Soal Dialog Perlucutan Senjata Nuklir Trilateral, Ini Kata China - Radar Militer

06 November 2019

Soal Dialog Perlucutan Senjata Nuklir Trilateral, Ini Kata China


China angkat bicara soal pembicaraan perlucutan senjata trilateral dengan Amerika Serikat (AS) dan Rusia. Beijing menyatakan tidak melihat alasan untuk melakukan negosiasi pelucutan senjata trilateral, terutama karena kondisi untuk melakukan hal itu tidak ada.
Rudal Balistik DongFeng China
Rudal Balistik DongFeng China 
"Posisi kami sangat jelas. Kami percaya bahwa sama sekali tidak ada alasan dan ketentuan untuk melakukan negosiasi pelucutan trilateral dengan partisipasi Amerika Serikat dan Rusia. China tidak akan mengambil bagian di dalamnya," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang
"Kami telah mengatakan bahwa Amerika Serikat terus-menerus mencoba melibatkan Cina dalam kesepakatan ini," imbuhnya seperti disitir dari Sputnik, Rabu (6/11/2019).
Menurutnya, AS memikul tanggung jawab khusus karena memiliki persenjataan nuklir terbesar dan paling modern.
"Amerika Serikat harus menanggapi seruan Rusia untuk perpanjangan perjanjian START (Strategic Arms Reduction Treaty) yang baru, serta mengurangi persenjataan nuklirnya yang besar untuk menciptakan kondisi bagi negara-negara nuklir lain untuk memasuki perundingan ini," jelasnya.
Sejak penghentian Perjanjian Senjata Nuklir Jangka Menengah antara Washington dan Moskow pada bulan Agustus, Presiden AS Donald Trump telah berulang kali menyebutkan kemungkinan untuk membuat perjanjian kontrol senjata baru yang mencakup Rusia dan China.
Perjanjian START yang baru adalah perjanjian kontrol senjata terakhir yang tersisa yang berlaku antara Rusia dan AS. Perjanjian ini menetapkan bahwa jumlah peluncur rudal nuklir strategis harus dikurangi setengahnya dan membatasi jumlah hulu ledak nuklir strategis yang dikerahkan menjadi 1.550.
Perjanjian tersebut akan berakhir pada Februari 2021 dan AS sejauh ini belum mengumumkan rencana untuk memperpanjangnya, sementara Rusia telah berulang kali menekankan bahwa pihaknya siap untuk dialog tentang masa depan perjanjian. (Berlianto)

Bagikan artikel ini

1 komentar

  1. Sebenarnya untuk melucuti itu gk akan bisa diterima negara mana pun bila berada di posisi yg sama dengan china, hal ini wajar adanya sebab us bukan tipe negara yg bisa dipercaya dan rusia jg akan terus waspada terhadap us sehingga akan tetep memproduksi rudal2 triatral secara diam2, kunci untuk meyakinkan china dan rusia itu ada pada us' us harus bener2 terbuka dan fair, tidak melucuti tp mengurangi jumlah rudal triatral sehingga jumlah rudal china, us dan rusia berada pada jumlah yg sama' jumlah itu harus dianalisa agar tidak mengorbankan peradaban dunia bila kelak diantara tiga negara ini dipimpin manusia yg tidak bertanggung jawab'ketiga negara ini harus bener2 stop memproduksi rudal tersebut dan ketiga negara harus terbuka untuk diawasin dan mengawasin yg artinya ada tim2 tiap negara yg ditugaskan dan diutus untuk secara terbuka mengawasi secara langsung ke negara yg mengikat perjanjian trsebut,,,us harus tinggalkan cara2 curangnya yg ingin negara lain dilucuti tp dia tetep memproduksi rudal berbahaya nya, ini sama aja ingin menguasain dunia dengan cara bodoh, gk ada lg negara yg mau di bodoh2in us' karena sesungguhnya us itu adalah negara bodoh yg ambisinya ingin lebih bodoh dr us,,,indonesia harus tegas menghadapi kelicikan us, kalau kita gk berontak dengan cara2 us kita gk bakal tau seberapa besar nyali us usik indonesia dan seberap siap us menghadapi trio maut pasifik sebab apa pun ceritanya bila indonesia bener2 minta rusia dan china mempercepat kemampuan teknologi militer dan kekuatan militer indonesia, indonesia bisa melakukannya secara diam2 dan dalam tempo 10 tahun kekuatan dan kemampuan teknologi militer indonesia akan derastis naik ke 5 besar.

    BalasHapus

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb