PZL M28 Skytruck |
Disaat usia N22/N24 Nomad kian renta, Puspenerbal TNI AL harus berpikir keras untuk menghadirkan pesawat intai taktis pengganti. Saat itu di tahun 2005, pilihan telah dijatuhkan pada PZL M28 Skytruck, pesawat transport ringan bermesin turbo propeller buatan PZL (Polskie Zaklady Lotnicze) Mielec, Polandia. TNI AL dikala itu direncanakan bakal menerima 11 unit M28 Skytruck versi intai maritim.
Dikutip dari nasional.tempo.co (12/12/2015), Departemen Pertahanan RI merencanakan untuk membeli 11 pesawat Skytruck dari Polandia untuk maritime patrol aircraft (MPA). Pendekatan pun sudah dilakuakn cukup itens dengan melibatkan peran Duta Besar Polandia di Indonesia saat itu, Tomasz Lukaszuk. Bahkan pemerintah Polandia turut menawarkan pinjaman (loan) dalam paket tersebut. Bahkan Polandia juga telah membicarakan produksi bersama dan ToT (Transfer of Technology) dengan PT Dirgantara Indonesia. Pembicaraan serius pun sudah melihatkan antar kedua Menteri Pertahanan.
Namun seiring berjalannya waktu, terjadi dinamika yang mengejutkan, bahwa akhirnya TNI AL membatalkan pesanan armada Skytruck dari Polandia. Yang jadi pangkal alasan adalah karena proses terlalu lama tertunda yang menyebabkan harganya semakin mahal, dan alasan kedua pesawat sejenis sudah bisa diproduksi di dalam negeri oleh PT DI. Memang kemudian sebagai gantinya TNI AL menggunakan pesawat intai maritim NC-212 200 Aviocar pada tahun 2007.
Kerjasama dengan Polandia sudah berjalan sejak pemerintahan Megawati Soekarnoputri. Pada waktu itu untuk pertama kali dilakukan pengadaan pesawat Skytruck senilai US$135 juta untuk kebutuhan Polri. Untuk pengadaan pesawat ini, juga dibahas soal persentase komponen dari Indonesia yang akan dilakukan oleh PT DI. PT DI akan mengerjakan 3 sampai 6% dari total nilai kontrak untuk membuat kandungan lokal pesawat tersebut.
PZL M28 Skytruck
Dengan kemampuan STOL (Short Take Off Landing), M28 Skytruck yang terbang perdana pada bulan Juli 1993 langsung memikat pasar. Citarasa yang ditampilkan Skytruck memang unik, dari segi rancangan pesawat ini mengusung desain dari Antonov (Rusia), pasalnya rancang bangunnya mengambil basis dari Antonov An-28 yang kemudian disempurnakan. Meski berbau teknologi Eropa Timur, namun mesin Skytruck justru memakai teknologi Barat, yakni menggunakan Pratt and Whitney PT6A-65B Turboprops.
Sebagai pesawat angkut ringan, Skytruck dapat membawa 19 pasukan bersenjata lengkap. Skytruk juga mendukung operasi linud (lintas udara), pasalnya di bagian belakang terdapat ramp door untuk terjun pasukan payung. Skytruk juga dapat disulap sebagai pesawat angkut cargo, yakni dengan adanya pintu samping kanan belakang yang dapat dibuka lebar. Beban (payload) yang dapat dibawa mencapai 2,3 ton.
Dengan kemampuan terbang selama 6 jam 12 menit, plus jarak jelajah hingga 1.500 km, Skytruck dipandang ideal untuk misi intai maritim taktis. Dan PZL menawarkan beberapa varian intai maritim, mulai dari M28B Bryza 1R yang dilengkapi Search and Surveillance Radar ASR-400 dan datalink Link-11. ASR-400 merupakan radar intai dengan sudut pantau 360 derajat ditempatkan dibawah perut pesawat. Kemudian ada M28B Bryza 1RM bis, ini merupakan varian intai maritim dengan kemampuan deteksi anti kapal selam. Varian ini terbilang canggih dengan bekal Search and Surveillance Radar ARS-800-2 360 derajat, ejection of single-use hydro-acoustic sonobuoys, thermal imaging system FLIR (Forward Looking Infra Red), magnetic anomaly detector, dan Link-11 datalink.
