Amerika Serikat Borong 137 Unit Rudal Jarak Jauh Pembunuh Kapal AGM-158C LRASM - Radar Militer

16 Maret 2021

Amerika Serikat Borong 137 Unit Rudal Jarak Jauh Pembunuh Kapal AGM-158C LRASM

radarmiliter.com - Persaingan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) di pasifik antara Amerika Serikat (AS) dan China terus berlangsung. Terbaru, Februari lalu, Angkatan Laut dan Angkatan Udara AS resmi menandatangani kontrak pengadaan ratusan AGM-158C rudal anti-kapal jarak jauh (Long-Range Anti-Ship Missiles/LRASM) dari Lockheed Martin pabrikan alutsista asal AS.
Program yang diawasi ketat ini tampaknya kian memperkenalkan sistem canggih terbaru yang ada dalam rudal pembunuh kapal yang mematikan itu.
AGM-158C Long Range Anti-Ship Missiles (LRASM)
AGM-158C Long Range Anti-Ship Missiles (LRASM)
"Kesepakatan bernilai US$ 414 juta (atau setara dengan Rp 6 triliun, kurs Rp 14.000/US$) itu dialokasikan untuk membeli 137 LRASM, peralatan pendukung, sistem teknik, logistik dan dukungan pelatihan," kata Juru bicara Lockheed Martin, Joe Monaghen dalam email, dilansir Defensenews, dikutip Sabtu (13/3/2021).
Lockheed Martin Corporation adalah perusahaan kedirgantaraan, senjata, pertahanan, keamanan, dan teknologi canggih asal AS dengan sebaran produk ke seluruh dunia. Korporasi ini dibentuk dari penggabungan Lockheed Corporation dengan Martin Marietta pada Maret 1995.
Perusahaan ini berkantor pusat di North Bethesda, Maryland, di daerah Washington D.C. Sahamnya tercatat di Bursa New York Stock Exchange (NYSE) atau Wall Street dengan kode saham LMT.
Dia mengatakan, LRASM memiliki jangkauan yang dipublikasikan sekitar 300 mil laut, tahan macet, dan dirancang untuk menemukan target dengan sensor onboard daripada mengandalkan panduan dari sumber lain seperti sensor drone atau kapal lain. Rudal tersebut juga sulit dideteksi.
Kontrak tersebut muncul ketika ketegangan terus membara di Pasifik Barat antara China dan AS, dan antara China dan negara lainnya di kawasan itu, terkait dengan armada China yang terus ekspansif.
Peningkatan bujet alustsita ini juga terjadi di tengah proyeksi bahwa armada Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) akan bertambah menjadi 425 kapal pada tahun 2030, mendorong AS kian mempercepat pengadaan rudal anti-kapal, termasuk Angkatan Darat AS dan Korps Marinir.
Kedua layanan alutsista tersebut punya kemampuan untuk mengancam kapal di laut dari jarak jauh.
Februari lalu, Defense News melaporkan bahwa militer AS menaikkan proyeksi pengeluaran anggaran 5 tahun (2020-2025) dengan alokasi belanja sekitar 850 rudal anti-kapal tahun ini, naik dari 88 rudal anti-kapal yang diprogram dalam anggaran 2016, 5 tahun sebelumnya.
Adapun anggaran Angkatan Laut AS untuk pengadaan senjata dari semua jenis meningkat sebesar US$ 800 juta atau setara Rp 11 triliun dari permintaan tahun 2020 sebesar US$ 4,1 miliar atau Rp 57 triliun. Sementara itu, anggaran pengadaan senjata 2021 yang diusulkan naik US$ 1,7 miliar atau Rp 24 triliun dari permintaan 2016 atau 5 tahun lalu.
Dalam siaran persnya, manajemen Lockheed mengatakan pembelian itu menunjukkan adan tren peningkatan pembelian LRASM, "ini meningkatkan signifikansi untuk misi pelanggan kami."
Situs resmi Lockheed Martin mengatakan rudal itu dirancang untuk menggunakan "rangkaian sensor multi-moda, tautan data senjata, dan Sistem Pemosisian Global anti-jam digital yang ditingkatkan untuk mendeteksi dan menghancurkan target tertentu dalam sekelompok banyak kapal di laut," yang berarti dapat memilih kapal apa yang menjadi sasarannya dari sekelompok kapal.
Dalam rilisnya, perusahaan mengatakan rudal itu "mengurangi ketergantungan pada platform intelijen, pengawasan dan pengintaian, tautan jaringan dan navigasi GPS di lingkungan peperangan elektronik.
"LRASM akan memainkan peran penting dalam memastikan akses militer untuk beroperasi di laut terbuka, karena kemampuannya yang ditingkatkan untuk mendiskriminasi dan melakukan pertempuran taktis dari jarak yang jauh," tulis manajemen Lockheed. (Tahir Saleh)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb