![]() |
Pesawat Canggih F-35 |
Angkatan Udara Amerika Serikat mengatakan varian terbaru dari pesawat tempur F-35 Joint Strike Fighter siap digunakan dalam perang. Varian terbaru bernama the F-35A Lightning itu telah mencapai tahapan IOC (Initial Operating Capability) atau kemampuan operasi awal, yang artinya tahap pengembangan sudah dilewati dan telah lulus uji kelayakan untuk dipakai dalam misi peperangan.
"Dengan bangga saya umumkan sistem persenjataan baru yang ampuh ini telah mencapai tahap initial combat capability," kata Jenderal Hawk Carlisle, Komandan Komando Peperangan Udara, Selasa (2/8) waktu setempat.
"F-35A akan menjadi pesawat paling dominan dalam armada kami karena bisa menuju ke tempat yang tidak bisa dijangkau pesawat kami sebelumnya, dan memiliki kemampuan yang dibutuhkan para komandan kami dalam pertempuran modern."
Carlisle memuji kinerja skuadron pesawat dimaksud dalam uji coba, termasuk kemampuannya untuk memberi dukungan udara jarak dekat, menghancurkan pertahanan udara pihak lawan, dan melakukan operasi menggunakan senjata dan sistem misi yang telah diprogram.
"Pernyataan initial operational capability menandai tonggak penting karena Angkatan Udara (Amerika) akan mengoperasikan armada F-35 terbesar di dunia dengan lebih dari 1.700 pesawat," kata pejabat eksekutif program pengembangan F-35, Let. Jend. Chris Bogdan.
"F-35 akan menjadi tulang punggung dalam superioritas perang udara selama puluhan tahun ke depan dan pesawat tempur ini bisa lebih dulu mendeteksi musuh-musuhnya dan mengambil tindakan yang menentukan."
Proyek US$ 400 Miliar
Tahapan baru ini menandai tonggak besar dalam proyek senilai US$ 400 miliar tersebut.
Pesawat F-35 yang bermesin tunggal disebut-sebut sebagai masa depan penerbangan militer, mematikan, lincah dan bisa dipakai oleh ketiga angkatan, ditambah dengan kemampuannya menghindari radar, kecepatan supersonik, dan teknologi sensor terdepan, menurut pembuatnya, Lockheed Martin.
Namun proyek Joint Strike Fighter ini juga mengundang kritikan tajam setelah beberapa kali terjadi cacat produk baik hardware maupun software yang mengakibatkan penundaan lebih dari tiga tahun dan membuat anggaran membengkak sekitar US$ 200 miliar dari estimasi awal.
"Setiap kemajuan yang bisa membantu pesawat-pesawat tempur kita mempertahankan dominasi udara adalah hal yang bagus, dan ini merupakan tonggak penting bagi Angkatan Udara dan bagi kemampuan tempur di udara kami," kata anggota DPR Tammy Duckworth mewakili Illinois.
"Namun proses pengembangan F-35 juga diwarnai penundaan dan pembengkakan anggaran, yang membuang miliaran dolar uang para pembayar pajak," ujar Duckworth, anggota Komite Angkatan Bersenjata di DPR.
Pada 2014, seluruh armada F-35 dikandangkan karena terjadi kebakaran mesin saat pengetesan, dan program ini juga mengalami masalah perangkat lunak berkepanjangan yang memperlambat misi uji coba dan mengakibatkan berbagai penundaan.
Pada April 2016, Dinas Akuntabilitas Pemerintah (GAO/Government Accountability Office) mencatat adanya risiko pada sistem informasi logistik otonom (Autonomic Logistics Information System) F-35, yang menjadi otak dari pesawat tempur generasi kelima itu. Menurut laporan tersebut, kegagalan dalam sistem ini bisa membuat seluruh armada pesawat kehilangan kontak karena tidak adanya sistem cadangan.
Diklaim Paling Superior Sedunia
Untuk merawat dan mengoperasikan program pesawat Joint Strike Fighter ini sepanjang usia pakainya, Pentagon atau Departemen Pertahanan AS harus mengivestasikan hampir US$ 1 triliun, menurut GAO.
Sertifikasi Angkatan Udara yang menyatakan F-35 siap tempur merupakan kemajuan paling signifikan dalam proyek mahal tersebut sejauh ini, setelah berbagai kontroversi yang terjadi.
"Dengan F-35A, Angkatan Udara sekarang memiliki pesawat tempur yang mengombinasikan kemampuan menghindari radar, kecepatan supersonik, kelincahan dalam pertempuran, dan dukungan logistik canggih dengan paket sensor terintegrasi yang paling lengkap dan paling ampuh dalam sejarah pembuatan pesawat tempur," kata Jeff Babione, general manager proyek F-35 Lockheed Martin.
