Amerika, Rusia dan China Berlomba Kembangkan Rudal Hipersonik - Radar Militer

20 Juni 2020

Amerika, Rusia dan China Berlomba Kembangkan Rudal Hipersonik

radarmiliter.com - Pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menebalkan persaingan yang sedang terjadi untuk teknologi peluru kendali (rudal) hipersonik antara Amerika Serikat, Rusia, dan Cina. Skala hipersonik diberikan untuk kecepatan di atas lima kali kecepatan suara (Mach 5). Tidak seperti rudal balistik yang bisa melesat sama cepatnya, rudal hipersonik didesain tetap di bawah atmosfer dengan jangkauan di antara kemampuan rudal balistik dan pertahanan udara darat-ke-udara.
Pernyataan Trump tentang Super Duper Missile--yang 17 kali lebih cepat daripada rudal Amerika saat ini dan tingkat akurasi bidikan hingga 14 inci dari target sejauh 1.000 mil--diduga merujuk kepada AGM-183 ARRW (Arrow). Persenjataan ini sedang dikembangkan Angkatan Laut Amerika dan prototipenya telah menjalani uji, di antaranya, dibawa terbang pesawat pembom B-52 setahun lalu.
KH-47M2 Kinzhal
KH-47M2 Kinzhal 
Kemampuan si anak panah ARRW melesat hingga Mach 12 ternyata belum sebanding dengan rudal hipersonik Avangard milik Rusia. Kemampuan rudal yang telah berulang kali diuji sejak Februari 2015 ini bisa melesat sampai Mach 20 atau mendekati 15 ribu mil per jam. Pada Desember lalu, Rusia telah mendeklarasikan rudal itu sebagai bagian dari angkatan perangnya--menjadikannya negara pertama di dunia yang mengoperasikan senjata hipersonik.
Sebagai bagian dari kerja samanya dengan India, Rusia juga menggarap proyek rudal sejenis yakni BrahMos-II. Mulai diuji terbang tahun ini, BrahMos-II diproyeksi siap pakai oleh angkatan perang kedua negara pada 2025. Saat itu diperkirakan, rudal ini bisa unjuk kecepatan sampai Mach 7.
Rusia juga mengembangkan rudal jelajah hipersonik anti-kapal perang, 3M22 Zircon. Senjata yang satu ini telah diperkenalkan pada Juni 2017 dan dilaporkan bisa melesat sampai Mach 8. Rudal jelajah hipersonik kedua yang dikembangkan Moskow adalah KH-47M2 Kinzhal. Ini adalah versi modifikasi dari roket Iskander yang bisa terbang dengan kecepatan Mach 10 sejauh 1.200 mil.
Pesawat tempur Rusia MiG-31 membawa rudal hipersonik Kinzhal saat melakukan uji coba di Rusia, 1 Maret 2018. Rudal jelajah ini dibangun oleh Rusia untuk menghadapi target – target yang berukuran cukup besar dan dilindungi dengan baik oleh sistem senjata pertahanan udara milik musuh. AP/Russian Defense Ministry Press Service, File
Rudal-rudal jelajah itu jelas didesain untuk menghadapi sistem pertahanan rudal Amerika seperti THAAD dan barisan kapal-kapal induk Amerika. Diperkenalkan pada Maret 2018, rudal Kinzhal pernah ditunjukkan di balik sayap jet tempur MiG-31.
Seperti disinggung Trump, Cina juga berinvestasi besar untuk pengembangan jenis senjata yang sama. Pada Oktober lalu, parade kekuatan militer di negara itu ikut memamerkan rudal hipersonik DF-17. Ini sebenarnya sekelas rudal balistik tapi dikombinasikan dengan hypersonic glide vehicles (HGV).
Rudal DF-17 telah dua kali diuji pada November 2017. Hasilnya, kecepatan Mach 10 bisa disentuh dengan daya jangkau 1.100 sampai 1.500 mi tanpa peluru ini kehilangan kemampuan manuvernya. Proyeksinya, rudal hipersonik ini sudah siap pakai tahun ini.

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb