radarmiliter.com - Presiden Vladimir Putin, pada hari Senin (2/3/2020), mengatakan bahwa Rusia tidak memiliki niat untuk berperang dengan siapa pun. Komentar tersebut dirilis kantor berita TASS setelah ketegangan dengan Turki memanas terkait konflik di Idlib, Suriah.
Militer Ankara dan Damaskus terlihat konflik hebat di Idlib dalam sepekan terakhir. Pada hari Minggu, militer Ankara menembak jatuh dua jet tempur Su-24 dan menghancurkan beberapa sistem pertahanan udara rezim Damaskus dan membombardir bandara militer di Aleppo.
![]() |
Presiden Rusia Vladimir Putin |
Serangan yang dilaporkan Observatorim Suriah untuk Hak Asasi Manusia menewaskan 19 tentara rezim Damaskus itu sebagai balasan setelah sejumlah pesawat nirawak Ankara ditembak jatuh di Idlib.
Rusia merupakan sekutu utama rezim Suriah dan mendukung operasi militer pasukan Presiden Bashar al-Assad di Idlib. Sedangkan Turki mendukung oposisi Suriah dan menentang operasi militer rezim Assad di Idlib.
Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sepakat pada hari Jumat untuk mengatur pertemuan untuk mengatasi ketegangan di Provinsi Idlib setelah 33 tentara Turki tewas dalam serangan udara rezim Assad.
Militer Ankara secara resmi mengonfirmasi telah meluncurkan operasi militer yang bernama "Operation Spring Shield" terhadap pasukan rezim Damasksus. Menteri Pertahanan Hulusi Akar mengatakan operasi militer itu sudah membuahkan hasil.
"Kami tidak memiliki niat untuk menghadapi Rusia tetapi kami ingin menghentikan pembantaian rezim sipil (oleh) Assad. Target kami hanyalah pasukan rezim dan elemen-elemen yang menyerang pasukan kami," katanya.
Direktur Komunikasi Kepresidenan Turki Fahrettin Altun mengatakan tujuan Ankara adalah untuk mencegah pembersihan etnik dan kejahatan perang di Suriah.
"Deconflition zone di Idlib bertujuan untuk mencegah kekejaman dan pembantaian terhadap 4 juta warga sipil di daerah itu. Tujuan kami adalah mencegah pembersihan etnik dan kejahatan perang oleh rezim Assad serta pemindahan dan lebih banyak pengungsi. Kami dibiarkan sendirian dalam perjuangan ini!," tulis di Twitter.
Sebelumnya, Rusia menyatakan aksi militer Ankara yang menembak jatuh dua jet tempur Damaskus membuat Moskow tidak bisa lagi menjamin keselamatan pesawat Turki di Suriah.
Insiden penembakan dua jet tempur itu memicu rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad memutuskan menutup wilayah udara di Idlib untuk setiap pesawat asing. Pesawat asing, selain milik Rusia, dianggap sebagai musuh. Artinya, pesawat yang melintas berpotensi ditembak jatuh. (Muhaimin)(RM)
Sumber : https://www.sindonews.com/