Pembajakan Pesawat Garuda Indonesia DC-9 Woyla |
Kemarin 35 tahun silam, terjadi pembajakan di atas pesawat DC-9 Woyla milik Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA-206 yang diterbangkan pilot Kapten Herman Rante.
Pesawat ini sedang dalam perjalanan dari Jakarta menuju Medan, Sumatera Utara, namun transit di Palembang, Sumatera Selatan.
Mengutip situs Special-ops, dalam penerbangan, pesawat milik pemerintah tersebut dibajak lima orang teroris yang berasal dari kelompok Komando Jihad.
Mereka bertanggung jawab atas serangan di kantor polisi, pangkalan militer, dan berbagai sabotase di Indonesia sepanjang 1977-1981.
Kelompok teroris ini memerintahkan pilot untuk menerbangkan pesawat ke Kolombo, Sri Lanka. Namun, pilot mengatakan bahwa bahan bakar tidak cukup, dan pesawat ini pada akhirnya diterbangkan ke Penang, Malaysia.
Setelah mengisi bahan bakar, kemudian pesawat diterbangkan kembali menuju Bandara Don Muang, Bangkok, Thailand.
Mereka mengancam Pemerintah Indonesia untuk membebaskan sejumlah tahanan dari Peristiwa Cicendo 11 Maret 1981, Teror Warman serta kasus Komando Jihad, dan meminta tuntutan tambahan berupa uang sebesar US$1,5 juta.
Tak hanya itu. Kelompok ini juga meminta pesawat untuk pembebasan tahanan, untuk diterbangkan ke suatu tempat yang dirahasiakan. Para teroris yang seluruhnya bersenjata api itu juga mengancam jika tuntutan tidak dipenuhi akan meledakkan Woyla dan seluruh penumpangnya.
Mereka telah menanam bom di pesawat. Kendati demikian, keinginan tersebut tidak ditanggapi oleh ABRI (saat itu) dan Pemerintah Indonesia.
Aksi Cepat Kopassandha (Kopassus)
Pemerintah Thailand sebelumnya tidak setuju terhadap pilihan Indonesia menggunakan kekuatan militer. Mereka lebih menyarankan cara negosiasi, yang menjadi cara mereka membebaskan Kedutaan Besar Israel di Bangkok oleh teroris pada 1972.
Melalui berbagai upaya diplomasi dengan pembajak dan Pemerintah Thailand, Wakil Kepala Bakin sekaligus Kepala Pusat Intelijen Strategis Letjen LB. Moerdani berhasil mengulur waktu dan mendapat izin dari Pemerintah Thailand untuk mengirimkan Kopassandha TNI AD (Korp Pasukan Sandhi Yudha, kini bernama Kopassus).
Alasan dari pemberian izin ini mengingat pemilik pesawat tersebut adalah Pemerintah Indonesia, dan semua teroris adalah warga negara Indonesia dari kelompok ekstremis.
Tepat pukul 02.30, pada 31 Maret, 30 Prajurit Kopassandha di bawah Komandan Letnan Kolonel Infanteri Sintong Panjaitan mendekati Woyla secara diam-diam.
Tim pun dibagi tiga, hijau, biru dan merah. Lalu, pukul 02.43, seluruh tim Sintong Panjaitan bergerak menunggu di landasan pacu untuk mencegah kemungkinan teroris tersebut melarikan diri.
Seketika, pintu pesawat Woyla didobrak 30 prajurit Kopassandha dan dapat melumpuhkan tiga pembajak dan dua luka parah. Sementara para penumpang semuanya berhasil diselamatkan tanpa ada satu pun yang terluka.
Pukul 02.45, paramedis bergegas ke pesawat untuk menyelamatkan Kapten Herman Rante serta seorang anggota Kopassandha yang ditembak teroris saat penggerebekan.
Sepulangnya ke Indonesia, Sintong beserta semua personel Kopassandha dianugerahi Bintang Sakti oleh Presiden Soeharto.
Sumber : http://dunia.news.viva.co.id/news/read/752789-28-03-1981-pembajakan-garuda-indonesia-dc-9-woyla