Amerika Serikat menghibahkan pesawat nirawak atau drone ScanEagle untuk negara di kawasan Asia Tenggara. Hibah tersebut merupakan bagian dari program MSI (Maritim Security Initiative), yang mendapatkan adalah Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Vietnam.
Menurut laman Malaysiakini, beberapa waktu lalu, drone ScanEagle akan dikirim pada pertengahan November 2019. Namun, bagaimana spesifirkasi drone tersebut? Drone ini memiliki panjang 1,5 m, rentang sayap 3 m dan muatan 3,4 kg.
![]() |
Drone ScanEagle |
ScanEagle adalah bagian dari ScanEagle Unmanned Aircraft Systems, yang dikembangkan dan dibangun oleh Insitu Inc., anak perusahaan The Boeing Company. UAV didasarkan pada pesawat miniatur robot SeaScan Insitu yang dikembangkan untuk industri perikanan komersial.
Menurut laman Boeing, drone ScanEagle dapat beroperasi di atas 15.000 kaki (4.572 m) dan berkeliaran di medan perang untuk misi yang diperpanjang hingga 20 jam. Drone dengan bobot maksimum tempat pilot diizinkan untuk lepas landas atau maximum takeoff weight (MTOW) 22 kg ini, digerakkan mesin piston model pusher berdaya 15 hp.
Kecepatan terbang jelajah ScanEagle berada di kisaran 111 km/jam dan kecepatan maksimum 148 km/jam. Batas ketinggian terbang mencapai 5.950 m. ScanEagle sanggup berada di udara dengan lama terbang (endurance) lebih dari 24 jam.
Untuk menerbangkannya, pilot drone harus menggunakan sistem rel peluncur, karena tidak dilengkapi sistem roda dan payung pendarat. ScanEagle mendarat dengan menggunakan metode kabel penangkap (SkyHook) yang mengait bagian ujung sayap (winglet).
Bantuan drone tersebut akan meningkatkan kemampuan keempat negara untuk melindungi wilayah maritim dan sumber daya ekonominya. ScanEagle akan digunakan untuk melaksanakan patroli maritim, integrasi ISR (intelijen, pengawasan, dan pengintaian).
Di kawasan Asia Tenggara-Pasifik, drone ScanEagle sudah digunakan oleh Angkatan Laut Singapura. Pengguna lainnya adalah AL dan Angkatan Darat Australia. Bahkan, ScanEagle milik Militer Australia telah teruji perang (battle proven) di Irak.
Malaysia dan Indonesia Dapat Drone ScanEagle dari AS
Kementerian Pertahanan Malaysia dan Indonesia mendapatkan pesawat nirawak atau drone ScanEagle dari Amerika Serikat. Malaysia mendapatkan 12 unit drone ScanEagle senilai 80 juta Ringgit Malaysia (setara Rp 269 miliar).
Dikutip laman Malaysiakini, beberapa waktu lalu, Pemerintah Malaysia tidak mengeluarkan biaya untuk mendapatkan drone itu. Kabarnya program itu sepenuhnya didanai oleh AS.
"AS melalui program Maritime Security Initiative (MSI) telah memberikan bantuan dalam bentuk aset dan pelatihan kepada negara-negara mitra termasuk Malaysia untuk membantu meningkatkan Maritime Domain Awareness (MDA) di kawasan Asia Tenggara," ujar Kementerian Pertahanan Malaysia, dalam keterangan tertulis.
Selain Malaysia, negara-negara lain di wilayah Asia Tenggara juga terlibat dalam program tersebut. Indonesia dan Filipana masing-masing memperoleh delapan unit, sementara Vietnam enam unit.
Pernyataan tersebut mengacu pada laporan tentang akuisisi 12 ScanEagle Unmanned Aircraft (UAV) yang diproduksi oleh anak perusahaan Boeing, Insitu Inc. Angkatan Laut Kerajaan Malaysia (RMN) akan menerima aset secara bertahap dari 2019 hingga 2022, pertama adalah enam drone ScanEagle yang diharapkan tiba pada pertengahan November.
"Selain Angkatan Bersenjata Malaysia (ATM), lembaga penegakan hukum lainnya juga mendapat manfaat dari program MSI untuk meningkatkan kemampuan pengawasan maritim dan berbagi informasi antara lembaga penegak hukum dan ATM," tertulis dalam keterangan tersebut.
ScanEagle UAV AS akan membantu Malaysia dalam pengawasan maritim. Kementerian Pertahanan Malaysia akan membeli dua Pesawat Patroli Maritim (MPA) dan tiga Medium Altitude Long Endurance Sistem Airborne Nirawak (MALE UAS).
Malaysia sebagai negara maritim sangat membutuhkan kemampuan intelijen, surveillance dan pengintaian (ISR) untuk memantau Selat Malaka, Laut Cina Selatan dan Laut Sulu. Menurut laman The Defense Post, drone ScanEagle itu memiliki kemampuan terbang selama 20 jam dan dapat digunakan untuk misi intelijen, pengawasan dan pemantauan. (Moh Khory Alfarizi)
Sumber : https://tempo.co