radarmiliter.com - Kebakaran terjadi di bagian belakang kapal selam serang bertenaga nuklir kelas Rubis "Perle" (S606) milik AL Prancis pada Jumat (12/06) pagi ketika kapal selam itu sedang berada di drydock di pelabuhan Toulon. Asap putih mengepul ke langit dan petugas pemadam kebakaran dari Toulon dan Marseilles bergegas ke tempat kejadian.
Pada pukul 9:36 malam waktu setempat, Prefektur Maritim Mediterania melaporkan bahwa api telah dikendalikan dengan membanjiri kompartemen belakang kapal selam dengan busa, lebih lanjut disebutkan bahwa "ruang reaktor tidak tersentuh api."
Kapal Selam Serang Tenaga Nuklir Prancis Terbakar di Drydock |
Pihak berwenang melaporkan bahwa tidak ada yang terluka akibat kebakaran tersebut, beberapa personil di dalam kapal selam diberitakan melarikan diri melalui tabung torpedo.
Reaktor nuklir pressurized water 48 megawatt kapal selam, bahan bakar nuklir, dan senjata (hanya senjata konvensional) telah dilepas ketika kapal selam memasuki drydock pada Januari 2020 untuk perbaikan oleh Naval Group yang akan selesai pada Februari 2021. Prefektur maritim setempat mengatakan tidak ada kemungkinan kontaminasi radioaktif dari insiden tersebut.
Upaya pemadaman dilaporkan melibatkan 30 petugas pemadam kebakaran khusus angkatan laut dengan dukungan dari boat pemadam kebakaran, serta spesialis tambahan yang diberangkatkan dari Marseilles, 11 kendaraan khusus pemadam kebakaran darat, dan setidaknya 10 personil Skuadron Kapal Selam Nuklir Prancis (Escadrille des Sous-Marins Nucléaires d'Attaque - ESNA) turut berpartisipasi membantu dengan memberi arahan kepada petugas pemadam kebakaran.
Namun, ada kekhawatiran bahwa Perle mungkin telah mengalami terlalu banyak kerusakan untuk bisa diselamatkan.
Seorang awak kapal selam veteran mengatakan kepada koran lokal, Var Matin, “Jika hull tebal [terbuat dari baja high-tensile 80HY] ... telah mengalami perubahan bentuk, kapalnya rusak."
Penyebab kebakaran dispekulasikan kemungkinan karena pengelasan yang salah atau pemotongan high-pressure yang salah.
Media Perancis LeMonde memperingatkan bahwa jika Perle mengalami "kerusakan yang tidak dapat diperbaiki," ada kemungkinan "seluruh organisasi deteren nuklir Perancis mungkin harus dipikirkan kembali. Dan Angkatan Laut Prancis mungkin harus menghentikan misi strategis tertentu. "
Perle sebenarnya tidak membawa senjata nuklir. Namun, salah satu peran utama kapal selam serang Prancis tersebut adalah melindungi empat kapal selam rudal balistik bertenaga nuklir (SSBN) kelas Triomphant dari kapal selam musuh.
SSBN Le Téméraire melakukan peluncuran uji coba rudal balistik nuklir M51 tidak berhulu ledak sehari sebelumnya. Prancis memandang kapal selam ini akan memainkan peran vital dalam deteren nuklir strategis Perancis.
Dilaporkan, armada enam kapal selam serang tenaga nuklir Prancis beroperasi dengan jadwal yang ketat: satu kapal dalam overhaul jangka panjang, satu lagi dalam overhaul jangka menengah, yang ketiga digunakan untuk pelatihan, satu kapal masing-masing ditugaskan untuk patroli di Atlantik dan Mediterania, dan kapal selam terakhir beroperasi di dua kawasan tersebut atau di Samudera Hindia.
Perle adalah kapal selam terakhir yang dibangun dari enam kapal selam kelas serang bertenaga nuklir Rubis yang dilakukan semua peletakan lunasnya di Cherbourg antara tahun 1976 dan 1990. Kelas kapal selam serang bertenaga nuklir (SSN) pertama di Perancis, Rubis mungkin merupakan SSN terkecil didunia yang operasional dengan panjang 73 meter dan displacement menyelam 2.600-ton. Awak kapal sekitar sekitar 70 orang harus berbagi ruang hidup pada ruang seluas 970 kaki persegi.
Kelas Rubis terutama dirancang untuk berburu kapal selam musuh, tetapi kapal selam itu telah menunjukkan kemampuannya dalam peran lain. Pada 2015, kapal selam "Saphire" dilaporkan merayap menembus deteksi anti-kapal selam carrier task force Angkatan Laut Amerika Serikat dan mentorpedo kapal induk dan sebagian besar pengawalnya dalam sebuah latihan. Pencapaian serupa juga pernah diraih oleh kapal selam Rubis pada tahun 1998.
Prancis juga menggunakan kapal selam Rubis-nya untuk mendukung operasi darat meskipun mereka tidak memiliki persenjataan serang darat. Pada tahun 1999, Rubis memblokade kapal Yugoslavia di Teluk Kotor selama intervensi NATO di Kosovo. Kemudian pada tahun 2011, tiga kapal selam Rubis memberikan dukungan pengumpulan intelijen untuk kampanye Prancis untuk menggulingkan Qaddafi dari kekuasaan di Libya.
Pada bulan Juli 2019, Prancis meluncurkan kapal selam serang tenaga nuklir kelas Suffren pertama yang lebih besar dan lebih berkemampuan untuk menggantikan Rubis. Jika kerusakan pada Perle cukup signifikan sehingga perbaikan tidak mungkin dilakukan atau menjadi terlalu mahal, Angkatan Laut Prancis mungkin harus mengoperasikan kapal Rubis lainnya dalam kedinasan lebih lama dan/atau mempercepat pembangunan kapal selam kelas Suffren.(Angga Saja-TSM)
Sumber : forbes.com