Xanana Serukan Rakyat Timor Leste Bersatu Melawan Australia - Radar Militer

24 Maret 2016

Xanana Serukan Rakyat Timor Leste Bersatu Melawan Australia

Perdana Menteri Timor Timur, Xanana Gusmao
 Perdana Menteri Timor Timur, Xanana Gusmao

Lebih dari 10 ribu warga Timor Leste mengepung Kedutaan Besar Australia di Dili untuk memprotes penolakan Australia bernegosiasi dengan Timor Timur mengenai perbatasan Laut Timor yang kaya minyak dan gas.
Seperti dilansir Sidney Morning Herald, aksi warga Timor Timur itu dilakukan setelah mantan Presiden dan Perdana Menteri Timor Timur, Xanana Gusmao, menyeru rakyatnya melakukan aksi protes. Unjuk rasa yang berlangsung pada 22-23 Maret 2016 itu merupakan yang terbesar sejak negara tersebut melepaskan diri dari Indonesia pada 1999.
Pada malam sebelum aksi, Xanana mengatakan Timor harus "berdiri teguh dan mengangkat satu suara" untuk menuntut Canberra melakukan negosiasi dengan Timor Leste.
Timor Leste mengklaim telah kehilangan sekitar US$ 5 miliar (Rp 66 triliun) royalti dan penerimaan pajak di Laut Timor sejak kemerdekaan. Padahal angka tersebut cukup untuk membiayai semua anggaran negara selama tiga tahun.
Negara yang terbilang masih muda tersebut menegaskan bahwa mereka akan sejahtera dari royalti dan pajak eksploitasi Laut Timor jika norma-norma Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) dipatuhi Australia. Jika merujuk pada UNCLOS, Laut Timor, yang memiliki cadangan minyak dan gas, akan terletak dalam wilayah mereka.
Hampir semua elemen masyarakat Timor Leste turun ke jalan untuk melakukan aksi protes, termasuk mahasiswa dan veteran perjuangan panjang Timor Leste untuk kemerdekaan, bahkan pegawai negeri sipil juga bergabung.
Para pengunjuk rasa berteriak "lepaskan minyak Timor" dan "negosiasi sekarang" serta menuntut kasus ini dibawa kembali ke pengadilan.
"Sebagai negara besar dan kuat di wilayah tersebut, Australia tidak harus menggunakan kekuatannya untuk terus mencuri masa depan kami dari Laut Timor," kata Juvinal Dias, penyelenggara protes dari Gerakan Melawan Pendudukan Laut Timor.
"Australia harus datang ke meja dengan itikad baik untuk bernegosiasi dengan Timor Leste (Timor Timur)."
Banyak mantan aktivis Timor Leste dari Australia akan ikut unjuk rasa, yang direncanakan digelar pekan ini di Melbourne, Sydney, Adelaide, Jakarta, Manila, dan Kuala Lumpur, untuk menandai peringatan Australia menarik pengakuannya atas batas maritim sesuai dengan hukum internasional.
Perdana Menteri Timor Leste Rui Araujo menulis kepada Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull awal tahun ini guna meminta mereka membicarakan batas laut permanen di Laut Timor.
Turnbull menanggapinya dengan menawarkan pembicaraan bilateral, tapi menolak permintaan mengadakan diskusi khusus tentang isu batas maritim.
Dili Bergolak, Tuding Australia Bohongi Rakyat Timor Leste dengan Mengekspansi Laut Timor
Ribuan massa di Dilli, Timor Leste, turun ke jalan melakukan unjuk rasa menuntut perundingan ulang antara Timor Leste dan Australia terkait dengan batas Laut Timor dan pengelolaan bersama sumber daya alam di laut tersebut. Unjuk rasa berlangsung pada 22-23 Maret 2016.
Pengunjuk rasa terdiri atas para pegawai pemerintah, siswa sekolah menengah atas, hingga aktivis lembaga swadaya masyarakat. Unjuk rasa tersebut mengakibatkan kegiatan pelayanan publik lumpuh total.
Unjuk rasa digelar di depan kantor Kedutaan Besar Australia di Dilli. Massa menuntut agar dilakukan perundingan ulang terkait dengan pengelolaan dan batas laut dengan Australia yang dinilai sangat merugikan Timor Leste.
“Gerakan massa ini kami lakukan sebagai bagian untuk mendukung upaya diplomasi yang saat ini tengah dilakukan pemerintah Timor Leste yang diwakili Xanana Gusmão," ujar Pelaksana Harian Associacao Dos Combatentes Da Brigada Negra (ACBN), Nuno Corvelo Lolaran, melalui siaran pers yang diterima Tempo, Rabu, 23 Maret 2016.
Xanana, menurut dia, sedang berkunjung ke Afganistan untuk mengikuti Konferensi Negara-Negara Miskin. Garis batas wilayah kelautan Australia di Laut Timor dinilai pendemo terlalu masuk ke area kelautan Timor Leste atau tidak sesuai dengan hukum internasional. Artinya, Australia telah mengekspansi atau mengokupasi wilayah laut Timor Leste.
Perjanjian Laut Timor antara Timor Leste dan Australia ditandatangani pada 20 Mei 2002 (hari restorasi kemerdekaan Timor Leste) yang intinya menyepakati eksplorasi minyak bumi secara bersama di Laut Timor oleh kedua negara.
Wakil penandatangan saat itu adalah John Howard (Australia) dan Mari Alkatiri (Timor Leste). Perjanjian ini mulai diberlakukan pada 2 April 2003, setelah adanya pertukaran nota diplomatik, terhitung sejak 20 Mei 2002.
Perjanjian Laut Timor memiliki masa berlaku selama 30 tahun sejak tanggal penandatanganan dengan ketentuan perbatasan dasar laut kedua negara memiliki ketetapan yang jelas. Namun, dalam Perjanjian Maritim Laut Timor pada 2007, masa berlaku perjanjian ini diperpanjang hingga 2057.
Perjanjian ini sendiri belum terkait dengan adanya perjanjian teritorial wilayah kelautan kedua negara. Perjanjian ini disahkan untuk menggantikan Perjanjian Celah Timor yang ditandatangani Australia dan Indonesia pada 11 Desember 1989. Perjanjian tersebut tidak lagi berlaku setelah Timor Leste merdeka dari Indonesia.
Meskipun sedikit berbeda, Perjanjian Laut Timor meletakkan Timor Leste pada posisi yang sama dengan Indonesia dalam Perjanjian Celah Timor.

Sumber : https://dunia.tempo.co/read/news/2016/03/23/118756265/xanana-serukan-rakyat-timor-leste-bersatu-melawan-australia

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)