Frigat Iver Huitfeldt Class |
Rencananya, mulai tahun depan TNI AL secara bertahap akan memensiunkan frigat Van Speijk, hingga akhirnya kesemua unit frigat asal Belanda ini akan masuk masa purna tugas di tahun 2024. Berkurangnya kapal perang dari Satuan Kapal Eskorta (Satkor) sudah diantisipasi dengan pengadaan jenis kapal baru, salah satunya dengan hadirnya frigat Martadinata Class (SIGMA Class 10514). Namun dari segi kuantitas, TNI AL masih perlu menambah unit frigat baru, mengingat jumlah Van Speijk yang akan pensiun mencapai enam unit.
Melihat ‘peluang’ kebutuhan frigat untuk memperkuat TNI AL, tentu menjadi angin segar bagi manufaktur atau galangan kapal untuk menawarkan model kapal perang yang pas untuk postur TNI AL. Meski faktanya belum ada sinyal yang jelas untuk pengadaan frigat baru selain SIGMA Class 10514, pemerintah Denmark mulai menjajakan frigat Iver Huitfeldt Class. Frigat inilah yang pada 7 Maret 2016 lalu sempat dikunjungi Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu di fasilitas pangkalan AL Denmark. Menhan saat itu melihat frigat Peter Willemoes, kapal kedua dari tiga unit Iver Huitfeldt Class yang telah beroperasi.
Banyak yang menarik dilirik dari sosok Iver Huitfeldt Class yang tergolong frigat ‘kelas berat,’ pertama dari bobot tonasenya yang mencapai 6.645 ton. Bila frigat ini akhirnya dimiliki TNI AL, maka akan jadi yang terbesar, bahkan frigat tercanggih di Asia Tenggara, Formidable Class milik Singapura pun ‘hanya’ 3.200 ton. Tonase yang besar pada Iver Huitfeldt Class tentu bukan pepesan kosong, bekal senjata, sensor dan radar yang melengkapi frigat ini pun juga sangat mematikan. Bahkan bila disandingkan dengan Formidable Class Singapura, maka frigat kebanggaan Singapura itu akan kalah spesifikasi.
Frigat Iver Huitfeldt Class dibangun oleh Odense Steel Shipyard pada tahun 2008. Denmark membangun tiga kapal di kelas ini, yaitu Iver Huitfeldt (F 361), Peter Willemoes (F362), dan Niels Juel (F363). Dari sehi rancangan, Iver Huitfeldt Class dibangun berdasar desain kapal kelas Absalon, yang dibangun pada 2004.
Seperti halnya korvet Diponegoro Class dan PKR Martadinata Class, lambungIver Huitfeldt Class dirancang untuk mengurangi tangkapan sinyal radar, radiasi inframerah, suara bawah air, dan endusan magnetik, sehingga kapal ini lebih sulit dideteksi musuh.
Untuk urusan radar juga juga super, Iver Huitfeldt Class menggunakan radar SMART-L (Signaal Multibeam Acquisition Radar for Tracking) yang berjalan di frekuensi L band, radar surveillance ini memiliki jangkauan deteksi sejauh maksimum 400 Km. Kekuatan intai juga masih ditambah radar APAR (Active Phased Array) yang berjalan di frekuensi I band dan radar SCANTER 6000. Semengtara untuk mendeteksi lawan di bawah air, ada sonar ATLAS ASO 94 hull mounted untuk mendektsi keberadaan kapal selam. Menghadapi peperangan elektronik, Iver Huitfeldt Class menggunakan radar pengedali tembakan jenis Saab CEROS 200. Guna meladeni peperangan elektronik juga telah diantisipasi dengan keberadaan ES-3701 Tactical Radar Electronic Support Measures.
Untuk bekal senjata, frigat Iver Huitfeldt Class dipersenjatai dengan meriam reaksi cepat Oto Melara 76mm Super Rapid, 32 sel peluncur rudal vertikal (VLS) Mk 41 untuk rudal permukaan ke udara SM-2 IIIA, 24 sel VLS Mk 56 untuk rudal permukan ke udara RIM-162 ESSM (Evolved SeaSparrow Missile), 2 peluncur empat tabung untuk rudal anti kapal Harpoon, satu unit Oerlikon Millennium 35 mm sebagai CIWS, dan dua peluncur torpedo MU90.
Secara umum, Iver Huitfeldt Class memiliki panjang 138,7 meter, lebar 19,75 meter, dan draft 5,3 m. Frigat ini disokong empat mesin diesel MTU 8000 20V M70 yang masing-masing berkekuatan 8,2 MW, sehinga dapat melaju hingga kecepatan 30 knots atau 56 km/jam. Kapal ini dapat menjelajah hingga 9.000 mil laut atau sekitar 17.000 km pada kecepatan 18 knots atau 33 km per jam.
Untuk mendukung misi udara, frigat ini juga dilengkapi dengan dek dan hanggar helikopter ukuran medium, seperti helikopter AW101 atau helikopter dengan berat 20 ton. Sebagai perbandingan dek dan hanggar pada Martadinata Class dirancang untuk helikopter berbobot maksimum 10 ton. Radar Terma SCANTER 6000 disini berperan sebagai guidance radar bagi helikopter di lautan.
Tampilan bagian dalam hanggar, untuk masuk ke hanggar, bilah helikopter harus dilipat.
Tampilan bagian dalam hanggar, untuk masuk ke hanggar, bilah helikopter harus dilipat.
Harus diakui Iver Huitfeldt Class adalah frigat yang sangat perkasa, jika Indonesia suatu saat memiliki jenis kapal perang ini, maka diyakini TNI AL akan menjadi kekuatan laut termodern di Asia Tenggara, dengan menggeser posisi Singapura. Namun, ibarat pepatah, ‘ada harga ada rupa,’ harga frigat ini pun lumayan berat, dikutip dari Wikipedia.org, satu unit kapal ini ditaksir mencapai US$325 juta.
Meski nama Denmark masih asing dalam jagad alutsista nasional, khususnya untuk angkatan laut. Tapi beberapa alutsista modern, seperti radar telah dipasok oleh beberapa perusahaan asal negara Skandinavia ini. Diantara alutsista asal Denmark seperti radar Terma SCANTER 4100 di KRI Fatahillah-361 dan radar Weibel untuk Kohanudnas (Komando Pertahanan Udara Nasional). (Raden Joko)
Sumber : TSM/IM