![]() |
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu |
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menilai Indonesia belum perlu mengirim pasukan TNI ke Filipina, untuk membebaskan 10 warga negara Indonesia yang disandera kelompok Abu Sayyaf.
Sebab, saat ini sudah ada 11.000 tentara Filipina yang mengepung lokasi penyanderaan di Pulau Sulu.
"Sekarang sudah10.000 lebih pasukan, mungkin 11.000," ujar Ryamizard di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (5/8/2016) malam.
"Kita mungkin akan mengimbangi saja. Kalau banyak-banyak pasukan kan enggak efektif," kata dia.
Menhan percaya, cepat atau lambat pemerintah dan tentara Filipina bisa membebaskan Sandera. Pembebasan memang harus dilakukan hati-hati sehingga tak ada sandera yang tewas.
"Kita menunggu ya. Ini kan sudah dikepung, sudah masif 11.000 pasukan, kita menunggu waktu yang tepat. Nanti langsung dipimpin Presiden Filipina," kata Ryamizard.
Tujuh WNI anak buah kapal tugboat Charles 001 sudah disandera sejak 20 Juni atau sebulan yang lalu. Sementara, tiga WNI anak buah kapal pukat tunda LD/114/5S milik Chia Tong Lim sejak 9 Juli.
Terakhir, empat korban yang disandera dikabarkan sedang dalam kondisi sakit keras.
Ryamizard: Bebaskan 10 WNI, Duterte Pimpin Serang Abu Sayyaf
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengklaim Filipina telah menyiapkan sepuluh ribu tentara untuk mengepung jaringan teroris Abu Sayyaf yang menahan sepuluh warga negara Indonesia di Sulu, Filipina. Hal itu, kata ia, adalah bagian dari kesepakatan trilateral yang dirumuskan di Bali beberapa hari lalu.
"Kita masih menunggu perkembangannya. Ini kan sudah dikepung, masif, sepuluh ribu tentara. Tunggu waktu yang tepat," ujar Ryamizard di kompleks Istana Kepresidenan, Jumat malam, 5 Agustus 2016.
Sepuluh WNI disandera jaringan teroris Abu Sayyaf sejak sekitar sebulan lalu. Sebanyak tujuh orang disandera saat berlayar di perairan Filipina dan yang lainnya di perairan Malaysia.
Merespons hal itu, Indonesia, Malaysia, dan Filipina meneken kesepakatan untuk melakukan pengamanan bersama. Kesepakatan diteken pada Mei lalu di Yogyakarta. Sedangkan standar operasinya dirumuskan di Bali akhir pekan ini. Isinya meliputi koridor penjagaan, patroli bersama, dan pertukaran informasi intelijen.
Ryamizard menuturkan pengepungan itu tidak akan dipimpin TNI. Sebaliknya, Presiden Filipina Rodrigo "The Punisher" Duterte yang akan memimpin pengepungan itu. Jadi, kata Ryamizard, ini membuat Indonesia tak perlu menurunkan tentara.
Menurut Ryamizard, jumlah pasukan Filipina sudah cukup untuk menggempur kelompok Abu Sayyaf. "Kita mungkin akan mengimbangi saja. Kalau banyak-banyak pasukan, kan enggak efektif, " ujarnya.
Sumber : http://nasional.kompas.com/read/2016/08/06/09100321/11.000.tentara.filipina.kepung.abu.sayyaf.menhan.anggap.tentara.ri.belum.diperlukan
Sebab, saat ini sudah ada 11.000 tentara Filipina yang mengepung lokasi penyanderaan di Pulau Sulu.
"Sekarang sudah10.000 lebih pasukan, mungkin 11.000," ujar Ryamizard di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (5/8/2016) malam.
"Kita mungkin akan mengimbangi saja. Kalau banyak-banyak pasukan kan enggak efektif," kata dia.
Menhan percaya, cepat atau lambat pemerintah dan tentara Filipina bisa membebaskan Sandera. Pembebasan memang harus dilakukan hati-hati sehingga tak ada sandera yang tewas.
"Kita menunggu ya. Ini kan sudah dikepung, sudah masif 11.000 pasukan, kita menunggu waktu yang tepat. Nanti langsung dipimpin Presiden Filipina," kata Ryamizard.
Tujuh WNI anak buah kapal tugboat Charles 001 sudah disandera sejak 20 Juni atau sebulan yang lalu. Sementara, tiga WNI anak buah kapal pukat tunda LD/114/5S milik Chia Tong Lim sejak 9 Juli.
Terakhir, empat korban yang disandera dikabarkan sedang dalam kondisi sakit keras.
Ryamizard: Bebaskan 10 WNI, Duterte Pimpin Serang Abu Sayyaf
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengklaim Filipina telah menyiapkan sepuluh ribu tentara untuk mengepung jaringan teroris Abu Sayyaf yang menahan sepuluh warga negara Indonesia di Sulu, Filipina. Hal itu, kata ia, adalah bagian dari kesepakatan trilateral yang dirumuskan di Bali beberapa hari lalu.
"Kita masih menunggu perkembangannya. Ini kan sudah dikepung, masif, sepuluh ribu tentara. Tunggu waktu yang tepat," ujar Ryamizard di kompleks Istana Kepresidenan, Jumat malam, 5 Agustus 2016.
Sepuluh WNI disandera jaringan teroris Abu Sayyaf sejak sekitar sebulan lalu. Sebanyak tujuh orang disandera saat berlayar di perairan Filipina dan yang lainnya di perairan Malaysia.
Merespons hal itu, Indonesia, Malaysia, dan Filipina meneken kesepakatan untuk melakukan pengamanan bersama. Kesepakatan diteken pada Mei lalu di Yogyakarta. Sedangkan standar operasinya dirumuskan di Bali akhir pekan ini. Isinya meliputi koridor penjagaan, patroli bersama, dan pertukaran informasi intelijen.
Ryamizard menuturkan pengepungan itu tidak akan dipimpin TNI. Sebaliknya, Presiden Filipina Rodrigo "The Punisher" Duterte yang akan memimpin pengepungan itu. Jadi, kata Ryamizard, ini membuat Indonesia tak perlu menurunkan tentara.
Menurut Ryamizard, jumlah pasukan Filipina sudah cukup untuk menggempur kelompok Abu Sayyaf. "Kita mungkin akan mengimbangi saja. Kalau banyak-banyak pasukan, kan enggak efektif, " ujarnya.
Sumber : http://nasional.kompas.com/read/2016/08/06/09100321/11.000.tentara.filipina.kepung.abu.sayyaf.menhan.anggap.tentara.ri.belum.diperlukan