radarmiliter.com - Upaya multi-nasional untuk membangun jet tempur bersama Eropa sedang berada dalam bahaya dimana Jerman dan Perancis sedang melakukan pembicaraan sehubungan krisis untuk menyelamatkan program tersebut. Negara-negara tersebut memperdebatkan teknologi rahasia, pembagian biaya dan pekerjaan seputar Future Combat Air System (FCAS) mereka.
Jet tempur yang akan dikerjakan negara-negara tersebut dengan Spanyol, direncanakan mulai beroperasi pada tahun 2040.
FCAS adalah pesawat tempur generasi keenam yang mengikuti jejak program pesawat Eropa sebelumnya, termasuk jet tempur Tornado, Eurofighter Typhoon, dan helikopter serang Tiger.
Perancis memiliki banyak pengalaman dalam merancang dan membangun pesawat tempur, termasuk jajaran jet Mirage yang sukses dan pesawat tempur garis depan saat ini Rafale. Jerman dan Spanyol, sementara itu, memiliki pengalaman yang lebih sedikit, karena hanya bekerja di Eurofighter. (Meskipun proyek tunggal itu telah berlangsung selama beberapa dekade.)
Perancis dan Jerman menemui jalan buntu terkait dua dari tujuh poin kerja sama tersebut, lapor Reuters. Salah satu masalahnya adalah hak kekayaan intelektual, dimana Prancis mengeluh bahwa industri pertahanan Jerman yang berpartisipasi menginginkan akses ke teknologi Perancis - tuduhan yang kemudian dibantah Jerman. Kedua negara juga berselisih tentang pembagian pembayaran, deskripsi pekerjaan yang tepat dari pesawat tempur tersebut, dan bahkan berselisih tentang kurangnya partisipasi Jerman dalam operasi tempur di luar negeri.
Program FCAS dengan perkiraan nilai $ 120 miliar dolar, akan mencakup sistem berawak dan tidak berawak. Perancisdan Jerman sangat ingin menyebarkan biaya tersebut ke sebanyak mungkin pihak. Untuk mementukan logistik antara dua negara tersebut sudah cukup sulit, ditambah masuknya Spanyol ke dalam program FCAS baru-baru ini memperumit banyak hal.
Jerman dan Perancis menandatangani perjanjian untuk membangun FCAS pada tahun 2017, memberi mereka waktu 23 tahun untuk membangun jet tempur baru yang mampu menggantikan Rafale Perancis dan Eurofighter Jerman serta Spanyol pada tahun 2040. Itu berarti jet tempur yang ada sekarang akan menjalani tugas minimal 19 tahun lagi.
Bukan perkembangan yang bagus bahwa setelah 4 tahun, Perancis dan Jerman masih berselisih tentang bagaimana mereka akan bekerja sama. Proyek tersebut pada akhirnya mungkin saja akan berantakan, memaksa ketiga negara tersebut untuk berkumpul kembali menjadi koalisi yang lebih kecil, bekerja sama dengan negara lain, atau bekerja sendiri.
Tapi itu mungkin bukan hal yang buruk. Seperti yang dibuktikan oleh Angkatan Udara AS pada tahun 2020, kemajuan dalam teknik digital berarti negara-negara sekarang dapat merancang, membangun, dan menerbangkan jet tempur baru hanya dalam satu tahun. Prosesnya jauh lebih murah dan lebih cepat daripada sebelumnya.(Angga Saja-TSM)
Sumber : popularmechanics.com