Selain itu, PZL juga menawarkan Skytruk untuk misi SAR penjaga pantai, M28 05 Skytruck, varian ini dilengkapi Search and Surveillance Radar ARS-400M and FLIR system. Varian ini hanya diproduksi 1 unit untuk Penjaga Pantai Polandia.
Digunakan Satpol Airud
Bila TNI AL batal memiliki Skytruck, maka Polri tercatat mengoperasikan 4 unit Skytruck versi transport. Dari empat unit yang dioperasikan, kini tinggal tersisa dua unit, dua lainnya telah jatuh karena kecelakaan di Papua.
Oleh pihak PZL, kecelakaan disebut karena kesalahan manusia. “Padahal mesinnya bagus, tak ada masalah, sekali lagi itu hanya human error,” ujar Janusz Zakrecki, President/Direktur Umum PZL, dikutip dari nasional.tempo.co (5/9/2013). Janusz meyakini bahwa salah satu penyebab kecelakaan itu karena pihak Polri sebagai pemesan tak mau pesawat angkut ringan ini dilengkapi Ticas, radar pendeteksi cuaca. “Mereka menyatakan tak butuh kelengkapan itu, padahal sangat diperlukan. Sejak bencana itu, kini kami wajibkan setiap penjualan Skytruck harus dilengkapi Ticas dan sistem deteksi canggih lainnya,” kata Janusz.
Jenis pesawat multi-misi ini cocok untuk kondisi alam Indonesia yang sering dilanda bencana alam, tsunami misalnya. “Landasannya tak perlu keras, mobilitasnya diperlukan untuk penyaluran bantuan kemanusiaan yang perlu gerak cepat,” katanya. M28 Skytruck dijual seharga US$ 6 juta hingga US$ 7 juta per unit bergantung pada spesifikasinya. Saham PZL Mielec kini sepenuhnya dimiliki Sikorsky, perusahaan heli terkemuka di Amerika Serikat.
Selain beroperasi di Indonesia dan Polandia, M28 Skytruck juga digunakan di Guyana, Yordania, Nepal, Suriname, Amerika Serikat, Venezuela, dan Vietnam. Sebagian besar Skytruck yang beroperasi digunakan untuk kebutuhan militer. AS misalnya, mempercayakan Skytruck sebagai salah satu pesawat pendukung US SOCOM (Special Operations Command). (Bayu Pamungkas)
Spesifikasi PZL M28 Skytruck :
- Crew: 2
- Capacity: 19 passengers
- Payload: 2.300 kg
- Length: 13,10 meter
- Wingspan: 22.06 meter
- Height: 4.90 meter
- Empty weight: 4.100 kg
- Max. takeoff weight: 7.500 kg
- Powerplant: 2 × Pratt & Whitney Canada PT6A-65B turboprops, 820 kW (1,100 shp) each
- Maximum speed: 355 km/h
- Cruise speed: 270 km/h at 3,000 meter
- Stall speed: 123 km/h
- Range: 1.500 km
- Endurance: 6 hr 12 min
- Service ceiling: 7.620 m
- Rate of climb: 11 meter per detik
- Capacity: 19 passengers
- Payload: 2.300 kg
- Length: 13,10 meter
- Wingspan: 22.06 meter
- Height: 4.90 meter
- Empty weight: 4.100 kg
- Max. takeoff weight: 7.500 kg
- Powerplant: 2 × Pratt & Whitney Canada PT6A-65B turboprops, 820 kW (1,100 shp) each
- Maximum speed: 355 km/h
- Cruise speed: 270 km/h at 3,000 meter
- Stall speed: 123 km/h
- Range: 1.500 km
- Endurance: 6 hr 12 min
- Service ceiling: 7.620 m
- Rate of climb: 11 meter per detik
Sumber : TSM