"Pesawat ini akan memberi kemampuan berperang dan bertahan yang luar biasa bagi para personel udara, yang akan mereka pakai untuk mempertahankan Amerika dan sekutu-sekutu kita selama puluhan tahun ke depan," ujarnya seperti dikutip CNN.
Proyek ini bermula pada 2001 untuk menggantikan armada pesawat yang sudah uzur. F-35 yang berkursi tunggal dirancang dalam bentuk dan kemampuan sedikit berbeda dari pesawat-pesawat sebelumnya guna memenuhi kebutuhan masing-masing angkatan.
Siap Gempur ISIS
Korps Marinis mengumumkan skuadron pertama varian F-35B siap tempur pada Juli 2015 dengan tujuan agar masalah software bisa diselesaikan sebelum rencana pengoperasian pertama pada 2017.
Sementara itu Angkatan Udara harus menunggu satu tahun lebih lama untuk mendapatkan status "siap tempur", lebih karena jumlah pesawat yang mereka pesan.
Angkatan Udara berencana membeli 1.763 unit dari total 2.443 F-35 yang dipesan oleh Pentagon.
"Pesawat ini siap terbang sekarang juga," kata Let. Jend. Jon Davis, kepala penerbangan Korps Marinir, saat ditanya pekan lalu apakah F-35 mereka bisa dikerahkan untuk misi perang jika perlu.
Dia bahkan menambahkan pesawat ini bisa melakukan misi memerangi ISIS di Irak dan Suriah jika diminta.
"Kalau menurut kami memang perlu melakukan itu, maka kami akan melakukannya. Kami siap."
Pekan lalu, varian F-35 versi Angkatan Udara sukses menjalani uji coba tempur udara (air-to-air) dengan menembakkan rudal dari sayapnya untuk menghancurkan sebuah drone.
"Selalu dikatakan bahwa Anda belum memiliki pesawat tempur kalau belum benar-benar bisa menghantam target. Uji coba yang sukses ini menunjukkan kemampuan tempur F-35 yang akan dipakai oleh militer AS dan para sekutu kami," kata pilot uji Angkatan Udara Mayor Raven LeClair.
F-35 melakukan debutnya di pameran dirgantara Farnborough, Inggris, Juli 2016. Pesawat ini akan digunakan oleh Angkatan Udara, Angkatan Laut, dan Korps Marinir Amerika, dan juga dikirim ke 10 negara lain.
Angkatan Laut AS menurut jadwal akan menyatakan pesawat ini siap tempur pada 2018.
Sumber : http://www.beritasatu.com/dunia/377742-pesawat-canggih-f35-dinyatakan-siap-tempur.html
"Dengan bangga saya umumkan sistem persenjataan baru yang ampuh ini telah mencapai tahap initial combat capability," kata Jenderal Hawk Carlisle, Komandan Komando Peperangan Udara, Selasa (2/8) waktu setempat.
"F-35A akan menjadi pesawat paling dominan dalam armada kami karena bisa menuju ke tempat yang tidak bisa dijangkau pesawat kami sebelumnya, dan memiliki kemampuan yang dibutuhkan para komandan kami dalam pertempuran modern."
Carlisle memuji kinerja skuadron pesawat dimaksud dalam uji coba, termasuk kemampuannya untuk memberi dukungan udara jarak dekat, menghancurkan pertahanan udara pihak lawan, dan melakukan operasi menggunakan senjata dan sistem misi yang telah diprogram.
"Pernyataan initial operational capability menandai tonggak penting karena Angkatan Udara (Amerika) akan mengoperasikan armada F-35 terbesar di dunia dengan lebih dari 1.700 pesawat," kata pejabat eksekutif program pengembangan F-35, Let. Jend. Chris Bogdan.
"F-35 akan menjadi tulang punggung dalam superioritas perang udara selama puluhan tahun ke depan dan pesawat tempur ini bisa lebih dulu mendeteksi musuh-musuhnya dan mengambil tindakan yang menentukan."
Proyek US$ 400 Miliar
Tahapan baru ini menandai tonggak besar dalam proyek senilai US$ 400 miliar tersebut.
Pesawat F-35 yang bermesin tunggal disebut-sebut sebagai masa depan penerbangan militer, mematikan, lincah dan bisa dipakai oleh ketiga angkatan, ditambah dengan kemampuannya menghindari radar, kecepatan supersonik, dan teknologi sensor terdepan, menurut pembuatnya, Lockheed Martin.
Namun proyek Joint Strike Fighter ini juga mengundang kritikan tajam setelah beberapa kali terjadi cacat produk baik hardware maupun software yang mengakibatkan penundaan lebih dari tiga tahun dan membuat anggaran membengkak sekitar US$ 200 miliar dari estimasi awal.
