Pembakaran Bendera Bintang Kejora |
Aksi kali ini terjadi di Kota Wamena tepatnya di halaman Kantor Bupati Jayawijaya Papua, Jumat 27 Mei 2016. Pembakaran bendera didahului dengan aksi long march dan unjuk rasa dikoordinir Barisan Merah Putih Pegunungan Tengah Papua.
Koordinator aksi, Salmon Walilo dalam orasinya di depan kantor Bupati Jayawijaya mengatakan, tidak ada referendum bagi Papua, karena Papua adalah bagian dari Indonesia yang tak terpisahakan.
"Rakyat Papua tak butuh referendum, karena rakyat sudah merdeka dalam Indonesia," tegasnya.
Sementara warga lain yakni Alex Logo dalam orasinya mengatakan, .peristiwa kerusuhan yang kerap terjadi di Papua, lebih banyak akibat ulah KNPB, sehingga hari ini saya sebagai orang adat menolak keberadaan KNPB yang ada di Papua khususnya di Jayawijaya dan wilayah pegunungan tengah Papua.
“Saya tolak KNPB, mereka organisasi tak jelas yang hanya menciptakan keresahaan di Papua,” ujarnya.
Bahkan, lanjutnya, ia bersama Barisan Merah Putih serta semua warga Papua, akan terus mengawasi aktivitas KNPB khususnya di wilayah Pegunungan.
“Kami akan monitor setiap kegiatan mereka, kalau perlu kami akan tindak tegas mereka,” imbuh dia.
Setelah itu, massa kemudian melakukan aksi pembakaran terhadap bendera bintang kejora dan KNPB. Namun tidak berapa lama kemudian aksi itu di bubarkan Polisi.
Kapolres Jayawijaya AKBP Yan Pieter Reba mengatakan, aksi yang dilakukan BMP merupakan aksi yang tidak memiliki surat ijin dari pihak kepolisian Polres Jayawijaya, sehingga dibubarkan.
“Mungkin aksi mereka spontan saja, namun polisi kan kerja secara aturan, karena tidak ada izin maka dibubarkan,” paparnya.
Warga Papua Kembali Bakar Bendera Bintang Kejora
Puluhan warga Papua, kembali melakukan aksi pembakaran terhadap Bendera Bintang Kejora (simbol Papua Merdeka) di Kota Jayapura, Rabu 25 Mei. Pembakaran juga dilakukan terhadap Bendera Komite Nasional Papua Barat, yang selama ini dikenal berafiliansi ke Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Pembakaran bendera Bintang Kejora dilakukan, sebagai penolakan terhadap segala bentuk pemberontakan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Kami menolak segala bentuk perlawanan kepada NKRI, dengan berkedok atas nama demokrasi. Sebab, Papua sudah final menjadi bagian yang tak terpisahkan dari NKRI (Negara Kesatuan republik Indonesia)," ujar Ketua Persatuan Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia (PPKRI) Stevanus Sebo Wetipo.
Ia melanjutkan, pemberontakan bukan lagi menjadi keinginan masyarakat Papua. Yang rakyat Papua butuhkan saat ini, adalah sentuhan pembangunan dan pemerintah pusat sudah mengimplementasikannya dengan menerapkan UU Otonomi Khusus (Otsus).
"Jadi, saat ini waktunya membangun, agar Papua keluar dari ketertinggalan," paparnya.
Hal senada juga dikatakan Ketua Barisan Merah Putih yang juga tokoh integrasi Papua ke Indonesia Ramses Ohee. Bahwa pemberontakan OPM, KNPB, maupun organisasi lain yang ilegal, bukan atas nama rakyat Indonesia.
"Kami rakyat Indonesia hanya ingin membangun, keberadaan Papua bagian dari Indonesia sudah jelas dan tak bisa ditawar-tawar lagi,"tegasnya.
Ramses meminta pihak internasional jangan mengintervensi Indonesia dengan menjadikan Papua sebagai komoditas politik.
"Kami menolak dengan tegas segala bentuk Intervensi Internasional yang menjadikan isu Papua sebagai komoditi politik untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke," paparnya.
Sementara itu, salah satu tokoh adat Papua, Alex Silos Nagoba mengatakan, menolak dengan tegas segala bentuk paham radikalisme, terorisme, dan Separatisme yang di bangun oleh kelompok - kelompok kepentingan tertentu. Yang bertujuan memecah belah persatuan dan kesatuan Negara Indonesia di Seluruh Tanah Papua khususnya, serta seluruh Indonesia pada umumnya.
"Jangan membangun opini publik dalam menyebarkan berbagai paham radikalisme, terorisme, dan separatisme di Tanah Papua, yang berdampak pada disintegrasi persatuan kesatuan kedaulatan bangsa indonesia," tambahnya.
Ia juga meminta pemerintah pusat segera mengambil langkah-langkah diplomasi internasional. Ini, untuk menghambat Upaya internasionalisasi isu Papua di forum-forum internasional.
"Terutama, pada negara - negara yang memiliki potensi strategis dan penting dalam menangani isu Papua, baik di kawasan pasifik maupun internasional," harapnya.
Tokoh perempuan Papua Waya Ayomi menegaskan, menolak organisasi yang menantang pemerintah NKRI Papua, yaitu Komunis, ISIS, PKI, dan KNPB.
"Jangan mengatasnamakan rakyat Papua, padahal mereka tak dikenal berjuang untuk apa dan siapa," singkatnya.
Setelah membacakan pernyataan sikap, warga Papua itu kemudian membakar bendera bintang kejora dan KNPB. Setelah, itu mereka menyanyikan lagu Bagimu Negeri.
Sumber : http://nasional.news.viva.co.id/news/read/777938-pembakaran-bendera-bintang-kejora-semakin-marak