkesan dengan sistem, kemampuannya karena sangat mengurangi risiko personel," kata Sersan Subers dalam sebuah siaran pers. (Remigius Septian)
Sumber  : angkasa.news

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb