Pemerintah Rusia dan Turki sedang menjajaki kerja sama pembuatan sejumlah komponen rudal anti-serangan udara S-400 di Turki.
Kepala Rostec Rusia, Sergei Chemezov, mengatakan ini seperti dilansir kantor berita TASS dengan mengutip Anadolu dan dilansir Reuters.
![]() |
Rudal S-400 |
“Turki mulai menerima pengiriman paket sistem rudal S-400 pada awal Juli ini yang memicu AS mengeluarkan Turki dari program jet tempur F-35 dengan alasan keamanan,” begitu dilansir Reuters pada Senin, 22 Juli 2019.
Secara terpisah, pemerintah Turki mengatakan akan melakukan retaliasi terhadap Amerika Serikat jika mengenakan sanksi atas pembelian rudal S-400 buatan Rusia.
Menlu Turki, Mevlut Cavusoglu, mengatakan negaranya tidak bisa menerima sanksi itu.
Menurut Cavusoglu, Presiden AS Donald Trump tidak ingin mengenakan sanksi terhadap Turki. Dia juga mengatakan tidak berpikir AS akan mengenakan sanksi ini.
Menurut kantor berita Anadolu dari Turki, Menlu Turki Cavusoglu, dan Menlu AS, Mike Pompeo, telah berbicara lewat sambungan telepon pada Sabtu pekan lalu soal dua isu yaitu rudal S-400 dan F-35.
AS menekankan sistem rudal buatan Rusia itu tidak cocok dengan sistem NATO, yang dibangun di Turki. Pembelian S-400 dan sistem radarnya bisa membahayakan sistem siluman F-35.
Sebaliknya, Turki menekankan S-400 itu tidak akan diintegrasikan dengan sistem NATO. Ini agar sistem senjata ini tidak menjadi ancaman bagi sekutu di NATO.
Turki juga meminta dibentukanya komisi untuk mengklarifikasi isu teknis. Namun, AS tidak setuju dengan pembentukan tim ini.
Pengiriman sistem S-400 telah berlangsung selama dua pekan terakhir. Ada 14 pengiriman berbagai komponen senjata ini.(Herru Sustiana-TSM)
Sumber : https://www.tempo.co