Jepang Kembangkan Rudal Jelajah Hipersonik, Ancaman bagi Kapal Induk Tiongkok - Radar Militer

03 Mei 2020

Jepang Kembangkan Rudal Jelajah Hipersonik, Ancaman bagi Kapal Induk Tiongkok

radarmiliter.com - Jepang sedang mengembangkan rudal jelajah hipersonik, sebuah senjata yang dapat melaju pada ketinggian tinggi dan dapat menimbulkan ancaman bagi kapal induk Tiongkok di Laut Cina Timur.
Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan bahwa senjata itu merupakan hyper velocity gliding projectile (HVGP) dan direncanakan akan dioperasikan versi awal rudal tersebut pada 2026, diikuti oleh versi yang disempurnakan setelah 2028.
Rudal yang direncanakan akan mampu terbang lima kali kecepatan suara (Mach 5). Dengan rudal seperti itu, Jepang akan menjadi negara keempat di dunia yang dipersenjatai dengan hypersonic gliding technology, setelah Tiongkok, Rusia dan Amerika Serikat.
Jepang Kembangkan Rudal Jelajah Hipersonik
Jepang Kembangkan Rudal Jelajah Hipersonik 
Teknologi ini memungkinkan rudal untuk meluncur dengan kecepatan tinggi di atmosfer atas, sebuah titik lemah untuk sistem pertahanan udara, dan kemudian mengikuti lintasan (trajectory) yang kompleks, membuatnya sulit untuk dicegat dengan perisai anti-rudal yang ada.
Rudal pertama Jepang akan fokus untuk sasaran darat, sementara versi yang ditingkatkan akan menampilkan muatan hulu ledak baru, dengan peningkatan kecepatan dan jarak tembak untuk menyerang kapal permukaan besar, kata kementerian itu
Badan Akuisisi, Teknologi, dan Logistik (ATLA) Kementerian Pertahanan Jepang sedang mengembangkan mesin scramjet untuk memberi daya pada rudal hipersonik bekerjasama dengan Mitsubishi Heavy Industries yang berpusat di Tokyo.
Tetapi jangkauan rudal akan dibatasi sekitar 500 km (310 mil) atau kurang untuk tetap memenuhi persyaratan "kebijakan berorientasi pertahanan eksklusif" Jepang.
Kementerian Pertahanan Jepang juga mengatakan HVGP mereka akan membawa hulu ledak yang dapat menembus dek kapal induk.
Dikatakan rudal sedang dikembangkan untuk pertahanan pulau-pulau terpencil di barat daya, mengacu pada Kepulauan Okinawa dan pulau-pulau sekitarnya termasuk kepulauan Senkaku yang disengketakan - yang dikenal sebagai Kepulauan Diaoyu di Tiongkok.
Kepulauan tak berpenghuni di Laut Cina Timur - sekitar 420 km (260 mil) dari pulau utama Okinawa - diklaim oleh Jepang, Tiongkok, dan Taiwan.
Jepang mengalokasikan total 18,5 miliar yen (US $ 172 juta) untuk penelitian rudal hipersonik pada anggaran 2018 dan 2019, dan berencana menambah 25 miliar yen (US $ 233 juta) pada tahun ini.
Analis militer yang berbasis di Beijing, Zhou Chenming mengatakan jika Jepang berhasil mengembangkan senjata itu, maka bisa menjadi ancaman bagi aktivitas Angkatan Laut Tiongkok di daerah itu dan itu mungkin berdampak pada keseimbangan strategis di wilayah tersebut.
Menurut media Tiongkok, Tiongkok dan Rusia untuk saat ini adalah dua negara pertama dengan rudal hypersonic glide yang beroperasi. Hypersonic glide vehicle Avangard berkemampuan nuklir Rusia mulai beroperasi pada bulan Desember 2019. Tiongkok diklaim oleh media Tiongkok menjadi negara pertama di dunia yang mengumumkan pengoperasian senjata hipersonik ketika rudal DF-17-nya ditampilkan dalam parade militer Hari Nasional Tiongkok pada 1 Oktober 2019.
Sementara itu Angkatan Udara AS berhasil melakukan uji terbang terhadap Air-Launched Rapid-Response Weapon (ALRRW) miliknya sendiri pada Juni 2019. ALRRW kemungkinan masuk kedinasan pada awal 2023. Pada bulan Maret lalu, Angkatan Darat bekerjasama dengan Angkatan Laut AS menguji senjata common-hypersonic glide body atau C-HGB, yang berkemampuan nuklir dan dapat diluncurkan dari darat, udara atau laut. Direncanakan rudal pertama akan diselesaikan pada tahun 2022.(Angga Saja-TSM)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb