Sukhoi SU-34 Rusia |
Pada Senin (14/3), Presiden Putin telah mengumumkan bahwa Kremlin akan mulai menarik pasukan utamanya dari Suriah. Demikian hal tersebut dilaporkan media Rusia Sputnik. Menurut sang presiden, hal ini dilakukan karena militer Rusia dianggap telah berhasil mencapai sebagian besar misinya.
"Secara keseluruhan, saya pikir misi yang ditugaskan kepada Kementerian Pertahanan dan angkatan bersenjata telah berhasil tercapai. Karena itu, saya perintahkan menteri pertahanan untuk mulai menarik bagian utama faksi militer kami dari Republik Arab Suriah pada Selasa," kata Presiden Putin, sebagaimana yang dikutip RIA Novosti, dalam pertemuannya dengan Kementerian Pertahanan dan Kementerian Luar Negeri Rusia.
Penarikan akan dimulai pada hari ini, Selasa (15/3), tulis Sputnik.
"Berkat partisipasi militer Rusia, angkatan bersenjata Suriah dan pasukan patriotik Suriah telah berhasil meraih pencapaian mendasar dalam memerangi terorisme internasional dan sekaligus telah mengambil inisiatif di hampir semua hal," kata presiden Rusia.
"Kami melihat ada titik balik yang signifikan dalam memerangi terorisme," kata Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu.
Kepada presiden, Menteri Shoigu melaporkan bahwa pasukan Suriah telah membebaskan lebih dari 400 kota, melakukan lebih dari 9.000 penerbangan militer yang behasil menghabiskan lebih dari 2.000 militan ISIS yang merupakan imigran Rusia. Di sisi lain, AU Rusia juga telah menghancurkan lebih dari 200 objek infrastruktur perminyakan milik ISIS dan berhasil menghentikan segala aktivitas yang mendukung kelompok teroris tersebut.
Dalam pertemuan tersebut, Putin menyatakan harapannya bahwa keputusan (penarikan pasukan) ini akan mendorong semua pihak yang terlibat dalam konflik Suriah untuk mengejar resolusi damai.
"Saya meminta kementerian luar negeri untuk mengintensifkan partisipasi Rusia dalam organisasi yang mengawal proses perdamaian yang berorientasi pada solusi untuk menyelesaikan krisis Suriah," kata Putin.
Tak Berarti Ditarik Sepenuhnya
Namun demikian, Moskow tetap mempertahankan kehadiran militernya di Suriah. Batas waktu untuk penarikan pasukan sepenuhnya belum diumumkan. Putin juga menngisyaratkan bahwa pasukan Rusia akan tetap di berlabuh di Tartus dan Pangkalan Udara Hmeimim di Latakia.
"Basis operasi kami pangkalan angkatan laut kami di Tartus dan pangkalan udara kami di Hmeymim akan beroperasi seperti biasa. Mereka harus melindungi darat, laut, dan udara," kata Putin. "Bagian dari kelompok militer kami secara tradisional telah berada di Suriah selama bertahun-tahun, dan hari ini harus melakukan fungsi yang sangat penting dalam memantau gencatan senjata dan menciptakan kondisi untuk proses perdamaian."
Menurut Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov, Rusia telah menginformasikan Presiden Suriah Bashar al-Assad terkait keputusan tersebut. Sebuah pernyataan dari kantor Assad menekankan bahwa Kremlin tetap berjanji untuk terus mendukung Suriah dalam "menghadapi terorisme."
Serang ISIS, Warga Suriah: Rusia Selalu Menjadi Teman Rakyat Suriah
Serang ISIS, Warga Suriah: Rusia Selalu Menjadi Teman Rakyat Suriah
Assad juga mengakui profesionalisme, keberanian, dan kepahlawanan para tentara dan petugas Rusia. Sang preisden juga berterima kasih kepada Moskow atas bantuan yang besar dalam memerangi terorisme dan tak lupa menyediakan bantuan kemanusiaan untuk penduduk sipil Suriah.
Selama diskusi melalui telepon, baik Assad maupun Putin sepakat bahwa gencatan senjata telah menyebabkan penurunan pertumpahan darah yang signifikan. Selain itu, kondisi masyarakat telah berangsur membaik.
"Kedua pihak berbagi pandangan terkait pelaksanaan gencatan senjata di Suriah. Keduanya beranggapan bahwa gencatan senjata telah membantu mengurangi pertumpahan darah secara drastis dan memberikan kesempatan untuk memperbaiki situasi kemanusiaan di negeri tersebut," kata layanan pers Kremlin dalam sebuah pernyataan.
Assad juga menyatakan harapannya bahwa perundingan damai di Jenewa akan menghasilkan sesuatu yang nyata. Ia pun menekankan perlunya proses politik di Suriah.
Rusia Tarik Pasukan dari Suriah, Politikus Prancis : Itu Keputusan Cerdas
Rusia memutuskan untuk menarik pasukan udaranya dari Suriah karena ISIS telah berhenti beroperasi di negara tersebut. Demikian hal tersebut diungkapkan anggota parlemen dari partai Les Républicains (Republik) Prancis, Thierry Mariani, kepada media Rusia Sputnik.
"Saya pikir itu adalah keputusan yang cerdas. Jika mereka (pasukan udara) tinggal lebih lama lagi, dikhawatirkan itu akan berpotensi membawa ketegangan tambahan antara berbagai pihak hingga kembali berkonflik, dan itu berbahaya. Keputusan ini diambil karena Daesh (ISIS) telah berhasil dihentikan," kata Mariani.
Sang politikus Prancis juga menambahkan bahwa penarikan pasukan militer Rusia dari Suriah juga akan mengurangi ketegangan di antara peserta pembicaraan Jenewa, dan di kawasan pada umumnya.
"Saya tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi ini terjadi pada waktu yang tepat karena misi Rusia telah tercapai," kata Mariani.
Kremlin Bantah Minta Presiden Suriah untuk Mengundurkan Diri
Pada Senin (14/3), Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu untuk memulai penarikan kelompok udara Rusia dari Suriah pada Selasa (15/3) karena misi yang ditugaskan telah tercapai.
Kehadiran ISIS telah dilarang di banyak negara, termasuk di Rusia. Kelompok militan ini telah memproklamasikan sebuah kekhalifahan di suatu wilayah yang luas di Irak dan Suriah yang telah berhasil mereka kuasai. ISIS dan simpatisannya juga mengaku bertanggung jawab atas beberapa aksi terorisme di seluruh dunia.
Pasukan Kedirgantaraan Rusia telah melakukan kampanye udara terhadap kelompok teroris di Suriah, terutama ISIS, sejak 30 September 2015. Operasi ini dilakukan atas permintaan resmi dari Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Sumber : http://ruskarec.ru/