Malaysia akan mengkonversi dua pesawat angkut PT Dirgantara Indonesia (PTDI) CN-235 menjadi pesawat patroli maritim (MPA).
Jenderal Affendi Buang, Panglima Angkatan Bersenjata Malaysia, mengatakan kepada media Jane pada 31 Januari lalu bahwa sistem misi pada dua pesawat tersebut akan dipasok oleh Amerika Serikat dalam rangka Maritime Security Initiative (MSI) Pentagon, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.
![]() |
CN-235 TUDM Malaysia |
Diketahui bahwa mission suite tersebut kemungkinan akan mencakup sistem pengawasan maritim Merlin yang dikembangkan oleh Surveillance and Defense, Inc (ISD) yang berpusat di Oregon. Sistem yang sama juga telah dipasang pada tiga pesawat CN-235, dua di antaranya milik TNI-Angkatan Laut, dan yang lainnya dioperasikan oleh TNI-Angkatan Udara.
Peralatan misi Merlin termasuk radar pengawasan maritim, turret sensor elektro-optik, dan sistem electronic support measures (ESM).
Skuadron No. 1 Angkatan Udara Kerajaan Malaysia (RMAF) mengoperasikan tujuh CN-235 dalam peran angkut dan utilitas.
Jenderal Affendi mengatakan pekerjaan upgrade dua CN-235 diharapkan akan dimulai pada akhir tahun ini, kemungkinan di fasilitas PTDI di Bandung, Jawa Barat di mana perusahaan tersebut sedang melaksanakan program perpanjangan masa pakai untuk CN-235 RMAF sebagai bagian dari kontrak maintenance, repair, and overhaul (MRO) yang ditandatangani pada bulan April 2018.
Dua tambahan dari platform ini juga dapat dikonversi menjadi MPA bila lebih banyak dana dari program MSI yang disetujui.
Opsi untuk mengubah pesawat angkut menjadi MPA merupakan bagian dari kontrak USD30 juta dengan PTDI tetapi sejauh ini belum dilaksanakan karena kurangnya dana. PT Dirgantara Indonesia awalnya menawarkan Airborne Maritime Situation and Control System (AMASCOS) dan sensor buatan Thales untuk program konversi MPA.
Malaysia memesan delapan CN-235 pada 1998 dan pengiriman selesai pada 2001. Satu pesawat sudah dihapuskan dari inventori setelah mendarat darurat di laut pada Februari 2016.(Angga Saja-TSM)
Sumber : janes.com