"Setiap kemajuan yang bisa membantu pesawat-pesawat tempur kita mempertahankan dominasi udara adalah hal yang bagus, dan ini merupakan tonggak penting bagi Angkatan Udara dan bagi kemampuan tempur di udara kami," kata anggota DPR Tammy Duckworth mewakili Illinois.
"Namun proses pengembangan F-35 juga diwarnai penundaan dan pembengkakan anggaran, yang membuang miliaran dolar uang para pembayar pajak," ujar Duckworth, anggota Komite Angkatan Bersenjata di DPR.
Pada 2014, seluruh armada F-35 dikandangkan karena terjadi kebakaran mesin saat pengetesan, dan program ini juga mengalami masalah perangkat lunak berkepanjangan yang memperlambat misi uji coba dan mengakibatkan berbagai penundaan.
Pada April 2016, Dinas Akuntabilitas Pemerintah (GAO/Government Accountability Office) mencatat adanya risiko pada sistem informasi logistik otonom (Autonomic Logistics Information System) F-35, yang menjadi otak dari pesawat tempur generasi kelima itu. Menurut laporan tersebut, kegagalan dalam sistem ini bisa membuat seluruh armada pesawat kehilangan kontak karena tidak adanya sistem cadangan.
Diklaim Paling Superior Sedunia
Untuk merawat dan mengoperasikan program pesawat Joint Strike Fighter ini sepanjang usia pakainya, Pentagon atau Departemen Pertahanan AS harus mengivestasikan hampir US$ 1 triliun, menurut GAO.
Sertifikasi Angkatan Udara yang menyatakan F-35 siap tempur merupakan kemajuan paling signifikan dalam proyek mahal tersebut sejauh ini, setelah berbagai kontroversi yang terjadi.
"Dengan F-35A, Angkatan Udara sekarang memiliki pesawat tempur yang mengombinasikan kemampuan menghindari radar, kecepatan supersonik, kelincahan dalam pertempuran, dan dukungan logistik canggih dengan paket sensor terintegrasi yang paling lengkap dan paling ampuh dalam sejarah pembuatan pesawat tempur," kata Jeff Babione, general manager proyek F-35 Lockheed Martin.
"Pesawat ini akan memberi kemampuan berperang dan bertahan yang luar biasa bagi para personel udara, yang akan mereka pakai untuk mempertahankan Amerika dan sekutu-sekutu kita selama puluhan tahun ke depan," ujarnya seperti dikutip CNN.
Proyek ini bermula pada 2001 untuk menggantikan armada pesawat yang sudah uzur. F-35 yang berkursi tunggal dirancang dalam bentuk dan kemampuan sedikit berbeda dari pesawat-pesawat sebelumnya guna memenuhi kebutuhan masing-masing angkatan.
Siap Gempur ISIS
Korps Marinis mengumumkan skuadron pertama varian F-35B siap tempur pada Juli 2015 dengan tujuan agar masalah software bisa diselesaikan sebelum rencana pengoperasian pertama pada 2017.
Sementara itu Angkatan Udara harus menunggu satu tahun lebih lama untuk mendapatkan status "siap tempur", lebih karena jumlah pesawat yang mereka pesan.
Angkatan Udara berencana membeli 1.763 unit dari total 2.443 F-35 yang dipesan oleh Pentagon.
"Pesawat ini siap terbang sekarang juga," kata Let. Jend. Jon Davis, kepala penerbangan Korps Marinir, saat ditanya pekan lalu apakah F-35 mereka bisa dikerahkan untuk misi perang jika perlu.
Dia bahkan menambahkan pesawat ini bisa melakukan misi memerangi ISIS di Irak dan Suriah jika diminta.
"Kalau menurut kami memang perlu melakukan itu, maka kami akan melakukannya. Kami siap."
Pekan lalu, varian F-35 versi Angkatan Udara sukses menjalani uji coba tempur udara (air-to-air) dengan menembakkan rudal dari sayapnya untuk menghancurkan sebuah drone.
"Selalu dikatakan bahwa Anda belum memiliki pesawat tempur kalau belum benar-benar bisa menghantam target. Uji coba yang sukses ini menunjukkan kemampuan tempur F-35 yang akan dipakai oleh militer AS dan para sekutu kami," kata pilot uji Angkatan Udara Mayor Raven LeClair.
F-35 melakukan debutnya di pameran dirgantara Farnborough, Inggris, Juli 2016. Pesawat ini akan digunakan oleh Angkatan Udara, Angkatan Laut, dan Korps Marinir Amerika, dan juga dikirim ke 10 negara lain.
Angkatan Laut AS menurut jadwal akan menyatakan pesawat ini siap tempur pada 2018.
Sumber : http://www.beritasatu.com/dunia/377742-pesawat-canggih-f35-dinyatakan-siap-tempur.html