radarmiliter.com - Pemerintah Amerika Serikat mengatakan telah mengenakan tuntutan terhadap seorang ahli bahasa di kementerian Pertahanan karena diduga mengirim data intelijen rahasia kepada seorang warga Lebanon.
Warga Lebanon ini ditengarai memiliki kaitan dengan organisasi Hizbullah. Ahli bahasa itu disebut mengungkap nama-nama dari aset Amerika, yang membuat mereka terancam bahaya.
“Agen Biro Penyelidik Federal FBI menangkap Mariam Taha Thompson di markas militer di Erbil, Irak,” begitu dilansir Aljazeera pada Kamis, 5 Maret 2020.
![]() |
FBI |
Penangkapan Thompson terjadi pada 27 Februari 2020. Thompson bakal muncul pertama kalinya di pengadilan pada Rabu pekan depan di Pengadilan Distrik Columbia di AS.
“Saat berada di area perang, terdakwa diduga memberi informasi sensitif soal pertahanan nasional termasuk nama-nama individu yang membantu Amerika Serikat kepada seorang warga Lebanon di luar negeri,” kata John Demers, asisten jaksa penuntut umum dari Kementerian Kehakiman untuk urusan keamanan nasional.
“Jika ini benar, maka ini tindakan memalukan terutama untuk seseorang yang berkerja sebagai seorang kontraktor dengan militer Amerika Serikat. Penghianatan terhadap negara dan koleganya bakal dikenai hukuman,” kata Demers.
Kementerian Kehakiman menemukan adanya perubahan logs atau catatan penggunaan jaringan komputer terenkripsi oleh terdakwa saat dilakukan investigasi dan audit logs.
Temuan ini terjadi pada 30 Desember atau sehari setelah militer AS melancarkan serangan udara terhadap pasukan yang didukung Iran di Irak. Pada hari itu, sejumlah demonstran juga menyerbu kedutaan besar AS sebagai respon.
Thompson mencari sejumlah data rahasia berisi nama-nama jaringan intelijen AS yang dia tidak miliki aksesnya. Dia mencari nama-nama, foto, dan informasi identitas lainnya.
Pada Februari 2020, seorang agen FBI menemukan adanya catatan dalam bahasa Arab di bawah karpet di kamarnya di markas di Erbil, Irak.
Menurut kesaksian tersumpah agen FBI, catatan itu berisi nama-nama informan intelijen Amerika. Catatan itu juga menyebutkan nama-nama tadi mengumpulkan informasi untuk AS. Thompson juga menuliskan saran agar nomor telepon para informan tadi dimonitor dan targetnya diperingatkan.(Tempo.co)
Sumber : https://www.tempo.co/