Jokowi ke Natuna, Gelar Ratas di Kapal Perang KRI Imam Bonjol-383 - Radar Militer

24 Juni 2016

Jokowi ke Natuna, Gelar Ratas di Kapal Perang KRI Imam Bonjol-383

Kapal Perang KRI Imam Bonjol-383
Kapal Perang KRI Imam Bonjol-383

Presiden Joko Widodo dijadwalkan terbang ke perairan Natuna, Kamis (23/6/2016) pagi. Berdasarkan agenda resmi Istana, Presiden terbang ke perairan yang kerap dijadikan arena penjarahan ikan oleh kapal asing itu sekitar pukul 08.00 WIB.
Jokowi bertolak dari Lanud Halim Perdanakusuma dengan menggunakan pesawat kepresidenan.
Dia didampingi Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti dan tiga kepala staf TNI.
Pada pukul 11.00 WIB, Jokowi diagendakan menggelar rapat terbatas. Bukan di dalam ruang rapat atau kantor, rapat terbatas itu digelar di Kapal Perang Indonesia (KRI) Imam Bonjol-383.
KRI Imam Bonjol merupakan kapal perang yang pekan lalu menembak kapal nelayan China di perairan Natuna, wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia.
Peristiwa itu bukan yang pertama kalinya terjadi. Sebelumnya, yakni Maret dan akhir Mei 2016 terjadi peristiwa serupa.
Pesan kunjungan Jokowi
Sebelumnya, Sekretaris Kabinet Pramono Anung menegaskan, ada pesan kuat yang disampaikan dalam kunjungan Presiden ke Natuna sekaligus menggelar rapat di kapal perang.
"Natuna adalah wilayah NKRI. Itu sudah final. Maka dengan itu, sebagai seorang kepala pemerintahan dan negara, Pak Jokowi ingin memastikan Natuna bagian dari kedaulatan NKRI," ujar Pramono.
Hikmahanto : Jangan Sampai SDA Indonesia di Natuna Diklaim China
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana menilai, langkah Presiden Joko Widodo meninjau langsung wilayah Natuna, pascapelanggaran kapal nelayan China atas hak kedaulatan Indonesia di sana, merupakan langkah tepat.
Menurut Hikmahanto, persoalan yang terjadi di Natuna, Kepulauan Riau, bukan hanya sekadar persoalan pertahanan negara semata. Namun, juga soal kedaulatan Indonesia atas sumber daya alam yang ada di dalamnya.
"Kita harus bicara sumber daya alam di sana, bukan lagi bicara itu wilayah Indonesia atau bukan. Karena Natuna itu memang hak berdaulat kita, Indonesia," ujar Hikmahanto saat dihubungi Kompas.com, Kamis (23/6/2016).
Oleh sebab itu, ia mengapresiasi pernyataan pihak Istana bahwa kunjungan Jokowi ke Natuna tersebut adalah untuk mengembangkan potensi-potensi ekonomi. Hikmahanto menilai, pendekatan itu sangat tepat.
"Jangan sampai sumber daya alam yang bermakna bagi kita adalah ekonomi, diklaim juga oleh China," ujar Hikmahanto.
Ia sekaligus menegaskan bahwa tidak ada sengketa wilayah antara Indonesia dengan China di Natuna. Sebab, China mengakui bahwa perairan yang sering diterobos nelayannya adalah 'traditional fishing ground'.
Padahal, istilah itu tidak diakui dalam UNCLOS atau hukum laut internasional.
Presiden Jokowi terbang ke Natuna, Kamis pagi. Jokowi dijadwalkan menggelar rapat terbatas di KRI Imam Bonjol-383 yang berlayar di perairan Natuna, Kepulauan Riau.
"Presiden menggelar rapat terbatas di sana karena ingin melihat secara langsung kondisinya. Sehingga, rencana pengembangan akan lebih terarah, jelas dan sesuai kondisi yang diharapkan," ujar Tim Komunikasi Presiden Ari Dwipayana dalam siaran persnya.
Sektor kelautan, perikanan dan wisata bahari adalah sektor yang menjadi sasaran pengembangan.
"Pengembangan di sektor-sektor itu diharapkan mampu memberikan manfaat nyata bagi kesejahteraan rakyat http://radarmiliter.blogspot.co.idhttp://radarmiliter.blogspot.co.id, khususnya di Kabupaten Natuna, Provinsi Riau," lanjut dia.
Kunjungan kerja ini tak lama setelah peristiwa pencurian ikan oleh kapal berbendera China di kawasan Natuna.
Sekretaris Kabinet Pramono Anung sebelumnya mengatakan, kunjungan Presiden membawa pesan bahwa perairan Natuna adalah wilayah Indonesia dan tak bisa diganggu gugat oleh negara manapun, termasuk China.
TNI AL menangkap kapal berbendera China, Han Tan Cou 19038, beserta tujuh awak kapal. Kapal itu salah satu dari 12 kapal yang mencuri ikan di kawasan Natuna.
Dalam penangkapan kapal tersebut, Kapal Coast Guard China sempat meminta Han Tan Cou dilepaskan. Namun, permintaan itu tidak digubris.
Dalam protes yang dimuat kantor berita Prancis AFP, jubir Kemlu China mengatakan, perairan Natuna termasuk wilayah penangkapan ikan tradisional mereka sehingga penangkapan tersebut melanggar hak.
Sementara itu, seperti dikutip dari Kantor Berita Xinhua, China menyebut status Natuna masih belum jelas karena diklaim oleh China dan Indonesia.
Sumber : http://nasional.kompas.com/read/2016/06/23/07251731/jokowi.ke.natuna.gelar.ratas.di.kapal.perang.imam.bonjol

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb